Konten dari Pengguna

Kebijakan Luar Negeri sebagai Isu Strategis Pemilu 2024

Ardra Sutardi
Mahasiswa Universitas Indonesia jurusan Ilmu Politik dengan fokus terhadap politik internasional, kebijakan luar negeri, dan demokratisasi
21 September 2023 16:31 WIB
·
waktu baca 7 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ardra Sutardi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Warga menggunakan hak politiknya ketika mengikuti Pemungutan Suara Ulang (PSU) Pemilu 2019 di TPS 02, Pasar Baru, Jakarta, Sabtu (27/4). Foto: ANTARA FOTO/Wahyu Putro A
zoom-in-whitePerbesar
Warga menggunakan hak politiknya ketika mengikuti Pemungutan Suara Ulang (PSU) Pemilu 2019 di TPS 02, Pasar Baru, Jakarta, Sabtu (27/4). Foto: ANTARA FOTO/Wahyu Putro A
ADVERTISEMENT
Mendekati pemilu 2024, hilangnya retorika kebijakan luar negeri sebagai isu strategis pemilu 2024 dari visi misi para bakal calon presiden mengkhawatirkan mengingat naik daunnya posisi dan peran Indonesia dalam panggung internasional.
ADVERTISEMENT
Menjelang pemilu 2024, muncul banyak perbincangan mengenai visi, misi, dan rencana setiap bakal calon presiden jika mereka memenangkan posisi presiden. Kemunculannya retorika-retorika yang mengumandangkan visi ekonomi dan keamanan telah diperagakan oleh semua bakal calon presiden, dari perbincangan mengenai ekonomi hijau hingga pemerataan pembangunan.
Akan tetapi, dari semua perbincangan yang dapat dilihat dan didengar oleh masyarakat Indonesia baik itu melalui ranah media maupun langsung dari mulut para kandidat yang ada, tertinggal satu sudut kebijakan yang dibicarakan oleh para bakal calon presiden, yaitu kebijakan luar negeri.
Hilangnya perbincangan mengenai kebijakan luar negeri merupakan suatu hal yang jelas jika dilihat secara umum. Kepentingan para bakal calon presiden untuk membicarakan hal-hal yang berhubungan dengan nasib buruk masyarakat Indonesia menghasilkan ketidakpentingannya pembahasan mengenai visi dan misi kebijakan luar negeri mereka semua.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan hasil survei dari Centre for Strategic and International Studies (CSIS) pada tahun 2022, mayoritas dari pemilih muda menempatkan isu kesejahteraan sosial sebagai fokus strategis utama dalam pemilu 2024 sebesar 44,4%. Ini diikuti oleh keperluan lapangan kerja sebesar 21,3%, pemberantasan korupsi 15,9%, keamanan demokrasi dan masyarakat sipil sebesar 8,8%, dan isu-isu lain mengikutinya.
Isu strategis yang menarik minat minat pemilih muda dalam pemilu 2024 (Sumber: CSIS Indonesia)
Memahami hasil riset tersebut, dapat dipahami bahwa fokus para bakal calon presiden terhadap isu-isu tersebut dengan tujuan untuk menggaet dukungan masyarakat umum. Namun, dalam era globalisasi ini, permasalahan-permasalahan internasional memiliki sifat interkonektif dengan permasalahan domestik. Pemahaman ini menghasilkan urgensi untuk memiliki pembahasan komprehensif mengenai rencana serta visi para bakal calon presiden mengenai keinginan mereka mengenai Indonesia di panggung internasional.
ADVERTISEMENT
Ambisi internasional Indonesia yang diperagakan oleh berbagai keberhasilan program-program Presiden Joko Widodo, seperti penyelenggaraan KTT G20, Presidensi ASEAN, masuknya berbagai investasi asing, dan banyak lainnya telah memberikan insentif bagi Indonesia untuk memperkuat posisinya dalam panggung internasional.
Menjelangnya pemilu dan terpilihnya presiden baru menandakan suatu periode penting bagi masa depan Indonesia. Oleh karena itu, kita perlu memahami mengenai posisi-posisi para kandidat untuk melihat visi mereka mengenai posisi unik Indonesia dalam panggung internasional dan caranya agar masyarakat dapat mendapatkan keuntungan tersebut.

