Konten dari Pengguna

Apa Membaca Itu Penting?

Ari Susilowati
Mahasiswa Program Doktor Fakultas Biologi UGM
22 April 2025 9:57 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ari Susilowati tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
menulis, https://www.istockphoto.com/id/vektor/anak-sekolah-gm636284416-112795617?utm_source=pixabay&utm_medium=affiliate&utm_campaign=sponsored_vector&utm_content=srp_topbanner_media&utm_term=learning
zoom-in-whitePerbesar
menulis, https://www.istockphoto.com/id/vektor/anak-sekolah-gm636284416-112795617?utm_source=pixabay&utm_medium=affiliate&utm_campaign=sponsored_vector&utm_content=srp_topbanner_media&utm_term=learning
ADVERTISEMENT
Di tengah tantangan globalisasi dan persaingan dunia, kemampuan literasi menjadi salah satu penentu kesuksesan suatu bangsa. Namun, Indonesia menghadapi kenyataan pahit dengan rendahnya tingkat literasi di berbagai wilayah. Fenomena ini sangat memprihatinkan karena menghalangi potensi besar generasi muda untuk berkembang dan membawa Indonesia menuju masa depan yang lebih baik. Oleh karena itu, literasi tidak hanya perlu menjadi prioritas, tetapi juga harus menjadi gerakan bersama yang melibatkan semua elemen masyarakat.
ADVERTISEMENT
Krisis Literasi di Berbagai Wilayah
Dari Sabang hingga Merauke, disparitas dalam tingkat literasi begitu nyata. Di beberapa daerah terpencil seperti Papua Pegunungan, banyak lulusan SMA bahkan sarjana yang masih belum mampu membaca dan menulis dengan baik. Situasi ini juga terjadi di Kabupaten Bima, di mana siswa SMA ditemukan tidak bisa membaca sama sekali. Belum lagi siswa SMP di Pangandaran yang masih kesulitan membaca dengan lancar. Ketimpangan ini menunjukkan adanya masalah mendalam dalam sistem pendidikan yang belum mampu memberikan akses setara kepada seluruh warga negara.
Kondisi ini tidak hanya sekadar angka dalam statistik, tetapi adalah representasi dari krisis pendidikan yang lebih besar. Setiap anak yang tidak mampu membaca adalah kehilangan peluang bagi dirinya untuk berkembang dan bagi bangsa untuk meraih kemajuan. Di sisi lain, hal ini juga mencerminkan kurangnya perhatian serius terhadap pendidikan, terutama di wilayah terpencil yang kurang terjangkau oleh infrastruktur dan sumber daya.
ADVERTISEMENT
Mengapa Minat Baca Begitu Rendah?
Rendahnya minat baca di Indonesia menjadi salah satu penyebab utama krisis literasi. Di era digital ini, perhatian anak muda lebih banyak terserap oleh gadget dan hiburan instan daripada buku. Padahal, literasi adalah modal utama untuk membangun kemampuan berpikir kritis dan analitis yang sangat dibutuhkan di masa depan.
Faktor lain yang menjadi penghalang adalah kurangnya akses terhadap buku berkualitas. Sekolah di daerah terpencil sering kali hanya memiliki buku teks yang sulit dipahami dan tidak menarik bagi anak-anak. Ketersediaan perpustakaan yang memadai juga masih sangat terbatas, sehingga banyak siswa yang tidak pernah merasakan kebebasan untuk memilih dan membaca buku yang mereka sukai.
Di tingkat keluarga, budaya membaca belum menjadi kebiasaan. Banyak orang tua yang tidak melihat pentingnya mengenalkan buku kepada anak-anak mereka sejak dini. Hal ini membuat anak kehilangan kesempatan emas untuk mencintai membaca di usia perkembangan yang kritis. Padahal, literasi yang ditanamkan sejak dini akan memberikan dampak besar pada kemampuan kognitif dan perilaku anak di masa depan.
ADVERTISEMENT
Kesenjangan Akses yang Mencolok
Salah satu tantangan terbesar dalam upaya meningkatkan literasi di Indonesia adalah kesenjangan akses yang mencolok antara masyarakat perkotaan dan pedesaan. Sebagian besar fasilitas pendidikan, perpustakaan, dan bahan bacaan berkualitas terpusat di Pulau Jawa, khususnya Jakarta. Sementara itu, anak-anak di daerah terpencil harus berjuang keras untuk mendapatkan akses terhadap buku.
