Konten dari Pengguna

Ikhtiar Tanpa Gadget Pada Anak

M arfah
Wakil sekretaris Ansor Batam Pernah kuliah di Universitas Ibnu Sina Batam
16 Juli 2024 13:39 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari M arfah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
foto ; Ghazi,
zoom-in-whitePerbesar
foto ; Ghazi,
ADVERTISEMENT
Namanya Ghazi Al Ghifari. 19 Juli nanti ia akan berusia 17 bulan. Pertanyaannya kemudian apa istimewanya anak yang lahir dengan operasi caesar ini?
ADVERTISEMENT
Seperti bayi di belahan bumi lainnya,Ghazi juga sama. Menangis dengan sangat keras bila keinginannya tidak dipenuhi. Atau tingkah lucunya selalu menggemaskan sehingga ingin selalu mencubit pelan pipinya. Ia juga masih menetek dengan manja.
Ia juga belum memiliki prestasi yang kemudian bisa dibanggakan. Ghazi juga belum naik haji meski usianya sudah lewat 2 bulan.
Yang kemudian membuat kami (orang tua) merasa pantas membagikan kisahnya di sini, sebab ia, hingga saat ini belum terpapar dengan teknologi yang bernama gadget alias handphone. Sesuatu yang sebenarnya sangat terlarang untuk bayi—dan tentunya anak-anak—tetapi kemudian fakta sesungguhnya anak bayi saja sudah kecanduan nonton di handphone.
Ya, kecanduan nonton dan menghabiskan waktu di depan layar handphone. Bukan hanya anak-anak, balita juga sudah terpapar dengan kondisi ini. Dan, syukurnya, Ghazi hingga saat ini masih steril dengan tontonan atau game di handphone.
ADVERTISEMENT
Panel pakar American Heart Association menjelaskan bahwa, menghabiskan waktu terlalu banyak bermain gadget membuat anak tidak aktif secara fisik. Yang dikhawatirkan anak akan mengalami kelebihan berat.
Dilansir dari parenting.firscry.com, kecanduan main gandet pada anak akan mempengaruhi pertumbuhan otak pada anak. Yang pada akhirnya nanti akan mempengaruhi pola komunikasi.
Bukan hanya itu dampak buruknya. Kami pernah melakukan penelitian kecil-kecilan ke beberapa orang tua yang sudah memiliki anak dan pastinya sudah terpapar handphone. Hal yang kami temukan cukup mengangetkan, hampir semua anak yang sudah terbiasa dengan gandet akan cuek dengan lingkungan sekitar. Ia hanya fokus dengan benda yang ada di depannya.
Dan, ketika benda itu coba diambil, ia akan meraung, menangis dengan keras. Beberapa anak juga kami temui pola komunikasi dengan orang tuanya menjadi sangat terganggu.
ADVERTISEMENT
Bahkan dalam beberapa kasus, ada beberapa anak yang kami temui, ke mana-mana selalu menenteng gandet di jarinya yang manis itu. Hingga ketika disuapi nasi.
Gadget memang menjadi solusi sesaat dan penenang ketika si anak tengah rewel. Gadget juga menjadi asisten paling patuh ketika sang ayah atau ibu sedang sangat sibuk. Gadget mampu menemani sang anak. Dari sana kemudian kecanduan itu bermula. Setelahnya sangat sulit memberikan kontrol.
Anak ketika rewel, solusinya adalah gadget. Si ibu tengah di dapur menyiapkan makanan, untuk menenangkan anak, diberi tontonan di gadget. Ini berlangsung lama dan terus-menerus sepanjang waktu.
Kami pun sebenarnya mengalami hal sama. Ghazi ketika rewel, sulit untuk dibujuk. Memang sepintas lalu ingin segera memberinya gandet untuk membuat tangisannya reda. Tapi, kami urung melakukan itu. Hal sederhana kami lakukan membuatnya terlebih dahulu nyaman. Hingga perlahan-lahan ia bisa dalam kendali kami.
ADVERTISEMENT
Dan, hingga saat ini tak pernah kami gunakan gadget untuk menenangkan dari tangisannya. Juga tak pernah kami beri gadget ketika ibunya di dapur. Kami biarkan Ghazi bermain dengan mainannya yang seabrek itu. Ketika mulai bosan, kompor yang didapur yang dimatikan lalu menghampirinya. Hasilnya, hingga usianya kini ia masih aman dari paparan gandet.
Dampak yang paling cepat dirasa saat Ghazi belum terpapar gadget adalah ia tumbuh menjadi anak yang periang dan enak diajak komunikasi. Meski ia sendiri belum bisa melafalkan kata dengan sempurna. Namun seakan tak nyambung ketika diajak ngobrol.
Dampak lainnya, ketika singgah atau silaturahmi ke rumah keluarga, hampir sebagian anak-anak seusia Ghazi sibuk dengan tontonan di gadgetnya. Ghazi sendiri tanpa menenteng handphone. Yang lain sibuk dengan kartunnya. Ia tampak lari-lari kecil mengitari ruang tamu.
ADVERTISEMENT
Sampai kapan ikhtiar ini dijalankan? Apalagi kemudian sama-sama kita tahu pengaruh lingkungan sangat besar dalam tumbuh kembangnya sang anak. Itulah juga kemudian membuat saya hingga saat ini belum memberikan izin resmi kepada istri untuk kembali melakukan aktivitas di luar rumah alias bekerja.
Kepadanya pada suatu waktu, saya pernah berucap di dekat telinganya, "Nikmatilah dulu waktu bersama anak, sebab tak terasa anak kemudian menjadi besar. Tak dirasa." Waktu bersama anak memang betul-betul harus dinikmati, dirasakan nikmatnya waktu-waktu bersama itu.
Anak tanpa gadget itu sebenarnya bisa. Sangat bisa.