Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Matematika Jadi Mudah: Saat Siswa Percaya Diri dan Tahu Manfaatnya
2 Mei 2025 16:09 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Ardiyani Sekarningrum tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Matematika seringkali dianggap sebagai momok bagi banyak siswa, terutama di jenjang sekolah dasar. Tidak jarang kita mendengar ungkapan seperti “aku tidak pintar matematika” atau “matematika itu sulit dan membosankan”. Padahal, di balik kerumitan angka dan rumus, tersembunyi pelajaran logika, ketekunan, dan pemecahan masalah yang sangat berguna dalam kehidupan sehari-hari. Untuk mengubah persepsi negatif ini, dua hal penting perlu ditanamkan sejak dini: self-efficacy dan nilai kegunaan matematika.
ADVERTISEMENT
Apa Itu Self-Efficacy?
Self-efficacy atau efikasi diri adalah keyakinan seseorang terhadap kemampuannya untuk menyelesaikan tugas tertentu. Dalam konteks belajar matematika, efikasi diri mencerminkan seberapa besar kepercayaan siswa bahwa mereka mampu memahami konsep, menyelesaikan soal, dan meraih hasil yang baik. Seorang siswa dengan self-efficacy tinggi akan lebih termotivasi untuk mencoba, tidak mudah menyerah ketika menemui kesulitan, dan lebih terbuka terhadap pembelajaran baru.
Bandingkan dengan siswa yang merasa dirinya “tidak berbakat matematika”. Keyakinan ini akan membuat mereka enggan mencoba, cepat menyerah, dan cenderung menghindari tantangan. Padahal, menurut psikolog pendidikan Albert Bandura, efikasi diri bukanlah sesuatu yang dibawa sejak lahir, melainkan bisa dibangun melalui pengalaman sukses, dukungan sosial, dan strategi belajar yang tepat.
ADVERTISEMENT
Nilai Kegunaan: Mengapa Matematika Penting?
Selain percaya diri, siswa juga perlu menyadari bahwa matematika bukan hanya untuk lulus ujian. Mereka perlu memahami kegunaan nyata dari matematika dalam kehidupan sehari-hari. Inilah yang disebut sebagai nilai kegunaan matematika.
Sebagai contoh, ketika siswa diajarkan tentang pecahan, guru bisa mengaitkan konsep itu dengan membagi kue atau menghitung uang kembalian saat berbelanja. Ketika mempelajari pengukuran, siswa bisa diajak mengukur tinggi badan atau luas meja. Dengan cara ini, siswa akan merasa bahwa matematika itu relevan, bukan hanya soal angka-angka di papan tulis.
Penelitian menunjukkan bahwa siswa yang melihat manfaat nyata dari pelajaran yang mereka pelajari cenderung memiliki motivasi belajar yang lebih tinggi. Mereka merasa belajar bukan sekadar kewajiban, melainkan kebutuhan yang berguna untuk masa depan mereka.
ADVERTISEMENT
Sinergi antara Self-Efficacy dan Nilai Kegunaan
Ketika seorang siswa percaya bahwa ia mampu (efikasi diri) dan yakin bahwa apa yang ia pelajari itu penting (nilai kegunaan), maka ia akan menunjukkan sikap belajar yang positif. Siswa seperti ini akan lebih aktif, tahan terhadap kegagalan, dan mampu menetapkan tujuan belajar yang realistis.
Sebaliknya, jika salah satu dari dua faktor ini lemah, maka proses belajar bisa terganggu. Siswa yang tahu bahwa matematika penting, tetapi tidak percaya diri, akan merasa tertekan. Sementara itu, siswa yang percaya diri tetapi tidak paham manfaatnya bisa kehilangan arah dan motivasi.
Peran Guru dan Orang Tua
Membangun self-efficacy dan kesadaran nilai kegunaan matematika tidak bisa dilakukan dalam semalam. Dibutuhkan pendekatan yang konsisten dan kolaboratif antara guru, orang tua, dan lingkungan sekitar. Guru bisa memberikan tantangan yang sesuai dengan kemampuan siswa, memberikan pujian yang konstruktif, dan membangun pengalaman belajar yang menyenangkan. Orang tua bisa mendukung dengan menunjukkan bagaimana matematika digunakan dalam kehidupan rumah tangga, seperti mengatur anggaran belanja atau menghitung waktu tempuh perjalanan.
ADVERTISEMENT