Pentingnya Sekolah Memberikan Pengalaman Nyata pada Setiap Muridnya

A Ari Indarto
Guru Kolese Kanisius - Penulis
Konten dari Pengguna
8 Maret 2023 12:34 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari A Ari Indarto tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi guru mendampingi setiap proses pembelajaran di luar sekolah (Sumber foto: Dokumentasi Panitia Jambore Kolese Kanisius 2023).
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi guru mendampingi setiap proses pembelajaran di luar sekolah (Sumber foto: Dokumentasi Panitia Jambore Kolese Kanisius 2023).
ADVERTISEMENT
Pendidikan adalah sebuah proses mendewasakan diri melalui berbagai kompetensi berkelanjutan dan padu. Serangkaian kegiatan pembelajaran merupakan cara mengolah segala kemampuan setiap peserta didik. Maka, kehadiran guru bukan semata-mata sebagai pusat pengetahuan belaka.
ADVERTISEMENT
Salah satu ciri peserta didik yang mulai tumbuh dewasa adalah sikap kritis. Setiap peserta didik yang mulai tumbuh dewasa adalah mereka yang bisa berpikir dan bernalar secara objektif. Dalam diri setiap peserta didik mempunyai kemampuan memproses informasi dengan baik dari berbagai sumber yang diperoleh.
Selain itu, setiap peserta didik juga harus mampu membangun keterkaitan antarinformasi, menganalisis informasi tersebut, serta mengevaluasi dan mendapatkan kesimpulan dari informasi yang diterima.
Berpikir kritis tidak akan diperoleh hanya jika menghadapi berbagai permasalahan di dalam kelas saja. Peserta didik harus terjun ke dunia nyata, melihat realita yang sebenarnya di masyarakat sekitar.
Kegiatan luar ruang yang dilakukan sekolah pada hakikatnya merupakan usaha sekolah untuk menuntut siswa memahami situasi sebenarnya di dalam masyarakat.
ADVERTISEMENT

Kegiatan Luar Kelas

Kegiatan Jambore; mendekatkan dengan lingkungan alam (Sumber foto: Dokumentasi Panitia Jambore 2023).
Kegiatan di luar kelas atau di luar sekolah pada hakikatnya bukan hanya kegiatan wisata, jalan-jalan atau mengisi waktu luang setelah berbagai kegiatan akademik semacam ulangan atau ujian akhir.
Berbagai kegiatan dimaksudkan untuk melatih peserta didik mengenali alam dan lingkungannya, melihat lebih mendalam berbagai fakta dan masalah di lapangan. Bukan hanya masalah berhubungan dengan kondisi alam dan lingkungan tetapi juga lingkungan sosial masyarakat sekitar.
Salah satu contoh, misalnya, kegiatan Jambore yang dilaksanakan di Kolese Kanisius. Kegiatan Jambore yang dilaksanakan pada tanggal 6-10 Februari 2023 tersebut adalah kegiatan yang dirancang untuk memberikan pengalaman nyata siswa atas berbagai kondisi dan situasi di Hutan Wisata Sidorejo, Deles Indah, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah.
ADVERTISEMENT
Kegiatan ini adalah kegiatan wajib bagi siswa kelas X. Selama kegiatan tersebut, siswa akan melakukan eksplorasi dan penelitian kondisi alam dan lingkungan di Hutan Sidorejo, Deles Indah. Selain itu, siswa juga terjun langsung ke masyarakat untuk melihat berbagai permasalahan yang berkembang di masyarakat lereng Merapi.
Membangun relasi dengan masyarakat melalui kegiatan Live in (Sumber Foto: Dokumentasi Panitia Live In 2023)
Tujuan Jambore, selain sebagai melatih kepemimpinan siswa, juga sebagai pendorong setiap siswa untuk menyadari bahwa alam adalah rumah kita bersama.
Selain Jambore, kegiatan di luar kelas untuk kelas XI adalah live in. Dalam kegiatan live in, para siswa akan tinggal bersama dengan keluarga asuh di daerah pedesaan, atau tinggal bersama di panti asuhan/asrama anak. Mereka akan tinggal dan hidup bersama selama 4 hari dengan menjalankan aktivitas rutin bersama keluarga yang ditumpanginya.
ADVERTISEMENT
Peserta live in dibekali sikap terbuka untuk berinteraksi dengan keluarga asuh dan masyarakat sekitar dengan senantiasa menjunjung tinggi sikap respek kepada orang lain.
Melalui perjumpaan mereka sehari-hari, siswa diharapkan dapat merenungkan, merefleksikan pengalaman pribadi mereka pada realitas sosial yang nyata dialami oleh masyarakat dalam kehidupan sehari-hari, sehingga diharapkan setiap siswa memiliki daya juang yang tinggi, berprinsip jika ingin mendapatkan sesuatu perlu diimbangi dengan usaha keras, rasa syukur dan tidak putus asa.

Pendidikan Berbasis Pengalaman

Ilustrasi Orang Tua Berbicara dengan Guru Anak di Sekolah. Foto: Shutterstock
Pendidikan berbasis pengalaman merupakan sebuah proses pendidikan yang dilaksanakan secara aktif untuk membangkitkan kompetensi peserta didik dalam berpikir dan berbuat. Guru akan dilibatkan sebagai fasilitator dalam seluruh proses tersebut.
Dalam proses eksplorasi pengalaman tersebut, peserta didik benar-benar belajar, seperti dimaksud dalam empat pilar proses pendidikan, yaitu learning to know ( belajar untuk menguasai pengetahuan), learning to do (belajar untuk menguasai pengetahuan), learning to be ( belajar untuk mengembangkan diri), learning to live together ( belajar untuk bermasyarakat).
ADVERTISEMENT
Keempat pilar proses pendidikan tersebut akan membentuk sumber daya manusia yang berkepribadian, mandiri, maju, tanggungjawab, cerdas, kreatif, tampil, berdisplin, dan beretos kerja profesional serta sehat jasmani dan rohani, seperti yang diharapkan dalam profil Pelajar Pancasila.
Ilustrasi guru di sekolah inklusi. Foto: Shutter Stock
Pengalaman sejatinya merupakan guru terbaik sehingga memberikan pengalaman nyata dalam setiap proses pembelajaran memudahkan siswa dalam mencerna dan merekam informasi yang diharapkan guru karena setiap pengalaman sebenarnya merupakan guru terbaik dalam kehidupan. Dengan setiap pengalaman yang diperoleh peserta didik, hakikat belajar yang memperkembangkan kemampuan dan potensi yang dimiliki peserta didik akan tercapai.
Kegiatan eksplorasi lingkungan sekaligus sebagai sarana mengeksplorasi, menjelajah, menciptakan, menemukan, mengaitkan, berinteraksi dengan lingkungan sekitar, serta mengekspresikan apa yang dipikirkan dan diinginkan setiap peserta didik.
ADVERTISEMENT
Meskipun cara belajar ini sebenarnya tidak mempunyai struktur yang jelas, tetapi berbagai pengalaman nyata peserta didik akan memberikan kesempatan untuk belajar secara alami. Bahkan bakat dan minat setiap peserta didik secara jelas akan mudah diamati.
Karena itulah, merdeka belajar sebenarnya tidak akan terlepas dari kemerdekaan setiap peserta didik untuk belajar melalui pengalaman nyata. Jika ini terjadi, disrupsi teknologi yang menghantui peserta didik dalam dunia artifisial tidak akan terus-menerus terjadi.