Konten dari Pengguna

Bunga – Bunga di Ukraina dan Semangkok Borscht dari Karina

Argo Budi Prakoso
Diplomat di Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia dan sedang mengikuti diklat Sesdilu 76. Sebelumnya bertugas di KBRI Kyiv, Ukraina pada 2018-2021.
21 Juni 2024 14:29 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Argo Budi Prakoso tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
“Apakah Rusia akan menyerang Ukraina dalam waktu dekat? Saya takut dengan keselamatan keluarga saya.”, tanya Karina pada tahun 2019 ke saya dengan bahasa Indonesia yang sangat fasih.
ADVERTISEMENT
Karina melontarkan pertanyaan itu kepada saya di tengah hari peringatan Hari Wanita yang jatuh pada tanggal 8 Maret. Saat peringatan Hari Wanita, saya masih teringat akan adanya buket bunga-bunga yang bertebaran di ibukota Ukraina, Kyiv. dan juga semua daerah di Ukraina. Tanggal 8 Maret ini memang menjadi hari spesial bagi masyarakat Ukraina – sebuah hari yang memang dikhususkan untuk memberikan penghargaan bagi kaum hawa di Ukraina. Pada hari itu, para pria baik tua maupun muda, membawakan buket bunga untuk wanitanya – tidak hanya untuk pasangannya atau istrinya, tapi juga kepada ibunya, saudara perempuannya, wanita-wanita di dalam keluarganya bahkan kepada teman-teman ataupun rekan kerja di kantor.
Saat itu, saya sedang bekerja sebagai diplomat di Kedutaan Besar RI di Kyiv. Sementara itu, Karina juga bekerja di kantor kedutaan yang sama sambil melanjutkan kuliah di tingkat magister pada jurusan Sastra Indonesia di Universitas Taras Shevchenko Kyiv, salah satu universitas ternama di Ukraina. Karina juga pernah mengambil program studi Bahasa Indonesia di Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta sebelumya pada rentang 2016-2017.
ADVERTISEMENT
Sambil mencium wangi buket bunga yang merupakan kombinasi antara bunga mawar berwarna biru, kuning, merah, dan putih – yang telah saya berikan sebelumnya, Karina melanjutkan pertanyaan ke saya, “Apakah Mas bisa menolong saya kalau memang Rusia menyerang Ukraina?”. Saya ingat terdiam cukup lama setelah mendapatkan pertanyaan itu, sambil memandangi bendera biru-kuning Ukraina dan merah putih Indonesia yang berkibar di halaman kantor lewat jendela ruangan kantor saya.
Dengan ekspresi senyum yang hangat, sehangat musim semi yang mulai datang menghampiri kota Kyiv, Karina melanjutkan, “Nanti kalau Mas mau menolong saya, saya akan buatkan semangkok borscht khas kampung halaman saya untuk Mas”. Saya hanya tertawa ringan mendengarnya. Borscht adalah sup tradisional khas Ukraina yang utamanya terbuat dari bit dengan ciri warna merah tua yang khas. Selain itu juga ada bahan lain seperti kubis, kentang, wortel, bawang, dan juga daging sapi. Borscht biasanya disajikan dengan bumbu bawang putih dan cuka, serta dapat disajikan panas maupun dingin.
ADVERTISEMENT
Sup borscht di Ukraina ini sendiri berbeda antara satu tempat dengan tempat lainnya di Ukraina dan memiliki ciri kekhasan tersendiri. Termasuk juga dengan borscht yang berasal dari kampung halaman Karina di Lysychansk, Luhansk, di bagian timur Ukraina. Kota ini memang terletak sangat dekat dengan perbatasan Ukraina dengan Rusia, dengan jarak hanya sekitar 130 km.
Sambil masih memandangi Karina yang masih berdiri di luar pintu ruangan kantor saya, saya menjawab, “Saya tidak bisa berjanji apapun ya Karina. Oh ya, sini saya ambil file laporan yang kamu pegang”. Saya kemudian bergerak menghampiri dan mengambil file laporan dari tangan Karina seraya menjulurkan kaki kanan saya sedikit ke luar pintu ruangan saya. Memang di Ukraina sudah menjadi tradisi bahwa untuk mengambil barang yang sedang dipegang seseorang yang berada di luar ruangan dan posisi kita masih berada di dalam ruangan, kita diminta untuk menjulurkan satu kaki kita ke luar ruangan. Ini merupakan salah satu tradisi yang dipercaya masyarakat Ukraina untuk dapat mengusir nasib sial.
ADVERTISEMENT
“Mas, ini sudah mau musim semi lalu sebentar lagi musim panas. Nanti kita bisa pergi ke tempat-tempat berdansa di taman-taman”, ujar Karina gembira seraya melangkahkan kaki untuk kembali ke ruangan kantornya. Memang untuk masyarakat Ukraina, musim semi lalu dilanjutkan dengan musim panas adalah musim terbaik bagi mereka untuk beraktivitas di luar rumah setelah melewati musim dingin yang cukup ekstrim dengan suhu dapat mencapai minus 15 sampai 20 derajat celcius. Pada saat musim semi dan lalu musim panas, taman-taman mulai dipenuhi dengan berbagai aktivitas masyarakat, termasuk berdansa.

