Menikmati Perjalanan di Kampung Coklat Blitar yang Penuh Godaan

Aria Rusta
kontributor
Konten dari Pengguna
7 Januari 2022 16:09 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Aria Rusta tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Wisata Edukasi Kampung Coklat di Blitar. Dok. Pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Wisata Edukasi Kampung Coklat di Blitar. Dok. Pribadi
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Perjalanan kemudian berlanjut ke Wisata Edukasi Kampung Coklat di Desa Plosorejo, Kecamatan Kademangan. Kondisinya penuh dengan kendaraan di parkiran.
ADVERTISEMENT
Bangunan pintu masuknya sangat besar. Harga tiketnya 20.000 rupiah per orang.
Namanya juga Kampung Coklat, dipastikan semuanya serba coklat. Mulai dari tanaman-tanaman yang dijual, wahana bermainnya, produk makanan dan minuman yang dijual, budidaya tanamannya, pengolahannya, hingga hampir semua bangunan berwarna coklat.
Memasuki wahana bermain, keponakanku langsung bermain wahana dremolem atau kereta-keretaan. Sebagian besar wahana bermainnya juga dikenakan tarif.
Semua pengunjung hilir mudik, bergandengan tangan, berkelompok, membawa beberapa barang bawaan.
Sedangkan aku, memisahkan diri dari kelompok, sendirian, tanpa gandengan.
Situasi tersebut aku laporkan ke seseorang yang aku sayang. Aku kirimkan foto melalui whatsapp bahwa aku sedang berada di kampung coklat.
“iya iya yg lg bedua,” kata dia.
Setelah berjalan-jalan sendirian sekitar seperempat jam, ku kembali menemui orang-orang yang ikut rombongan disini. Ternyata, mereka sedang asyik bermain ikan di kolam yang mengitari halaman masjid.
ADVERTISEMENT
Ikannya cukup banyak. Keponakanku sangat senang bermain ikan dan air. Untuk terus menyenangkannya, ku membeli pakan ikan seharga Rp 2000 di tempat yang telah disediakan.
Dengan memberikannya sedikit demi sedikit, ikan-ikan berdatangan. Tampaknya sangat lapar.
Usai pakan ikannya habis, kupisahkan diri dari keponakan dan rombongan. Kembali lagi, aku sendirian menelpon wanita yang kusayang.
Namun sayang, karena situasinya sangat ramai, aku pasang headset. Tapi, tiba-tiba suaranya hilang, teryata telponnya sudah dimatikan.
Ku kembali lagi masuk dalam rombongan. Tapi, mereka telah berpencaran. Aku jalan-jalan sendirian, tanpa arah dan tujuan. Meski demikian, aku lanjutkan perjalanan dengan membeli minuman coklat seharga Rp 13.000.
Rasa penasaranku semakin liar dengan luasnya kampung coklat di Blitar. Kususuri tempat ini, hingga jauh ke belakang. Sampai akhirnya, aku dipanggil oleh seseorang yang ternyata ayahnya keponakan.
ADVERTISEMENT
Aku dibawa ke galeri coklat, yang isinya berbagai macam oleh-oleh coklat khas kampung coklat. Mayoritas pengunjung yang memasuki galeri tersebut, membawa keranjang untuk diisi buah tangan, baik itu berupa makanan, pernak-pernik, hingga pakaian.
Di dalam galeri tersebut, aku tak membeli apapun. Maklum saja, uangku tunaiku tipis dan aku khawatir tidak cukup untuk membayar oleh-oleh tersebut. Meski begitu, ibuku telah membeli beberapa jajajan coklat.
Usai menghabiskan waktu di kampung coklat, kami pun kembali berkumpul di parkiran. Untuk selanjutnya mengisi amunisi untuk pulang ke kampung halaman.
Setibanya di Kediri, kami membeli makanan khas Kediri, yaitu Tahu. Kan Kediri dijuluki sebagai Kota Tahu. Setelah itu perjalanan dilanjutkan melewati jalan tol.
Di jalan tol, mobilnya kebanan alias bannya bocor. Untung saja, kami membawa ban serep, sehingga tak membutuhkan waktu lama untuk menggantinya.
ADVERTISEMENT
Kami sampai di Blora, pada malam hari sekitar pukul 21.00, pada Minggu 2 Januari 2022.
Sekian ulasan perjalannya, kami sampaikan terima kasih.
---- Selesai ----