Konten dari Pengguna

Kelapa Dua, Depok

Aria Pradana
wartawan kumparan
3 Maret 2018 12:15 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:11 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Aria Pradana tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Kelapa Dua, Depok
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Sering kali yang ada dipikiran orang ketika mendengar kata “Kelapa Dua, Depok” ialah Markas Korps Brigade Mobil (Mako Brimob) Mabes Polri. Bukan kalian yang saja yang berpikiran seperti itu, tapi aku juga. Ini adalah kali pertama aku mengunjungi tempat yang disebut angker bagi para tahanan.
ADVERTISEMENT
Salah satunya, tahanan yang dituduh menistakan agama, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok, ditahan di tempat ini. Namun, aku tidak akan membahas tentang sosok Ahok, melainkan akan membahas tentang pengalamanku saat menembak di Mako Brimob.
Ya, Rabu akhir bulan lalu (28/2) aku mengunjungi tempat ini untuk menceritakan hal yang aku rasakan dan aku lihat dengan dua bola mataku. Aku menyaksikan, para perwira polri bintang satu dan dua mendapatkan pengakuan menjadi warga kehormatan korps brimob. Para jenderal tersebut mendapatkannya karena dianggap telah berperan penting dalam pengembangan korps elit polri tersebut.
Sebagai warga kehormatan, mereka mendapatkan brevet dan pin sebagai ijab Kabul dalam peresmian tersebut. Mereka juga diarak oleh pasukan yang menggunakan pakaian serba biru marun tersebut. Yel-yel kesatuan didendangkan secara serentak dan kompak. Tak lupa, aku mendapatkan perlengkapan yang harus dipakai selama menyaksikan acara tersebut. Semisal kaos, kalender, tas, handuk, topi yang wajib diambil.
ADVERTISEMENT
Seusai upacara, aku digiring dengan menggunakan mobil baraccuda menuju ke lapangan tembak. Akan aku dieksekusi karena telah masuk ke wilayah yang angker tersebut?
Nyatanya tidak demikian. Aku tentunya dengan beberapa kawan yang menyaksikan acara itu juga harus siap menerima tantangan untuk beradu menggunakan senjata yang terbuat dari besi berwarna hitam. Yang aku tahu itu merupakan senayan laras panjang berjenis SIG MPX ROMEO4.
Kelapa Dua, Depok (1)
zoom-in-whitePerbesar
Namun sebelum berlaga menggunakan senapan tersebut, aku menyaksikan sebuah pameran kecil yang menandakan bahwa para anggota brimob telah mendapatkan persenjataan yang lengkap untuk mengamankan ketertiban masyarakat. Ada berbagai jenis senjata lengkap dengan amunisinya, ada juga semacam mobil-mobilan yang fungsinya untuk mencium aroma bahan kimia ataupun bahan peledak yang digunakan para teroris, ada juga baju khusus untuk menjinakkan bom, yang aku kira seperti baju astronaut yang digunakan untuk bepergian ke luar angkasa.
ADVERTISEMENT
Aba-aba dimulai, dengungan peluru yang terlontar dari senapan begitu mengguncang gendang telinga. Para aktor yang ikut berlaga menggunakan senapan tersebut, diwajibkan menggunakan earphone dan kacamata agar fokus pada bidikannya. Ada 10 peluru di dalam masing-masing senapan. Dua untuk percobaan, sementara 8 lainnya untuk perlombaan.
Targetnya jelas, 3 plat besi berwarna putih, serta 5 peluru lainnya ditujukan membidik sasaran yang berwarna hitam dengan jarak sekitar 7 meter. Kalian pasti tahu, berapa nilai yang aku dapat? C, alias kurang memuaskan, tapi aku senang.
Setelah merasakan sensasi menggunakan senapan tersebut, lalu dilanjutkan dengan merasakan sensasi menggunakan senapan laras panjang dengan sasaran anak babi dan jarak target tak kurang dari 200 meter. Mau tahu hasilnya?
ADVERTISEMENT
Sebelum aku memberitahukan hasilnya, akan ku ceritakan pengalamanku. Aku lupa jenis senapan tersebut, yang jelas moncongnya lebih maju dari senapan SIG MIX Romeo4. Tak ada percobaan melesakkan peluru kali ini. Aku hanya diwajibkan untuk mengintip melalui tele, target sasaran yang sesuai. Sementara itu, telunjuk kananku secara pelan-pelan menekan pelatuk hingga terasa peluru tersebut keluar dari senapan.
Waktu itu, diberikan 8 peluru untuk ditembakkan ke 5 plat besi berbentuk anak babi serta tiga laiinya ditujukan ke bulatan berwarna hitam. Setelah semua dilakukan, hasilnya adalah 3 anak babi berhasil ku tumbangkan, sementara peluru lainnya melenceng dari target sasaran.
Kegiatan tersebut, tentunya sangat menyenangkan. Meskipun hasilnya tetap saja kurang memuaskan. Kapan lagi bisa menembak jika tidak ada kesempatan? Maka selagi ada kesempatan, luangkanlah untuk menembak.
ADVERTISEMENT
“Olahraga menembak adalah olahraga yang sangat aman. Kuncinya adalah satu, disiplin,” kata Kepala Divisi Hubungan Masyarakat (Kadiv Humas) Polri, Irjen Setyo Wasisto.