Invasi Rusia ke Ukraina

Sangat disayangkan, nasib sial tidak dapat ditolak dan masyarakat Ukraina tidak dapat menikmati pergantian musim dingin ke musim semi pada awal tahun 2022. Invasi Rusia ke Ukraina terjadi pada 24 Februari 2022.
ADVERTISEMENT
Sebagai negara berdaulat yang memegang teguh prinsip-prinsip perdamaian, kemerdekaan, dan kedaulatan satu negara, Indonesia berpandangan bahwa invasi satu negara ke negara lainnya merupakan satu bentuk pelanggaran yang serius terhadap hukum internasional dan prinsip-prinsip PBB. Indonesia menekankan pentingnya penyelesaian damai atas konflik ini melalui dialog dan mendorong semua pihak untuk menghormati kedaulatan dan integritas teritorial. Indonesia sendiri telah memainkan peran aktif dalam melakukan mediasi antara Ukraina dan Rusia, dengan adanya kunjungan Presiden RI, Pak Joko Widodo ke Kyiv dan ke Moskow, Rusia pada Juni 2022. Dalam dua kesempatan tersebut, Presiden RI telah melakukan pertemuan bilateral baik dengan presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky maupun presiden Rusia, Vladimir Putin. Selain itu, Indonesia juga telah memberikan hibah melalui lembaga Ukrainian Red Cross Society sebagai bentuk bantuan kemanusiaan dalam bentuk uang tunai sebagai tindak lanjut permohonan Pemerintah Ukraina yang disampaikan kepada Pemerintah Indonesia untuk membantu warga sipil yang terdampak konflik.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan laporan resmi PBB, lebih dari 10.582 warga sipil tewas dan 19.875 warga sipil terluka akibat invasi ini. Selain itu, 8 juta warga Ukraina telah menjadi internally displaced persons dan 8,2 juta warga lainnya telah meninggalkan Ukraina menuju negara lainnya pada April 2023. Hal ini telah menjadikan peristiwa ini sebagai satu bentuk krisis kemanusiaan - krisis pengungsi di kawasan Eropa yang terbesar semenjak terjadinya Perang Dunia Kedua.

Harapan Perdamaian di Ukraina

Karina berikut dengan ibu dan adiknya merupakan bagian dari warga sipil Ukraina yang telah meninggalkan Ukraina. Sampai dengan hari ini, kampung halaman Karina sendiri merupakan salah satu bagian Ukraina yang masih diduduki oleh pihak Rusia setelah terjadinya invasi di awal 2024. Karina pastinya tidak sendiri dalam merasakan penderitaan ini. Lebih dari 8 juta warga Ukraina yang sama seperti kita yang memiliki kampung halaman, tradisi perayaan dan kuliner, kegiatan kesukaan, dan yang lebih penting, orang-orang yang terkasih - kemudian harus kehilangan salah satu atau bahkan semuanya. Sejalan dengan usaha Pemerintah Indonesia dalam mengupayakan perdamaian di Ukraina dan kepedulian akan tragedi kemanusiaan di Ukraina, sebaiknya kita sebagai orang Indonesia dapat setidaknya mampu merasakan penderitaan masyarakat Ukraina.
ADVERTISEMENT
Satu tragedi kemanusiaan apapun itu, siapapun, dan berapapun yang menjadi korban adalah tetap satu tragedi kemanusiaan.
Semangkok Borscht - Foto koleksi pribadi penulis
Besar harapan saya agar perdamaian dapat lebih cepat terwujudkan di Ukraina. Orang-orang dapat kembali ke tempat tinggalnya dan bunga-bunga dapat bertebaran kembali pada peringatan Hari Wanita di Ukraina.
Lalu untuk dapat secara sederhana mengobati kerinduan akan nikmatnya semangkok borscht panas sesaat setelah selesai berdansa di tengah kota Kyiv yang mulai diselimuti hangatnya musim semi.
____

Argo Budi Prakoso

Penulis berada di Taman Bunga Dobropark, Kyiv, Ukraina (2021) - Foto koleksi pribadi penulis
Kebun Bunga-bunga Matahari di dekat Odesa, Ukraina - Foto koleksi pribadi penulis