Konten dari Pengguna

Santri Go International : Kolaborasi Nilai Tradisional dan Visi Global

Ari Mulyadi
Mahasiswa Fakultas Dirasat Islamiyah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
29 Oktober 2024 13:36 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ari Mulyadi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi santri merawat tradisional pesantren ditengah arus modernisasi, sumber :Dokumentasi Pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi santri merawat tradisional pesantren ditengah arus modernisasi, sumber :Dokumentasi Pribadi
ADVERTISEMENT
Pesantren Sebagai Pusat Pendidikan multidimensi, yang saat ini sudah berusia puluhan atau bahkan ratusan tahun, selama ini dikenal sebagai lembaga pendidikan yang membentuk karakter berbasis agama dan moral. Dari awal munculnya hingga saat ini, jumlah pesantren selalu bertambah dari masa ke masa. Secara statistik, pada tahun 2022 Kementerian Agama mencatat jumlah pesantren diseluruh Indonesia sudah mencapai 36.600. Sedangkan jumlah santri aktif sebanyak 3,4 juta dengan jumlah pengajar atau kiyai sebanyak 370 ribu. Jumlah pesantren di Indonesia di dominasi oleh provinsi yang berada di Pulau Jawa. Jawa Barat menduduki peringkat teratas dengan jumlah 12.121 pesantren. Namun, kuantitas yang banyak ini belum sepenuhnya tercatat dalam data statistik Kementerian Agama.
ADVERTISEMENT
Awalnya, santri di pesantren diajarkan untuk memahami kitab-kitab klasik dan praktek hidup bermasyarakat. Namun, seiring berkembangnya zaman, pesantren mulai beradaptasi dengan perubahan sosial dan global. Integrasi sistem dan keilmuan seperti teknologi, bahasa asing, hingga manajemen mulai diperkenalkan sebagai bagian dari kurikulum pesantren. Hal ini dilakukan untuk merespon arus modernisasi dan menjawab tuntutan zaman yang semakin maju. Sebagaimana Kementerian Agama mengusung tagline “Menjaga Tradisi, Mengawal Inovasi”, maka kehadiran santri dan pesantren adalah wujud nyata atas upaya yang telah di cita-citakan.
Santri sebagai salah satu unsur terpenting dalam dunia pesantren, awalnya dipandang sebelah mata oleh sebagian orang terutama kaum modernis. Mereka dipandang sebagai kader-kader ustaz dan guru ngaji yang dianggap memiliki masa depan yang suram. Sistem pendidikan pesantren dianggap konservatif dan lambat dalam mengikuti arus modernisasi (Naufal, et al.,2022: 31). Menurut Malik (1997: 121) dikotomi semacam itu mungkin saja tidak begitu tepat, karena kenyataaanya banyak pesantren yang sudah melakukan perubahan baik secara struktural maupun kultural. Dengan munculnya istilah pesantren modern menunjukan bahwa perkembangan pesantren tidak selamanya memperlihatkan perkembangan yang statis.
ADVERTISEMENT
Dalam dekade terakhir, santri yang identik dengan kultur tradisional dan pembelajaran kitab klasik, mulai menunjukan potensinya untuk bersaing dikancah global. Fasilitas pemerintah yang di sediakan untuk kaum santri, seperti Beasiswa Program Santri Berprestasi (PBSB) Kementerian Agama, semakin mempermudah akses santri untuk berlabuh di berbagai negara. Begitu juga halnya dengan program beasiswa yang disediakan oleh Pengurus Besar Nahdhatul Ulama (PBNU) dan macam-macam program pengembangannya, guna memfasilitasi para santri untuk meningkatkan soft skill di berbagai bidang yang diinginkan.
Jauh sebelum itu, pada abad ke 19 kaum santri sudah memperkenalkan nama Nusantara dikancah keulamaan internasional. Syeikh Ahmad Khatib al-Minangkabawi (w.1334 H) misalnya, sebagai Imam Masjidil Haram di Makkah. Syeikh Nawawi al-Bantani (w.1314 H) yang bergelar al-Sayyid al-Ulama al-Hijaz (Pemuka Ulama Hijaz), Mereka berdua selain kontribusinya dalam mewarnai khazanah keislaman, keduanya juga telah mengharumkan nama Nusantara di mata dunia (Azhar, 2022: 9). Dalam teras kepemimpinan bangsa, kaum santri juga banyak menduduki kursi penting di pemerintahan. Diantaranya, K.H Hasyim Muzadi (Calon Wakil Presiden 2004), Gus Dur (Presiden RI ke-4), K.H Ma,ruf Amin (Wakil Presiden RI ke-13), dan lainnya. Keunggulan ini karena didukung oleh karakter santri yang memiliki kearifan,kecakapan dan kompetensi ilmu yang beragam.
ADVERTISEMENT
Kaum santri di era sekarang ini, yang dikenal sebagai Generasi Z dengan ciri khasnya yang sudah terpapar teknologi sejak dini, dituntut untuk melek perkembangan digital dan isu-isu internasional. Terkhusus untuk para santri yang sudah masuk ke jenjang perguruan tinggi. Munculnya platform seperti santri mendunia dan santri mengglobal yang terkoneksi di 36 negara dan 38 provinsi menunjukan para santri sadar akan pentingnya keterlibatan di dunia internasional. Keberadaan mereka di berbagai negara membuka ruang untuk kontribusi yang lebih luas di berbagai bidang, seperti pendidikan, diplomasi,sosial hingga politik. Nantinya, Santri tidak hanya terlibat dalam diskusi agama atau sosial semata, Namun mereka mampu menjadi duta perdamaian yang membawa wajah damai Islam Nusantara di kancah internasional.
ADVERTISEMENT
Mengglobal dengan tetap berakar pada nilai tradisional merupakan salah satu kekuatan santri untuk go internasional. Ajaran tentang keidisiplinan, kejujuran dan toleransi yang diajarkan di pesantren sangat relevan di aplikasikan di masyarakat global yang semakin plural. Dalam membawa visi global sebagai agen perubahan dan duta perdamaian, santri harus tetap menjaga keseimbangan anatara mempertahankan identitas sebagai santri dan tuntunan dunia global yang sering kali penuh dinamika dan perubahan. Karena prinsip umum yang dianut oleh dunia pesantren adalah kionsep kaidah fikih yang berbunyi “al-Muhafdhah ‘ala al-Qadim shalih wa al-Akhdu ‘ala al-Jadid ashlah”,melestarikan tradisi lama yang masih baik sekaligus mengadopsi hal-hal baru yang jauh lebih baik (Naufal, et al.,2022: 37).
Santri go Internasional bukan hanya sekedar fenomena di mana santri belajar atau terlibat aktif di luar negeri. Akan tetapi lebih dari itu, santri harus mampu menyeimbangkan nilai-nilai tradisional dan visi global. Kolaborasi ini memungkinkan santri untuk tidak hanya aktif berperan di kancah internasional, tetapi juga menjadi agen of change (agen perubahan) yang membawa misi perdamaian dan keadilan sosial. Berbekal pondasi agama yang kuat dan wawasan global yang luas, santri berpotensi menjadi pemimpin masa depan yang mampu mengatasi tantangan global dengan solusi yang berbasis nilai-nilai moral,spiritual dan kemanusiaan.
ADVERTISEMENT