Retorika Kebijakan Luar Negeri Bakal Calon Presiden

Tahun pemilu seharusnya menuntut publik untuk mencoba mencari tahu posisi dan pendapat para bakal calon presiden untuk masa depan Indonesia, apalagi mengenai keinginan mereka pada panggung internasional. Untuk memahami ini, kita perlu mengetahui ucapan-ucapan terdahulu dari para calon bakal presiden untuk mengetahui rencana mereka mengenai masa depan Indonesia.
ADVERTISEMENT
Sebagai menteri pertahanan, Prabowo Subianto memiliki kemudahan untuk mengutarakan pendapatnya mengenai posisi Indonesia dan dirinya dalam panggung internasional. Salah satu kejadian paling kontroversial dan menarik untuk dibahas mengenai pendapat Prabowo adalah saat ia memberikan proposalnya untuk mencoba menyelesaikan Konflik Rusia-Ukraina belum terlalu lama ini.
Ia menganjurkan dibuatnya zona demiliterisasi dan memberikan kewenangan kepada PBB untuk diberlakukannya referendum di wilayah-wilayah yang diduduki Rusia untuk menentukan nasibnya. Bagi Prabowo, proposal ini dapat. Akan tetapi, ia menuai banyak kritik akibat proposalnya yang dilihat sebagai tidak realistis dan bermain satu pihak, atau jika menggunakan kalimat dari Radityo Dharmaputra, seorang peneliti dari Studi Rusia dan Eropa Timur di Hubungan Internasional Universitas Airlangga (Unair) Surabaya,
ADVERTISEMENT
Bagi Anies Baswedan, posisinya sebagai seorang akademis dan gubernur telah memberikannya banyak kesempatan untuk memberikan pendapatnya mengenai masa depan Indonesia. Salah satu kesempatan emas bagi Anies untuk mengutarakan pendapatnya tertampak jelas belum terlalu lama ini, saat Kuliah Kebangsaan yang diadakan oleh FISIP Universitas Indonesia. Saat diberikan kesempatan, Anies mengutarakan pendapatnya bahwa Indonesia memiliki peran penting dalam dunia ekonomi.
Melalui media ini juga, ia berpendapat bahwa Indonesia seharusnya menjadi pemain secara global. Ia mengungkapkan bahwa Indonesia harus menjadi seorang warga global, tetapi ini sendiri dapat dicapai jika permasalahan dalam negeri mampu diselesaikan melalui aksi warga Indonesia itu sendiri.
Ini sendiri dapat dikaitkan dengan pemahaman bahwa dunia yang semakin global akan mengikat masyarakat Indonesia dengan dunia global. Alhasil, hanya jika masyarakat mampu untuk menyelesaikan masalahnya maka Indonesia mampu untuk mencari kemakmuran sebagai seorang anggota dunia global.
ADVERTISEMENT
Catatan panjang pelayanan publik Ganjar Pranowo juga telah memberikannya banyak kesempatan untuk memberikan latar belakang dari visinya mengenai masa depan Indonesia, khususnya secara internasional. Salah satu posisi yang dapat memberikan pembaca masukan mengenai pendapatnya adalah saat terjadinya Piala Dunia U-20 dan pembatalannya yang terjadi karena salah satu alasannya Ganjar Pranowo.
Ia mengungkapkan oposisi terhadap Piala Dunia U-20, apalagi saat Israel maju sebagai salah satu tim yang bermain di dalamnya. Ganjar berpendapat bahwa ia hanya ingin melanjutkan perjuangan dari Presiden Soekarno dan pemerintah-pemerintah sebelumnya untuk mengakui keberadaan Palestina dan jika Israel tidak mengakuinya maka buat apa Indonesia memperbolehkan Israel berpartisipasi di dalam gelanggang olahraga internasional tersebut.
Meskipun itu, ia menuai banyak kritik karena pendapatnya yang pada akhirnya meruntuhkan perjuangan Indonesia untuk menyelenggarakan Piala Dunia U-20 dan melemahkan posisi Indonesia dalam kancah internasional, apalagi bagi sepakbolanya.
ADVERTISEMENT
Jika disandingkan pendapat mereka mengenai posisi kebijakan luar negeri Indonesia, maka dapat ditemukan korelasi dan keterkaitan yang dimiliki oleh mereka semua. Mereka semua mengaitkan posisi unik Indonesia dengan sikap nasionalismenya, menjalankan prerogatif yang sudah ada dalam kebijakan bebas aktif, untuk mementingkan kepentingan bangsa, dan untuk meningkatkan posisi internasional Indonesia dalam segala acara untuk memakmurkan rakyatnya. Selain itu, perbincangan mengenai kepentingan Indonesia sebagai sebuah kekuatan baru dalam dunia internasional menjadi tema umum mereka, tetapi ini pula menjadi isu yang menjadi kegagalan mereka.

