Konten dari Pengguna

Pengaruh Konten Tiktok Terhadap Perilaku Anak

Argo Raihan Putratama
Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
31 Desember 2020 15:30 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Argo Raihan Putratama tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Logo TikTok (Photo by Kompasiana.com)
zoom-in-whitePerbesar
Logo TikTok (Photo by Kompasiana.com)
ADVERTISEMENT
Siapa yang tidak tau aplikasi TikTok?. Ya, TikTok adalah aplikasi layanan jejaring sosial yang dapat digunakan untuk membuat video pendek berdurasi 3 detik hingga 1 menit. Aplikasi ini memiliki banyak fitur yang dapat dengan mudah digunakan seperti merekam video, mengedit video, memasukkan audio, hingga mengatur transisi video.
ADVERTISEMENT
TikTok mulai tenar di Indonesia pada tahun 2018 silam. Saat itu dimulai dengan adanya seorang anak laki-laki berusia 14 tahun bernama Prabwo Mondardo atau lebih sering dikenal dengan nama Bowo Alpenliebe yang merupakan pengguna aplikasi TikTok dan sudah memiliki banyak followers di akun TikToknya membuat acara meet and greet dengan fansnya. Bowo dihujat para netizen karena dia dikatakan alay dan dia diduga menarik biaya terhadap fans nya yang ingin berfoto dengannya. Pada akhirnya, karena sering menerima hujatan di berbagai media sosial, Bowo pun memutuskan untuk berhenti bermain TikTok. Anehnya, para netizen yang dulunya menghujat Bowo sekarang justru banyak yang bermain aplikasi TikTok. Hal ini membuat Bowo tertawa, dia menganggap para netizen telah menjilat ludahnya sendiri. Semenjak kejadian itulah, TikTok mulai tenar di Indonesia dan sekarang telah memiliki pengguna lebih dari 100 juta orang di dunia. Indonesia juga merupakan negara pengguna TikTok terbesar keempat di dunia. Penggunanya berasal dari berbagai kalangan, mulai dari anak-anak sampai orang tua.
ADVERTISEMENT
TikTok memiliki banyak konten bermanfaat yang berbeda-beda, yang dibuat oleh para kreator. Ada yang menari, ada yang bernyanyi, ada yang membuat tutorial membuat sesuatu,dll. Namun dibalik konten-konten positif tersebut, masih terdapat banyak konten negatif yang ada di aplikasi TikTok. Konten mengandung hal negatif ini tak jarang sering muncul di FYP atau For Your Page. Contoh konten negatif yang sering muncul di FYP akhir-akhir ini adalah balap liar di jalan umum. Balap liar merupakan suatu tindakan yang melanggar hukum dan dapat membahayakan nyawa orang lain. Dalam balap liar tersebut banyak dari mereka yang juga tidak mengenakan alat keselamatan berkendara seperti helm. Akibat dari konten balap liar tersebut adalah makin maraknya balap liar yang terjadi di beberapa daerah di Indonesia, tak sedikit dari mereka adalah anak-anak dibawah umur yang belum memiliki surat izin mengemudi. Hal tersebut menyebabkan naiknya angka kecelakaan lalu lintas di jalan raya yang memakan korban luka ringan hingga kematian.
ADVERTISEMENT
Tiktok juga memiliki pengaruh buruk bagi anak jika digunakan secara berlebihan, yaitu menghambat proses tumbuh kembang kemampuan bersosialisasi terhadap dunia sekitar. Semenjak ada aplikasi TikTok, anak-anak menjadi lupa akan asiknya bermain bersama teman-teman. Tak jarang saat ini banyak ditemukan anak-anak yang bahkan dengan tetangganya pun tidak kenal. Hal ini sangat mengganggu proses anak untuk bersosialisasi dengan orang disekitarnya.
Masalah lain yang timbul adalah maraknya cyber bullying pada anak dibawah umur. Dengan kemudahan fitur komentar pada konten video TikTok, banyak oknum-oknum tidak bertanggung jawab yang melakukan cyber bullying dengan cara body shaming, menghasut, dll. Cyber bullying dapat mengganggu kesehatan mental dan psikologis anak. Tak jarang mereka akan mengalami stress berlebih, rasa takut yang berlebihan, hingga rasa galisah yang tak kunjung hilang.
ADVERTISEMENT
Terlalu sering bermain TikTok juga mengganggu waktu tidur anak. Banyak orang tua yang mengeluh karena semenjak anaknya bermain TikTok, mereka menjadi lupa waktu. Anak-anak menjadi lupa waktu tidur, makan, hingga beribadah.
Masalah terakhir yang berpengaruh bagi perilaku anak adalah banyaknya konten dewasa yang seharusnya tidak mereka lihat. Banyak kreator yang menampilkan tarian eksotis dengan menggunakan pakaian-pakaian yang tidak pantas. Mengingat bahwa kebijakan TikTok tentang pembatasan video untuk anak dibawah umur kurang ketat, peran orang tua untuk selalu mendampingi anaknya saat bermain TikTok sangat diperlukan. Sehingga akan mengurangi peluang mereka untuk melihat konten yang seharusnya belum waktunya untuk mereka lihat.
Teknologi yang memiliki banyak kelebihan pasti memiliki dampak negatif apabila digunakan secara berlebihan. Pihak TikTok sendiri diharapkan memperketat pembatasan konten untuk anak-anak dibawah umur, supaya tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Peran orang tua untuk mendampingi anaknya saat bermain TikTok maupun media sosial lainnya juga menjadi faktor pendukung untuk anak agar mereka tetap dapat mengkonsumsi sesuatu yang bermanfaat dan sesuai dengan usianya. Orang tua juga harus mengingatkan kepada anak akan pentingnya sosialisasi terhadap dunia sekitar, karena kita adalah makhluk sosial yang tidak bsa hidup sendiri. Anak-anak harus diteguhkan agamanya, salah satu caranya adalah dengan mengajarkannya beribadah sesuai ajarannya. Saat anak-anak sudah dikuatkan agamanya, mereka akan bisa memilah mana yang baik dan mana yang buruk, dan akan memperkecil peluang mereka untuk mencontoh hal-hal yang tidak terpuji baik dari media sosial maupun dunia nyata.
ADVERTISEMENT