Kerkhoflaan: Makam, Museum dan Jejak Freemason

Argya Dharma Maheswara
Journalist - Writer - Photographer
Konten dari Pengguna
31 Januari 2022 15:17 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Argya Dharma Maheswara tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Jajaran monumen makam di Museum Taman Prasasti Jakarta. (Foto: Argya Dharma Maheswara/Kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Jajaran monumen makam di Museum Taman Prasasti Jakarta. (Foto: Argya Dharma Maheswara/Kumparan)
ADVERTISEMENT
Terletak di di Jalan Tanah Abang No. 1, Jakarta Pusat.Museum Taman Prasasti merupakan sebuah museum yang menyajikan berbagai nisan dari banyak orang penting dalam pemerintahan kolonial Hindia Belanda. Museum ini sendiri merupakan kelanjutan dari sebuah kompleks makam modern pertama di Jakarta yaitu Kerkhoflaan.
ADVERTISEMENT
Memiliki luas 5,5 hektar, Kerkhoflaan sendiri berarti sebagai makam gereja yang dibuka pada 28 September 1975 namun tiga tahun kemudian Gubernur Jenderal Hindia Belanda saat itu memutuskan bahwa tidak ada yang boleh lagi dimakamkan di sana .Setelah masa kolonial berakhir eksistensi makam ini masih berlanjut sebagai sebuah pemakaman tua yang menyisakan 1,2 hektar hingga pada 1977 Gubernur DKI Jakarta mengubahnya menjadi sebuah museum yaitu Museum Taman Prasasti yang menghadirkan beragam koleksi prasasti khususnya batu nisan.

Jejak Freemason di Museum Taman Prasasti

Rumah makam keluarga A.J.W Van Delden. (Foto: Argya Dharma Maheswara/Kumparan)
Salah satu hal menarik dari Museum Taman Prasasti adalah adanya peninggalan jejak-jejak Tarekat Mason Bebas (Freemason) yang tersebar di berbagai nisan para tokoh penting yang dimakamkan di sini. Simbol-simbol tersebut dapat berupa sebuah logo sampai nama seorang figur yang dikultuskan dalam Freemason. Dalam hal ini, Maria Magdalena sebagai Illuminatrix dalam gerakan Freemason namanya terlihat di salah satu nisan pada rumah makan keluarga A.J.W Van Delden.
Bagian dalam rumah makam keluarga A.J.W Van Delden. (Foto: Argya Dharma Maheswara/Kumparan)
Van Delden sendiri adalah seorang juru tulis VOC di Maluku yang mana ia juga diketahui pernah menduduki kursi kepemimpinan kongsi dagang tersebut. Makam keluarga Van Delden sendiri sangat unik karena terdapat sebuah susunan batu menyerupai meja di dalam rumah makamnya. Keterkaitan Van Delden dengan Freemason sendiri bisa kita telusuri lewat sejarah di mana masuknya Freemason ke Indonesia sendiri diakibatkan oleh VOC.
ADVERTISEMENT
Kita perlu tahu bahwa VOC dan Belanda adalah dua hal yang berbeda, VOC sendiri disebut-sebut sebagai salah satu organisasi turunan Freemason yang mana ia membawa modal kepada Belanda yang saat itu bangkrut akibat perang dengan Spanyol. Dari sinilah VOC melakukan berbagai kongsi dagang ke belahan bumi yang jauh dan mendapat banyak hak dari Belanda.
Makam Jenderal Kohler. (Foto: Argya Dharma Maheswara/Kumparan)
Selain itu kita dapat menemukan makam Johan Herman Rudolf Kohler atau sebagian besar dari kita mengenalnya sebagai Jenderal Kohler. Ia adalah Panglima Angkatan Perang Belanda dalam agresi terhadap Kesultanan Aceh pada 1873. Akhir hayatnya sendiri diakibatkan karena ia terbunuh dalam Perang Aceh di mana dia berhasil ditembak oleh salah seorang penembak jitu pasukan Aceh.
Hal unik yang terdapat pada makam Kohler adalah keberadaan simbol Ouroboros yang digambarkan dengan seekor ular yang menggigit buntutnya sendiri. Simbol satanis ini melambangkan keabadian dan sangat akrab dengan kelompok Freemason. Hal ini juga berkaitan dengan kepercayaan Kohler sebagai seorang Yahudi Jerman, yang mana labelisasi kelompok Satanis erat sekali melekat pada kelompok Yahudi yang beribadah secara diam-diam pada masa Reconquista.
Monumen Soe Hok Gie. (Foto: Argya Dharma Maheswara/Kumparan)
Selain itu di Museum Taman Prasasti ini juga terdapat nisan dari berbagai tokoh terkenal seperti H.F Roll (Pendiri sekolah kedokteran STOVIA) sampai aktivis yang terkenal pada masa peralihan Orde Lama ke Orde Baru yaitu Soe Hok Gie. Soe Hok Gie sendiri meninggal dalam pendakiannya ke Gunung Semeru dan dikremasi setelahnya. Walau begitu, monumen tanda kematiannya terdapat di Museum Taman Prasasti.
ADVERTISEMENT