Fenomena "Zero-Sum" pasca Pemilu 2024

Ilustrasi Fenomena Zero-Sum Game. Sumber(Pixabay)

Pemilihan Presiden dan Legislatif sudah selesai, Pesta demokrasi Indonesia 2024 telah menguras sumber daya modal dan tenaga kerja yang besar. Dalam pemilu 2024 ini Prabowo-Gibran hampir dipastikan menang dan mendapatkan kekuasaan, tetapi sejatinya dua kontestan lain juga mendapatkan kemenangan.

Mereka sudah menang di hati para pendukungnya karena usaha pantang menyerah dan bertarung sampai pemilu ini berhasil dilaksanakan. Walaupun banyak terlihat gerakan yang nir-etika dalam perhelatan ini. Sebagian kalangan berasumsi bahwa setelah pemilu selesai diselenggarakan, fenomena zero sum game akan terjadi dan hanya akan menguntungkan masyarakat pendukung presiden terpilih.

Fenomena "Zero-Sum"

Dalam sebuah teori permainan, ada sebuah situasi di mana keuntungan yang diperoleh satu pihak menyebabkan kerugian yang sama untuk pihak lain. Istilah ini disebut sebagai situasi zero-sum game atau dengan kata lain winner takes all. Pada kondisi zero-sum game, tidak ada ruang untuk kepentingan bersama. Teori ini berawal dari prinsip-prinsip matematika yang kemudian diterapkan dalam konteks sosial, terutama dalam hal menentukan strategi dan menyelesaikan konflik.

Terdapat dua jenis permainan zero-sum: zero-sum murni dan zero-sum campuran. Dalam permainan zero-sum murni, total keuntungan dan kerugian selalu sama. Kerjasama atau kolaborasi tidak dimungkinkan dalam permainan zero-sum murni. Sementara itu, dalam permainan zero-sum campuran, total keuntungan dan kerugian tidak selalu sama. Permainan zero-sum campuran memberikan lebih banyak fleksibilitas dalam pengambilan keputusan dan dapat menghasilkan strategi yang lebih kompleks.

Dalam permainan zero-sum, strategi yang optimal seringkali adalah fokus pada membatasi kerugian daripada mencari keuntungan maksimal. Contohnya, dalam poker, seorang pemain mungkin lebih baik memilih untuk melipat tangan daripada mengambil risiko kehilangan semua chipnya. Dalam catur, seorang pemain mungkin memilih untuk mengorbankan pionnya demi keuntungan strategis yang lebih besar.

Dalam konteks berbangsa, pengelompokan pemenang dan pecundang tentu saja akan merugikan negara secara keseluruhan. Alih-alih melakukan kerja sama untuk mencapai pertumbuhan yang lebih baik, beberapa kelompok masyarakat malah sibuk mencurahkan energinya untuk mencapai kepentingan kelompok masing-masing. Dalam konteks rasionalitas, politik tidak dapat disederhanakan menjadi situasi yang hanya hitam-putih; ada banyak nuansa abu-abu yang memungkinkan berbagai kemungkinan atau the art of possibility.

Politik bisa dilihat sebagai gabungan antara seni, ilmu pengetahuan dan permainan, di mana kemungkinan-kemungkinan di dalam politik tidak terbatas. Terkadang, pertikaian yang terlihat antara aktor politik mungkin hanyalah permukaan yang terlihat di layar kaca dan dalam wacana media. Tidak mustahil bahwa komunikasi dan negosiasi terjadi di antara mereka, bahkan jika hal tersebut tidak diungkap secara terbuka.

Pemimpin yang terpilih memiliki tanggung jawab untuk menyatukan kedua kelompok, terlepas dari perbedaan politik sebelumnya. Pemimpin harus berperan sebagai pemimpin bagi seluruh masyarakat Indonesia, tidak hanya bagi pendukungnya, tetapi juga bagi yang tidak memilihnya. Begitu pula bagi pihak yang kalah, baik dari kalangan elit maupun masyarakat biasa, mereka harus menerima kenyataan bahwa presiden terpilih adalah pemimpin mereka dan memberinya kesempatan untuk memimpin bangsa Indonesia menuju pembangunan nasional yang lebih baik.

Mengenai permainan yang kotor, licik, dan curang yang dilakukan pemerintah,penyelenggara atau wasit pertandingan kita serahkan kepada pihak yang berwenang mengadili. Jika terdapat kejanggalan, biarkan masyarakat memberikan penilaian.