Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
PLTS, Solusi Meningkatkan Konsumsi Listrik Nasional
26 Februari 2022 15:02 WIB
Tulisan dari Ardiansyah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Konsumsi listrik Indonesia pada tahun 2019 masih sangat tergolong rendah. Dengan jumlah lahan sebesar 1.811.570 kilometer persegi konsumsi listrik Indonesia hanya sebesar 1.039 Kilo Watt hour (KWh). Ini masih kalah jauh dengan negara tetangga seperti Malaysia, Thailand, dan Vietnam yang lebih tinggi konsumsi listriknya.
ADVERTISEMENT
Penyebab dari rendahnya konsumsi listrik ini adalah karena lambannya pertumbuhan ekonomi. Lambannya pertumbuhan ekonomi menyebabkan perkembangan industri di Indonesia juga tidak berkembang dengan pesat dan menyebabkan konsumsi listrik di industri juga rendah. Pada tahun 2019 saja pertumbuhan ekonomi Indonesia berkisar diangka 5%. Faktor pandemi Covid-9 juga salah satu penyebab pertumbuhan ekonomi Indonesia sedikit lambat.
Selain pertumbuhan ekonomi, lambannya perkembangan Energi Baru Terbarukan (EBT) di Indonesia menjadi salah satu pemicu rendahnya konsumsi listrik Nasional. Bayangkan saja dari 417,8 Giga Watt (GW) potensi EBT, yang baru dimanfaatkan hanya sekitar 2,5% saja.
Sampai saat ini batubara masih sebagai penyumbang terbanyak untuk memenuhi kebutuhan kelistrikan nasional. Pada tahun 2019 total kapasitas pembangkitan batubara kurang lebih sebesar 174,5 Tera Watt hour (TWh). Jika kita terus menerus bergantung akan batubara, bukan tidak mungkin di masa yang akan datang Indonesia akan kehabisan stok pasokan batubara dan Indonesia akan kesulitan dalam hal pemenuhan kelistrikan nasional.
ADVERTISEMENT
Keseimbangan pasokan (supply) dan permintaan (demand) energi listrik juga harus diperhatikan. Pasalnya jika supply dan demand energi tidak seimbang takutnya akan timbulnya masalah dalam kelistrikan nasional. Selain itu untuk meningkatkan konsumsi listrik sasarannya juga harus diperhatikan.
Sasaran sektor kelistrikan meliputi lima hal. Pertama adalah Keberlanjutan, artinya untuk memenuhi kebutuhan energi listrik harus menggunakan energi bersih, hijau dan juga rendah karbon. Kedua keandalan yang artinya keterjaminan kualitas pasokan listrik yang andal. Ketiga keterjangkauan di mana tarif listrik harus kompetitif dan terjangkau untuk seluruh masyarakat Indonesia. Keempat adalah keadilan yang artinya kebutuhan energi listrik harus dapat dirasakan seluruh masyarakat Indonesia dan juga guna mencapai 100% rasio elektrifikasi. Dan yang terakhir adalah ketersediaan, di mana pasokan listrik harus memenuhi konsumsi listrik nasional.
ADVERTISEMENT
Sesuai dengan sasaran sektor kelistrikan yang pertama yaitu Keberlanjutan, maka untuk meningkatkan konsumsi listrik di Indonesia harus dilakukan transisi energi. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melalui Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tentang Kebijakan Energi Nasional, menargetkan baruan EBT tahun 2025 harus bisa mencapai 23% dan 31% di tahun 2050. Apalagi tahun 2060 pemerintah menargetkan Net Zero Emission.
Menurut Ibu Sripeni Inten Cahyani selaku Tenaga Ahli Menteri ESDM Bidang Ketenagalistrikan, Indonesia bisa meningkatkan konsumsi listrik nasional dengan meningkatkan penggunaan konsumsi listrik di bidang industri. Selain itu juga peran pemerintah juga di perlukan untuk mendorong menggunakan energi hijau yang ramah akan lingkungan.
Beliau juga menambahkan pemanfaatan energi surya menjadi salah satu pilihan dalam transisi energi. Karena pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) tidak membutuhkan waktu yang lama untuk pembangunannya tidak seperti pembangkit listrik yang lain. Pemilihan PLTS ini juga dasari atas karena PLTS memiliki potensi yang sangat besar. Berdasarkan data dari kementerian ESDM potensi energi surya mencapai 417,8 GW. Radiasi energi matahari ini tersebar diseluruh daerah yang ada di Indonesia dengan tingkat radiasi yang beragam Namun besarnya potensi yang ada, nyatanya energi matahari yang baru dimanfaatkan hanya sekitar 80,23 Mega Watt peak (MWp) atau hanya 0,03% saja.
ADVERTISEMENT
Pemanfaatan PLTS di Indonesia juga semakin tinggi, baik itu di Industri maupun rumah tangga. Pemerintah juga sudah menyiapakan cara untuk mempercepat pengembangan energi matahari ini. Hal pertama yang dilakukan pemerintah adalah dengan mengajak industri atau rumah tangga untuk melakukan pemasangan PLTS atap. Kedua adalah dengan pengembangan PLTS dalam skala yang besar yang bisa menghasilkan energi listrik sampai 13.565 MW. Terakhir atau yang ketiga adalah dengan mengganti pembangkit listrik yang tidak ramah lingkungan dalam hal ini adalah pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) PLN menjadi PLTS dengan bantuan baterai. Selain itu juga PLTS ini akan berfungsi sebagai back up dalam keadaan darurat.
Bukti nyata dari perkembangan PLTS di Indonesia adalah akan di bangunnya PLTS apung dengan kapasitas terbesar di Asia Tenggara. PLTS apung tersebut adalah PLTS Cirata, yang mana PLTS ini akan dipasang di waduk cirata. PLTS apung ini berkapasitas 145 MW. Selian itu juga pemerintah melalui Kementerian ESDM juga mengeluarkan program Hibah Sustainable energy Fund (SEF) Insentif PLTS Atap. Program ini ditujukan untuk industri atau bisnis dan juga rumah tangga yang kesulitan dalam pembelian komponen PLTS.
Dengan adanya pengembangan PLTS yang masif dilakukan, diharapkan dapat memenuhi kebutuhan energi listrik dan menjadikan konsumsi listrik Nasional juga meningkat. Selain itu pengembangan PLTS ini juga diharapkan dapat mempercepat transisi energi dan bisa mencapai bauran EBT sebanyak 23% pada tahun 2025.
ADVERTISEMENT