Kenapa Ini Penting?

Presiden Jokowi (kedua kiri) didampingi Ibu Negara Iriana Jokowi, Gubernur Jateng Ganjar Pranowo dan istrinya Siti Atiqoh Supriyanti di sela-sela kunjungan kerja di SMK N Jawa Tengah, Kota Semarang, Jawa Tengah, Rabu (30/8/2023). Foto: Aji Styawan/ANTARA FOTO
Selama 10 tahun, Presiden Joko Widodo telah memimpin Indonesia untuk menjadi salah satu negara dengan pengaruh yang besar di Asia Tenggara, dan bahkan se-Asia. Hal ini mampu terjadi sebagai akibat posisi Indonesia dengan kekayaan sumber daya alamnya dan posisi menguntungkannya yang membuatnya menjadi salah satu pimpinan regional terkemuka.
ADVERTISEMENT
Pembuktian ini seketika terbukti saat mengetahui bahwa Indonesia telah menempatkan dirinya baik sebagai pimpinan maupun seorang anggota integral dalam berbagai organisasi multilateral, seperti ASEAN, G20, dan APEC sebagai contoh. Selain itu, peran Indonesia yang kian penting terlihat dalam peran aktifnya dalam berbagai diskusi internasional, seperti G7, BRICS, dan lain-lain.
Bagi masa depan Indonesia, dan untuk memanfaatkan posisi menguntungkan kita sekarang ini, kegentingan pengetahuan mengenai visi dan misi para kandidat diperlukan untuk memanfaatkan realitas tersebut. Indonesia memiliki potensi yang besar dan pada era modern ini, keperluan untuk membangun hubungan melalui panggung internasional kian dibutuhkan.
Hanya saat kita mampu untuk membangun hubungan dan memanfaatkan bantuan internasional maka kita dapat memakmurkan rakyat. Oleh karena itu, kita perlu memahami pendapat dan visi para calon bakal presiden untuk mengetahui pendapat mereka mengenai masa depan Indonesia dan cara untuk memakmurkannya melalui kerjasama internasional. Alhasil, isu kebijakan luar negeri seharusnya menjadi isu strategis berdasarkan pemahaman mengenai realitas tersebut.
ADVERTISEMENT

Kesimpulan

Berdasarkan realitas yang sudah dipaparkan, dapat ditemukan bahwa kegentingan untuk membahas mengenai kebijakan luar negeri sebagai isu strategis pemilu sangat diperlukan, apalagi mengingat posisi unik Indonesia sekarang ini. Dalam era globalisasi dan dunia multipolar, kebijakan luar negeri jelas memiliki manfaat yang eksplisit akan terlihat dalam kemakmuran masyarakat sebuah negara.
Hanya melalui kerja sama internasional dan kinerja yang bagus maka kita akan mendapatkan manfaat dari hasil diskusi internasional. Hal ini hanya mampu terjadi karena kita tidak bisa memisahkan isu domestik dengan internasional. Sebab semakin kesini maka semakin terikat hubungan antar kedua hal tersebut.
Termasuk dalam ranah ekonomi yang mereka dan keinginan mereka mengenai Indonesia dalam panggung internasional maka kita dapat mengetahui bagaimana mereka akan memakmurkan masyarakat melalui aksi mereka dalam panggung internasional. Alhasil, kebijakan luar negeri seharusnya menjadi isu strategis pemilu 2024.
ADVERTISEMENT