news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Definisi Kebahagiaan Menurut Filsafat Stoikisme

Ardiyani Sekarningrum
Kader Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Alumnus Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Surabaya
Konten dari Pengguna
1 Maret 2023 12:42 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ardiyani Sekarningrum tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi wanita bahagia. Foto: Look Studio/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi wanita bahagia. Foto: Look Studio/Shutterstock
ADVERTISEMENT
Kadang beberapa dari kita merasa lelah, suntuk, dan letih secara mendalam. Merasa putus asa dengan naik turunnya dinamika kehidupan, cobaan demi cobaan terus menghampiri. Pada fase itu kita semua pasti mencari arti kebahagiaan.
ADVERTISEMENT
Kadang kita mendapatkan sesuatu yang membuat kita merasa senang. Seperti saat mendapatkan kekayaan, takhta, dan hal-hal lainnya. Apakah itu yang disebut dengan kebahagiaan? Kali ini kita akan sedikit mengulas lebih dalam mengenai makna kehidupan dan kebahagiaan menurut filsafat stoikisme.

Filsafat Stoa dan Definisi Kebahagiaan

Filsafat stoikisme merupakan aliran filsafat klasik yang berpengaruh besar terhadap pemikiran-pemikiran abad pertama. Zeno yang berasal dari Citium pada abad ke-3 SM datang di kota Athena, untuk mempelajari filsafat.
Kemudian dia belajar di bawah pilar yang terlukis di salah satu sudut Athena Karena kepiawainya berfilsafat, Zeno memiliki banyak murid, namun dia tidak memiliki akademi. Akhirnya dia mengajak pengikutnya untuk berfilsafat di Stoa.
Menurut kaum Stoa, salah besar jika kita menganggap kepuasan, kenikmatan, kesenangan adalah sebuah kebahagiaan yang hakiki. Mereka beranggapan bahwa semua itu merupakan faktor dari luar.
ADVERTISEMENT
Zeno mengatakan kebahagiaan adalah hidup berdasarkan qodrat. Artinya hidup itu dijalankan untuk menjalankan kewajiban-kewajiban kita sebagai manusia.
com-Ilustrasi anak-anak tersenyum bahagia Foto: Shutterstock
Stoikisme juga memberikan tawaran cara hidup bahagia berdasarkan 3 pilar kebahagiaan. Pertama, kenali hal di dalam dan kendali hal yang di luar kendali kita. Maksudnya kita hanya perlu untuk fokus pada diri kita sendiri, tidak perlu mempedulikan hal-hal yang di luar kemampuan kita.
Kedua, mencintai takdir “love of fate", artinya kita tidak boleh berharap sesuatu berjalan seperti keinginan kita sendiri. Harapkan apa yang terjadi seperti apa yang terjadi, dengan itu kira akan bahagia.
Ketiga, perbanyak mendengar daripada berbicara. Kita sebaiknya lebih banyak mendengar daripada berbicara dalam konteks. Kita tidak merasa benar dengan pendapat kita pribadi. Kita harus menerima diri kita.
ADVERTISEMENT

Cara Hidup Bahagia

Ilustrasi karyawan bahagia. Foto: NDAB Creativity/Shutterstock.

1. Fokus terhadap diri sendiri

Kita hanya perlu fokus terhadap diri kita sendiri, apa yang ingin dan akan kita lakukan. Jangan terlalu mendengarkan penilaian seseorang terhadap diri kita. Kita harus selalu menyadari bahwa banyak hal yang terjadi di luar kendali kita. Kita hanya bisa mengendalikan apa yang ada dalam kendali kita yaitu pikiran dan tindakan kita sendiri

2. Ingat, tidak ada yang abadi

Hal ini penting untuk di lakukan karena kita harus memahami dengan penuh kesadaran bahwa tidak ada sesuatu yang abadi. Harta, takhta, dan orang-orang yang kita sayangi itu semua hanya titipan dari Allah SWT. Itu semua dapat pergi dan hilang kapan saja. Maka, kesadaran ini harus kita miliki, agar jika hal tersebut terjadi kita dapat menerima dengan ikhlas. Selanjutnya kita harus terus hidup dengan apa yang kita miliki sekarang.
ADVERTISEMENT

3. Mengesampingkan ego

Kita biasanya lebih mengutamakan ego kita daripada mengutamakan prinsip moral. Prinsip moral ini merupakan tindakan menolong orang lain. Ketika kita menerapkan prinsip moral biasanya kita lebih mengutamakan etika gaya hidup yang baik dengan perilaku sederhana. Keinginan dan ego kita akan sejalan dengan apa yang kita pikirkan sebelumnya.
Artinya kita harus mengutamakan kepentingan yang dapat memberikan manfaat untuk orang lain daripada keinginan kita yang digunakan untuk memuaskan nafsu belaka.