Konten dari Pengguna

Pendidikan yang Membebaskan Ala Muhammadiyah

Ardiyani Sekarningrum
Member of Muhammadiyah Student Association Junior Researcher at Surabaya Academia Forum
10 Maret 2023 9:36 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ardiyani Sekarningrum tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sebagai salah satu organisasi dakwah Islam, Muhammadiyah telah hadir di pelosok negeri bahkan dunia. Ahmad Dahlan sosok pendiri Muhammadiyah merupakan pemuda yang lahir di Kauman, Yogyakarta. Ia berhasil membawa Muhammadiyah tetap eksis hingga sekarang melalui gerakannya melawan kondisi sosial keagamaan di sekitarnya lebih dari satu abad silam.
Ilustrasi gambar K.H Ahmad Dahlan Sumber: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi gambar K.H Ahmad Dahlan Sumber: Shutterstock
Ahmad Dahlan menganggap bahwa fanatisme masyarakat yang berujung pada tahayul, bid’ah, dan khurafat merupakan sebuah akibat dari kurangnya ilmu pengetahuan mereka. Melihat hal itu Ahmad Dahlan berpikir bahwa kunci dari permasalahan tersebut merupakan Pendidikan. Karena pada saat itu mereka tidak memiliki pengetahuan yang cukup dalam menyikapi dan menghadapi berbagai hal.
ADVERTISEMENT
Pendidikan Integral dan Metode Pembelajaran Kontekstual
Menyikapi hal-hal yang tidak lumrah terjadi tersebut, Ahmad Dahlan menerapkan Pendidikan yang integral. Ia tidak ingin bahwa murid-muridnya hanya belajar Agama saja, melainkan mereka harus mempelajari ilmu pengetahuan umum juga. Dahlan menganggap bahwa tidak semua hal yang datang dari Barat tidak ditelan mentah-mentah sebagai hal yang buruk. Ia justru menganggap konsep kemajuan yang diraih oleh Barat diperoleh dari ilmu pengetahuan perlu untuk dicontoh.
Ilustrasi gambar SD Muhammadiyah Kauman sumber: Shutterstock
Berlandaskan QS. Al-Maun ia mengajak siswanya belajar dengan metode kontekstual. Pembelajaran tersebut dilandasi oleh tiga pendekatan yakni bayani, burhani, dan irfani. Hal ini berarti pembelajaran harus selalu merujuk dari teks dan konteks, yang pengamalannya dari teks ke konteks. Hal ini juga sejalan dengan pemikiran Kuntowijoyo dalam bukunya yang berjudul Islam sebagai Ilmu. Dalam mempelajari sesuatu kita harus selalu merujuk pada teks dan menerjemahkannya dalam bentuk konteks. Sehingga kita dapat mengetahui dengan jelas apa yang kita pelajari. Menurutnya landasan pendidikan adalah kesalehan, pengilmuan, dan pengabdian.
ADVERTISEMENT
Jika kita lihat sekilas, pemikiran Ahmad Dahlan juga mirip dengan pemikiran Paulo Freire dalam bukunya Pendidikan Kaum Tertindas. Kesamaannya adalah (1) konsep pendidikan kontekstual dan adaptif (2) proses belajar melibatkan siswa (3) cita-cita pendidikan ditujukan untuk pembebasan manusia dari ketertindasan.
Spirit Pembebasan Muhammadiyah
Berangkat dari Q.S Ali Imran ayat 110 Muhammadiyah memiliki gerakan amar ma’ruf nahi munkar, Muhammadiyah mencoba untuk menjalankan misi kenabian yang disebut Kuntowijoyo sebagai ilmu sosial profetik. Nilai-nilai profetik tersebut terdiri dari Humanisasi, Liberasi, dan Transendensi.
Humanisasi merupakan terjemahan dari amar ma’ruf yang artinya menganjurkan atau menegakkan kebaikan. Liberasi merupakan terjemahan dari nahi munkar yang memiliki arti melarang atau mencegah segala tindakan kejahatan atau hal-hal buruk. Transendensi merupakan terjemahan dari tu’minuna billah yang berarti beriman kepada Allah. Spirit tersebut kemudian melekat dengan Muhammadiyah.
ADVERTISEMENT
Pertama, Muhammadiyah memiliki spirit pembebasan (liberasi) dengan berupaya memerdekakan umat dari belenggu ketertindasan sosial, ekonomi, dan politik melalui pendidikan. Kedua, spirit humanisasi atau memanusiakan manusia. Ahmad Dahlan melihat manusia sebagai insan yang memiliki nilai. Selain itu ia juga memahami bahwa pendidikan merupakan jalan untuk menjadikan manusia menjadi manusia semestinya. Muhammadiyah dengan amal usahanya dalam berbagai bidang semakin meluaskan jangakauan dalam pengimplementasian spirit humanisasi. Ketiga, spirit transendensi. Kesadaran inu menghubungkan manusia dengan Tuhannya, sehingga manusia akan berbuat semaunya karena ia sadar akan posisinya sebagai hamba.
Berkat spirit pembebasan tersebut Muhammadiyah berhasil memerdekakan umat dari prilaku menyimpang. Berkat kiprahnya dalam dunia pendidikan Muhammadiyah, gerakan Muhammadiyah masih eksis hingga sekarang