Konten dari Pengguna

"Si Manis” Sebagai Solusi Masalah: Pengaruh Konsumsi Cokelat Terhadap Mood

Aretha Valencia
Mahasiswi Program Studi Psikologi Universitas Brawijaya
1 Desember 2024 11:50 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Aretha Valencia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
(Sumber: Pexels.com)
zoom-in-whitePerbesar
(Sumber: Pexels.com)
Makanan dan minuman manis sering dicari untuk meningkatkan mood ketika kita merasa kurang baik. Sebagai contoh, konsumsi cokelat telah lama diasosiasikan dengan kenikmatan dan kebahagiaan. Cokelat, salah satu makanan manis yang menjadi favorit segala kalangan dan digemari di seluruh dunia, diketahui memiliki efek positif untuk meningkatkan mood dan kesehatan mental. Secara umum, cokelat dikatakan memiliki kemampuan untuk membangkitkan semangat, menciptakan keceriaan, meningkatkan rasa nyaman, dan kebahagiaan. Tak jarang, cokelat dijadikan solusi untuk mengatasi kesedihan dan stres dengan harapan bahwa "si manis" ini dapat mengatasi emosi negatif tersebut.
ADVERTISEMENT
Klaim populer menyebut cokelat memiliki khasiat sebagai stimulan, relaksan, euforia, afrodisiak, tonik, dan antidepresan. Kesehatan mental dan konsumsi makanan manis, seperti cokelat, ternyata memiliki keterkaitan yang erat. Banyak penelitian yang menyebutkan bahwa mengonsumsi cokelat tidak hanya menyenangkan karena rasanya yang nikmat, tetapi juga terbukti memberikan banyak manfaat bagi kesehatan mental, seperti mengatasi kecemasan. Kecemasan dapat diekspresikan secara langsung melalui perubahan fisiologis, perilaku, dan munculnya gejala sebagai upaya untuk melawan kecemasan.
Kandungan dan Komposisi Cokelat
Terdapat beberapa kandungan dan komposisi cokelat yang dapat mempengaruhi otak dan berdampak pada mood serta kesehatan mental. Cokelat mengandung alkaloid, seperti teobromin dan feniletilamin, yang secara psikologis memberikan efek pada tubuh. Cokelat juga mengandung asam amino triptofan yang berhubungan dengan kadar serotonin di otak. Triptofan merupakan neurotransmitter serotonin yang memengaruhi mood dan suasana hati. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa konsumsi cokelat dalam bentuk minuman kakao atau sejumlah kecil dark chocolate dapat memperbaiki sistem peredaran darah. Penelitian juga menunjukkan bahwa konsumsi dark chocolate yang kaya flavonol atau flavonoid dapat menurunkan tekanan darah.
ADVERTISEMENT
Flavonoid dalam cokelat merupakan senyawa antioksidan yang dipercaya dapat meningkatkan aliran darah ke otak, serta melindungi otak dari kerusakan akibat radikal bebas. Flavonoid ini juga dapat meningkatkan kognisi dan memperbaiki fungsi otak. Feniletilamina (PEA), senyawa yang dapat meningkatkan perasaan bahagia dan menstimulasi otak untuk memproduksi endorfin dan serotonin—dua neurotransmitter yang berhubungan dengan kebahagiaan dan perasaan positif—juga terkandung dalam cokelat. Kandungan magnesium dalam cokelat memiliki peran dalam mengurangi stres dan membantu relaksasi otot. Kandungan teobromin dapat meningkatkan mood dan kewaspadaan, mirip seperti kafein.
Kaitan Antara Cokelat dengan Mood dan Kesehatan Mental
Konsumsi cokelat dapat meningkatkan kadar serotonin dan endorfin dalam otak, atau hormon kebahagiaan. Peningkatan kadar serotonin ini dapat dikaitkan dengan perasaan relaksasi dan kepuasan. Beberapa penelitian juga menyebutkan bahwa mengonsumsi dark chocolate dalam jumlah yang cukup dapat mengurangi hormon stres (kortisol) dalam tubuh, sehingga seseorang dapat merasa lebih tenang. Konsumsi cokelat juga dapat mengurangi gejala depresi. Kandungan flavonoid yang dijelaskan sebelumnya dapat meredakan gejala depresi. Cokelat memiliki efek yang dapat membantu meningkatkan fungsi otak, meningkatkan daya ingat, dan memperbaiki suasana hati. Kandungan magnesium dalam cokelat dapat membantu tubuh lebih rileks dan memudahkan tidur, yang memiliki peran penting dalam mengurangi risiko gangguan mood dan keseimbangan emosional.
