Matematika dalam Bahasa dan Simbol Lokal

Ardiyani Sekarningrum
Kader Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah
Konten dari Pengguna
25 Juni 2024 11:24 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ardiyani Sekarningrum tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Matematika merupakan bahasa universal yang tidak hanya mengandalkan simbol-simbol internasional, tetapi juga dapat disampaikan melalui simbol-simbol lokal dalam budaya setempat atau disebut Etnomatematika. Di Indonesia misalnya, matematika tidak hanya dipahami melalui angka dan operasi aritmatika, tetapi juga melalui konsep-konsep tradisional seperti pola-pola batik yang berulang atau struktur geometris dalam seni ukir kayu. Penggunaan bahasa dan simbol lokal ini memperkaya pemahaman tentang matematika dalam konteks budaya, mempertegas bahwa matematika tidak hanya tentang hitungan, tetapi juga refleksi dari kearifan lokal yang tertanam dalam penggunaan simbol-simbol tradisional.
ADVERTISEMENT

Sistem Numerik Tradisional

Sistem numerik tradisional merujuk pada cara-cara berhitung yang digunakan dalam berbagai budaya sebelum adanya standar internasional seperti angka Arab modern yang umum digunakan saat ini. Sistem-sistem ini sering kali mencerminkan aspek-aspek unik dari budaya tempat mereka berkembang, menggambarkan cara masyarakat tersebut memandang dan mengorganisir konsep-konsep matematika mereka. Berbeda dengan sistem desimal yang umum digunakan (0-9), sistem-sistem ini sering kali mengandalkan simbol-simbol dan konsep-konsep yang berbeda untuk mengekspresikan nilai-nilai numerik.
Salah satu contoh sistem numerik tradisional yang terkenal adalah sistem numerik Romawi. Sistem ini menggunakan kombinasi huruf-huruf Latin untuk mewakili nilai-nilai numerik, seperti I untuk 1, V untuk 5, X untuk 10, dan seterusnya hingga M untuk 1000. Misalnya, angka 2024 dalam sistem Romawi ditulis sebagai MMXXIV.
Ilustrasi Angka Romawi sumber: shutterstock.com
Di Asia, terdapat banyak sistem numerik tradisional yang berbeda. Contohnya adalah sistem numerik Cina, yang berdasarkan karakter-karakter Hanzi untuk merepresentasikan angka. Sistem ini telah digunakan secara luas di Tiongkok dan negara-negara yang dipengaruhi budaya Cina seperti Jepang dan Korea. Karakter-karakter ini memiliki nilai numerik tertentu, dengan bentuk yang bervariasi tergantung pada konteks penggunaannya. Selain itu, ada juga sistem numerik tradisional di India yang dikenal sebagai sistem bilangan Hindu-Arab. Sistem ini memanfaatkan angka-angka yang mirip dengan yang kita kenal hari ini (0-9), yang diperkenalkan ke Eropa oleh para matematikawan Arab pada Abad Pertengahan.
ADVERTISEMENT
Penggunaan sistem numerik tradisional tidak hanya memungkinkan berbagai budaya untuk menghitung dan mengkomunikasikan nilai-nilai numerik, tetapi juga mencerminkan sejarah perkembangan matematika dan penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari. Meskipun mungkin tampak rumit bagi mereka yang terbiasa dengan sistem desimal modern, sistem-sistem ini menyajikan perspektif yang kaya terhadap bagaimana manusia dari masa lalu mengorganisasi dan memahami konsep-konsep matematika secara unik sesuai dengan konteks budaya mereka.

Simbol dan Bahasa dalam Matematika

Simbol dan bahasa dalam matematika memainkan peran sentral dalam cara kita mengkomunikasikan dan memahami konsep-konsep matematis. Di berbagai budaya, terdapat variasi dalam penggunaan simbol dan sistem numerik yang mencerminkan sejarah, nilai budaya, dan pengembangan matematis masyarakat tersebut.
Abakus bambu gaya jepang sumber: shutterstock.com
Contohnya di Jepang sistem abakus atau soroban telah menjadi bagian penting dari pendidikan matematika dasar. Soroban menggunakan batang kayu atau plastik dengan bola yang menggeser di atasnya untuk merepresentasikan angka. Penggunaan soroban tidak hanya mengajarkan kemampuan hitung yang cepat tetapi juga mengasah keterampilan visualisasi dan penalaran matematis. Di India, sistem angka Hindi memiliki bentuk dan simbol yang berbeda dari angka Arab yang umum digunakan di seluruh dunia. Misalnya, angka 1 sampai 9 dalam angka Hindi memiliki bentuk unik yang sering kali berbeda dari penulisannya dalam angka Arab. Sistem ini mencerminkan kontribusi kuno India terhadap pengembangan sistem angka dan aljabar, yang kemudian diadopsi dan tersebar luas di dunia.
ADVERTISEMENT
Di Indonesia, simbol dan bahasa dalam matematika mencerminkan kekayaan budaya dan tradisi lokal yang unik. Contoh pertama adalah penggunaan sistem penulisan angka dengan kata dalam bahasa Indonesia. Misalnya, angka 1000 ditulis sebagai "seribu", yang menunjukkan bagaimana bahasa sehari-hari terintegrasi dengan konsep matematis. Dalam seni dan kerajinan tradisional Indonesia, terdapat penggunaan pola-pola geometris yang kompleks. Misalnya, motif batik yang sering kali didasarkan pada simetri geometris tertentu, seperti garis-garis lurus atau pola spiral, mencerminkan pemahaman yang dalam akan struktur matematis. Pemilihan warna dan pengaturan motif juga dapat mengandung elemen matematis, seperti penggunaan rasio atau proporsi tertentu untuk mencapai keselarasan estetis yang diinginkan.
Motif batik pola-pola geometris sumber: shutterstock.com
Selain itu, dalam kehidupan sehari-hari, penggunaan matematika juga tercermin dalam kegiatan seperti permainan tradisional atau tata cara ritual yang mengandalkan pengetahuan tentang angka dan hitungan. Contoh yang mencolok adalah permainan congklak atau tradisi menghitung hari-hari penting dalam kalender Jawa yang masih mempertahankan sistem perhitungan tradisional.
ADVERTISEMENT
Dengan demikian, simbol dan bahasa dalam matematika di Indonesia tidak hanya memperkaya cara-cara penggunaan angka dan operasi matematika, tetapi juga mencerminkan kedalaman budaya dan kearifan lokal dalam memahami dan menerapkan konsep-konsep matematis dalam berbagai aspek kehidupan sehari-hari.