Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Dengkul si Dongkol
5 April 2019 7:27 WIB
Tulisan dari Arfiendi Jahja tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Kata-kata yang dulu dikeluarkan oleh seorang rekan kerja ini selalu terngiang di telinga jika saya berada di situasi tidak bisa masuk ke dalam bus Transjakarta, karena kondisinya yang sudah penuh. Suatu kejadian yang biasa dialami para penumpang Transjakarta di jam-jam sibuk. Satu hal yang membedakannya adalah hal ini saya alami di Halte JORR koridor 13 Transjakarta yang terletak puluhan meter di atas tanah.
ADVERTISEMENT
Saat mulai dioperasikannya halte yang berlokasi di Jalan Ciledug raya tepat di depan Sekolah Annajah pada bulan Maret 2018 lalu, saya sangat menyambut gembira karena akhirnya terdapat akses terhadap transportasi publik yang murah, aman dan cepat menuju kantor saya di bilangan Gambir, Jakarta Pusat. Awal mulanya saya tidak terlalu memerhatikan betapa tingginya halte ini, mungkin karena euforia tadi, namun lama kelamaan kok rasanya capek juga ya untuk sampai ke haltenya.
Di situlah saya baru mulai menghitung jumlah anak tangganya. Ternyata anak tangga di halte JORR berjumlah 107 buah, dengan 46 anak tangga di antaranya adalah bagian terakhir yang cukup curam seperti pada foto di bawah ini.
Coba anda bayangkan, setelah menaiki tangga sebanyak itu, setibanya di atas, anda tidak bisa masuk ke bus karena sudah penuh, mungkin anda akan dongkol seperti saya. Sebaiknya anda tahu, di sepanjang koridor 13 ini terdapat 9 buah halte yang berada di jalur layang. Namun, hanya 1 halte yang dilengkapi dengan eskalator, yaitu di halte Cipulir.
ADVERTISEMENT
Belakangan ini, secara kasat mata terlihat peningkatan jumlah penumpang bus Transjakarta koridor 13. Itu menyebabkan pada jam-jam sibuk di pagi hari semakin susah masuk bus, bahkan hanya untuk penumpang berdiri saja tidak bisa masuk. Situasi ini semakin menjadi-jadi dengan adanya galian kabel PLN persis di bawah halte JORR. Kondisi jalan Ciledug Raya yang tambah macet tampak mendorong semakin banyak penumpang naik bus Transjakarta.
Kondisi inilah yang menyebabkan Nissa (37 tahun) salah satu warga yang bertempat tinggal di sekitar halte JORR untuk tidak lagi naik bus Transjakarta dan kembali beralih ke mobil pribadi. Ia menyatakan bahwa tadinya ia merasa kehadiran koridor 13 dan halte JORR sangat membantu dirinya untuk bisa menuju lokasi kantornya di bilangan Jalan Jenderal Sudirman.
ADVERTISEMENT
Nissa berpendapat sebaiknya ada fasilitas yang lebih cocok untuk orang tua jika ingin naik ke halte JORR, yaitu tersedianya eskalator.
Namun, tampaknya harapan Nissa masih lama baru akan terwujud, karena sesuai dengan keterangan dari Kepala Dinas Bina Marga DKI Jakarta, Hari Nugroho, yang dimuat di harian cetak Kompas terbitan Selasa, 5 Maret 2018. Pada tahun 2019 Pemprov DKI berencana untuk membangun 7 Jembatan Penyeberangan Orang, dan pembangunan skywalk di halte Transjakarta Velbak yang akan menghubungkan koridor 13 dan koridor 8 jalur Transjakarta dengan Stasiun Kebayoran Lama, itu pun konstruksinya baru akan dilaksanakan tahun 2020. Belum ada informasi tentang rencana untuk menyediakan eskalator di halte-halte Transjakarta di koridor 13.
ADVERTISEMENT
Semoga hal ini segera disikapi oleh Pemprov DKI agar tidak ada calon penumpang lainnya yang beralih moda transportasi dari umum ke publik karena fasilitas yang diberikan kurang nyaman atau memadai.
Terlepas daripada itu, harus diakui juga bahwa Pemprov DKI telah berupaya memperbaiki pelayanan bagi calon penumpang Transjakarta sebagaimana terlihat pada JPO Bundaran Senayan yang bahkan telah menjadi salah satu spot foto yang instagramable. JPO ini juga akan segera dilengkapi dengan elevator/lift sehingga menjadi semakin ramah terhadap kaum difabel yang akan menggunakannya.