Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.1
Konten dari Pengguna
Dampak Pandemi terhadap Pedagang Barang Antik di Jalan Surabaya
25 Januari 2022 17:04 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Argya D Maheswara tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Bagi masyarakat Jakarta, keberadaan Jalan Surabaya sebagai sebuah pusat barang-barang antik sudah bukan hal yang bisa dihindari lagi. Sejak pertengahan 1940-an Jalan Surabaya sudah dikenal sebagai tempat mencari berbagai barang koleksi yang berasal dari dalam negeri maupun luar negeri. Benar saja, berbagai toko antik yang menjual ragam barang antik dan koleksi berjajar di sepanjang sisi jalan.
ADVERTISEMENT
Para pedagang barang antik di Jalan Surabaya juga tidak serta merta sebagai pemain lama dalam pasar barang antik. Ada yang memulai usaha turun temurun sejak tahun 1940-an, ada juga yang baru merintis belasan tahun. Barang yang dijual di sini juga didapatkan dari berbagai cara. Mulai dari mencari pintu ke pintu, mencari pemilik rumah tua yang dijual sampai menerima orang yang ingin menjual barang antiknya.
ADVERTISEMENT
Dari patung, ukiran, alat fotografi sampai benda-benda bekas kapal tua ada di sini. Harga yang ditawarkan juga sangat bervariasi mulai ratusan ribu sampai puluhan juta. Berbagai jenis barang antik yang dijual juga merupakan hal yang menghindari persaingan ketat antar pedagang karena benda yang dijual adalah benda-benda yang berbeda walau memiliki latar belakang sebagai barang koleksi ataupun barang antik.
Pandemi dan Dampaknya pada Pasar Barang Antik
Zeki merupakan salah seorang pedagang barang antik asal Ciamis yang fokus memasarkan produk antiknya yaitu barang-barang bekas kapal. Ragamnya sangat banyak mulai dari kemudi kapal tua, lampu gantung, lampu sorot, kaca anjungan, barometer dan masih banyak lainnya. Menurutnya, barang bekas kapal memiliki pasar tersendiri khususnya bagi para pemilik kedai kopi di Jakarta.
ADVERTISEMENT
“Biasanya kita jual ini ke orang-orang yang baru buka kedai kopi, permintaan mereka kebanyakan ya kemudi kapal, lampu gantung sampai kaca kapal,” tuturnya
Pandemi COVID-19 yang terjadi beberapa tahun belakangan ini juga mempengaruhi pemasukannya sebagai penjual barang antik. Hal ini disebabkan oleh pasar barang antik yang sebenarnya menyasar kolektor-kolektor asing sebagai pasar utama. Dengan adanya pandemi COVID-19 yang menyebabkan akses keluar masuk wilayah Indonesia lebih ketat, volume turis asing yang berkunjung ke Jakarta juga menurun.
“Biasanya kalau ada turis yang ingin wisata ke Bandung pasti mampir Jakarta dan beli beberapa barang antik guna kebutuhan koleksi di sini, tapi karena sekarang keluar masuk susah ya kita kena imbasnya,” tambahnya.
Inilah yang menyebabkan turunnya daya beli terhadap barang barang antik karena barang antik sendiri kurang diminati jika ditempatkan pada sektor dalam negeri. Harganya yang mungkin tinggi sesuai nilai historis dan kelangkaannya menyebabkan masyarakat kita kurang berminat untuk membeli barang antik. Hal ini tentu saja disiasati oleh Zeki sebagai penjual barang antik yang mengalami penurunan daya beli oleh masyarakat, ia mengaku juga membuka sewa khususnya bagi mereka yang ingin mengadakan sebuah acara atau pameran.
ADVERTISEMENT
“Buat anak sekolah perpisahan atau mahasiswa yang mengadakan pameran, kita di sini juga bisa sewa barang, hitungannya per hari,” ujar Zeki.