Konten dari Pengguna

Kabuki: Teater Dengan Wajah Berlukis Asal Jepang

Areta Novia Diwati
Mahasiswa Bahasa dan Sastra Jepang Universitas Airlangga
3 Oktober 2024 5:39 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Areta Novia Diwati tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Kabuki. Foto: Istockphoto
zoom-in-whitePerbesar
Kabuki. Foto: Istockphoto
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kabuki (歌舞伎) adalah salah satu teater khas Jepang yang bermula pada Zaman Edo. Kabuki uniknya hanya diperankan oleh pria walaupun di dalam dramanya biasa terdapat karakter wanita.Dulunya Kabuki masih diperankan oleh wanita dan pria namun di tahun 1629 Tokugawa shogunate (pemerintah jepang pada tahun itu) melarang wanita tampil untuk menghindari gangguan publik terkait prostitusi. Bahkan pencipta Kabuki sebenarnya adalah wanita yang disebut izumo no okuni (出雲 阿国), yang berarti gadis suci dari kuil okuni. Ia menampilkan tarian dan ritual kuno untuk dewa budha. Kabuki memiliki banyak karakteristik yang membedakannya dengan teater lain. Berikut karakteristik unik yang dimiliki Kabuki.
ADVERTISEMENT
1. Makeup dan Kostum
karakteristik yang paling jelas ada di makeup dan kostum yang dipakai aktornya. Aktor kabuki memakai make up khusus bernama kumadori yang biasanya terdiri dari warna merah, biru, putih, dan coklat. Warna yang dipakai tergantung dari karakter yang diperankan, juga dibentuk untuk menyesuaikan ekspresi karakter tersebut. Kostum kabuki juga punya karakteristik yang menarik. Kimono yang dipakai sangat mewah dan mencolok dibanding kimono biasa. Tujuannya supaya dapat menonjol di atas panggung. Terutama kostum untuk peran perempuannya secara kreatif dibuat untuk mencerminkan sifat-sifat tertentu serta peran-perannya. Contoh umumnya kimono merah untuk putri raja, sementara selir memakai kimono flamboyan dengan bordir yang mewah.
2. Panggung
Panggung kabuki berbeda dibandingkan panggung teater biasa karena di bagian kiri penonton ada hanamichi yang menghubungkan panggung dengan bagian belakang teater yang dimana biasa digunakan untuk melakukan mie yaitu ketika pemain berlari ke atas panggung dan melakukan pose. Ada juga tempat di bawah panggung bernama naraku (berarti neraka dalam buddha) yang digunakan untuk kemunculan tiba-tiba aktor.
ADVERTISEMENT
3. Aktor
Teater Kabuki tidak bisa diperankan oleh sembarang orang. Aktor kabuki biasanya berasal dengan sekolah kabuki dan sebagian besar berasal dari keluarga yang telah mendalami tradisi seni pentas kabuki untuk beberapa generasi. Nama-nama panggung para aktor kabuki ini diturunkan dari orangtua ke anaknya dan banyak nama-nama ini terkait dengan peran karakter tertentu atau gaya pentasnya, sehingga membawa makna yang besar. Setelah seorang aktor dianggap telah cukup mengasah keterampilannya, ia diberi nama panggung dalam sebuah upacara penamaan disebut Shumei. Kabuki juga memiliki fanchant. Saat menonton kabuki, jangan heran ketika mendengar teriakan dari penonton. Kabuki adalah hiburan yang populer dan para aktor serta penonton menjadi sangat dekat. Untuk membuktikannya, beberapa penonton berteriak selama drama atau tarian sebagai dorongan kepada para aktor. hal ini menambah banyak suasana dan membuat para aktor dan penonton lainnya dapat membuat pengalaman yang mendebarkan.
Kabuki za. Foto: Shutterstock
Kabuki hingga kini masih dilestarikan dan ada gedung teater di ginza tokyo bernama kabuki za. Disana kabuki ditampilkan sudah lebih dari 100 tahun yang lalu dan arsitektur bangunannya masih dijaga seperti aslinya. kita bisa membeli tiket di dispenser pembelian tiket otomatis maupun secara online untuk satu kali pertunjukan. Kabuki za juga dilengkapi monitor kecil yang menyediakan terjemahan lisan baris-perbaris dan lirik lagu yang dinyanyikannya serta berbagai penjelasan mengenai cerita.
ADVERTISEMENT