Inisiatif seperti perpustakaan keliling telah memberikan secercah harapan, tetapi upaya ini masih sangat terbatas dalam menjangkau seluruh wilayah Indonesia yang luas. Selain itu, distribusi buku yang tidak merata juga menjadi hambatan besar. Buku-buku berkualitas sering kali sulit dijangkau karena faktor logistik dan biaya produksi yang mahal.
Pentingnya Literasi Sejak Dini
Belajar membaca sejak usia dini memiliki dampak yang luar biasa pada perkembangan anak. Literasi tidak hanya membantu membangun kemampuan kognitif, tetapi juga membentuk kepribadian yang positif. Anak-anak yang gemar membaca cenderung memiliki rasa percaya diri yang tinggi, kemampuan berpikir kritis, dan keinginan untuk terus belajar sepanjang hidup.
ADVERTISEMENT
Selain itu, literasi juga membuka pintu bagi peluang yang lebih besar di masa depan. Dengan literasi yang kuat, anak-anak dapat memahami dunia di sekitar mereka, mengeksplorasi ide-ide baru, dan berkontribusi untuk menciptakan perubahan positif dalam masyarakat.
Krisis literasi di Indonesia bukanlah sesuatu yang tidak dapat diatasi. Dengan kolaborasi yang kuat dan komitmen yang nyata dari semua pihak, kita dapat membangun generasi yang lebih cerdas dan siap menghadapi tantangan global. Literasi bukan hanya tentang kemampuan membaca, tetapi juga tentang memahami, menganalisis, dan menciptakan. Inilah kunci untuk membangun masa depan yang lebih cerah bagi bangsa Indonesia.
Generasi muda memiliki peran besar dalam membawa perubahan ini. Melalui kreativitas, semangat, dan inovasi, anak muda dapat menjadi pelopor gerakan literasi yang berdampak besar. Bersama-sama, kita dapat menjadikan membaca sebagai bagian tak terpisahkan dari budaya Indonesia dan mewujudkan mimpi untuk menjadi bangsa yang maju dan berdaya saing global.
ADVERTISEMENT
Referensi:
1) INOVASI Program. (2016-2023). https://www.inovasi.or.id/id/newsletter/
2) Napitupulu, E. L. (2023). Keterampilan Dasar Literasi Siswa Indonesia Rendah. Kompas.
3) Gumede, W. (2020, November 28). Why reading is crucial for economic growth. News24. Retrieved from https://www.news24.com/News24/william-gumede-why-reading-is-crucial-for-economic-growth-20201128
4) Heyward, M., & Collett, P. (2023, June 8). Children’s literacy in Indonesia: solving the book supply problem. Devpolicy Blog from the Development Policy Centre. Retrieved from https://devpolicy.org/childrens-literacy-in-indonesia-solving-the-book-supply-problem-20230608/UNICEF Papua. (2015). Program Literasi UNICEF di Papua dan Papua Barat.
5) Watters, E. (2023). Actors Contributing to Youth Poverty in Indonesia. https://borgenproject.org/youth-poverty-in-indonesia/#:~:text=Indonesian%20youth%20face%20high%20rates,stable%20and%20decent%20work%20opportunities.
6) Pardede, P. (2020). Reading crisis: The culprit of Indonesian education low quality. WEEDUTAP. Retrieved from https://www.weedutap.com/2020/05/reading-crisis-culprit-of-indonesian.html
7) Castro-Caldas, A., Petersson, K. M., Reis, A., Stone-Elander, S., & Ingvar, M. (1998). The illiterate brain: Learning to read and write during childhood influences the functional organization of the adult brain. Brain, 121(6), 1053-1063. https://doi.org/10.1093/brain/121.6.1053
ADVERTISEMENT
8) https://bpmpkaltara.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2023/10/RAPOR-PENDIDIKAN-INDONESIA-2023.pdf
9) https://repositori.kemdikbud.go.id/8578/1/Working-Paper-ACDP-EGRA-Indonesia-FINAL1.pdf
10) https://thedreamhouse.org/id/2021/10/15/tingkat-dan-permasalahan-literasi-anak-di-indonesia/?form=MG0AV3
11) https://berita11.com/pendidikan/2023/01/09/5222/duh-literasi-baru-sebatas-jargon-banyak-siswa-sma-di-kabupaten-bima-belum-bisa-membaca/
12) https://www.rri.co.id/papua/daerah/489157/marthen-medlama-saya-masih-ketemu-mahasiswa-belum-tahu-tulis
13) https://bandung.kompas.com/read/2023/08/04/183401978/puluhan-siswa-smp-di-pangandaran-belum-bisa-baca-guru-ungkap-penyebabnya?page=all