ADVERTISEMENT
Asupan dark chocolate yang kaya flavonoid secara signifikan meningkatkan sirkulasi darah pada orang dewasa yang sehat, meskipun ada perubahan pada parameter stres oksidatif dan tekanan darah. Sementara itu, cokelat putih yang tidak mengandung flavonoid tidak memiliki efek yang sama. Hal ini menunjukkan bahwa semakin gelap warna cokelat (dark chocolate) dengan kandungan flavonoid yang lebih banyak, akan semakin banyak manfaatnya bagi kesehatan dibandingkan dengan white chocolate.
Sisi Negatif dari Mengonsumsi "Si Manis"
Di satu sisi, konsumsi cokelat dapat memberikan banyak manfaat terhadap peningkatan mood dan kesehatan mental. Namun, di sisi lain, konsumsi berlebihan dapat memberikan dampak negatif bagi kesehatan mental. Konsumsi cokelat atau makanan yang mengandung kadar gula tinggi dapat memberikan rasa kebahagiaan sementara karena gula dapat memicu hormon dopamin dan serotonin. Namun, efek ini hanya sementara. Setelah kadar gula dalam darah meningkat dengan cepat, gula tersebut akan menurun dengan cepat juga, yang mengarah pada "sugar crash" atau penurunan gula yang cepat. Hal ini dapat menyebabkan kelelahan, kecemasan, dan perubahan suasana hati yang lebih buruk dari sebelumnya.
ADVERTISEMENT
Dalam jangka panjang, konsumsi gula berlebih dapat meningkatkan risiko gangguan kesehatan mental, seperti depresi dan kecemasan. Ketika makanan manis seperti cokelat dijadikan kebiasaan untuk mengalihkan perhatian atau mengobati emosi negatif, hal ini dapat menciptakan pola makan emosional yang kurang sehat. Konsumsi cokelat dengan kadar gula tinggi sebelum tidur pun dapat membuat tidur lebih sulit, karena gula dapat meningkatkan energi dan menyebabkan gangguan suasana hati dalam jangka panjang.
Bagaimana Kandungan Gula dalam Cokelat Mempengaruhi Otak?
Gula memiliki efek langsung pada otak, terutama pada sistem dopamin dalam menciptakan rasa bahagia. Rasa bahagia yang muncul secara instan ini menjadi alasan mengapa banyak individu merasa ketagihan dengan gula, sehingga memicu keinginan untuk terus mengonsumsi lebih banyak gula. Alasan mengapa kita bisa kecanduan cokelat dan karbohidrat sangat bervariasi, meliputi pengobatan diri, koreksi homeostasis, pengalaman hedonis, kecanduan zat psikoaktif, dan teori makan emosional (emotional eating). Ketika hal ini terjadi, otak menjadi kurang sensitif terhadap dopamin.
ADVERTISEMENT
Akibatnya, lebih banyak gula diperlukan untuk merasakan efek bahagia instan tersebut. Hal ini akan menimbulkan ketidakseimbangan yang dapat berkontribusi pada perasaan depresi.
Kesimpulan
Makanan manis seperti cokelat dapat memberikan kesenangan sesaat dan memiliki dampak positif bagi kesehatan mental dan mood, seperti meningkatkan suasana hati, mengurangi stres, serta meningkatkan kualitas tidur. Namun, dengan semua sisi positifnya, penting bagi kita untuk mengonsumsi cokelat dalam jumlah yang sehat. Dark chocolate menjadi pilihan yang lebih sehat karena mengandung flavonoid tinggi dengan kadar gula yang lebih rendah. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk menjaga pola makan yang sehat dan seimbang sebagai upaya menjaga kesehatan mental secara optimal.
Referensi:
Claresta, L. J., & Purwoko, Y. (2017). Pengaruh Konsumsi Cokelat Terhadap Tingkat. 6(2), 737–747.
ADVERTISEMENT
Setiyanto, Andri. (2024). Konsumsi Cokelat sebagai Coping Stress. Universitas Airlangga.
Putri, Andini Miza. (2024). Kesehatan Mental dan Makanan Manis Ada Hubungannya?
Hadi, Novian Swasono (2020). Peran Coklat dalam Penanganan Stres Saat Work From Home dan Kesehatan Mata Saat Terpapar Radiasi Online. Poltekkes Kemenkes Gorontalo.
Gordon Parker, Isabella Parker, Heather Brotchi. (2006). Mood State Effects of Chocolate. Journal of Affective Disorders, Volume 92, Issues 2–3.
Trifena, Anastasia. (2024). Makanan Manis Bisa Picu Depresi, Benarkah?