Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Konten dari Pengguna
Konflik Etnosentrisme yang Ditunggangi
27 Februari 2024 7:56 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Arie Purnama tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Konflik Etnosentrisme merupakan salah satu kegagalan Komunikasi Antar Budaya. Etnosentrisme pertama kali didefinisikan oleh seorang sosiolog bernama William Sumner, yang merujuk pada kecenderungan kuat untuk menilai kelompok sendiri sebagai yang terbaik dan menempatkan kelompok lain pada posisi lebih rendah. Hal ini merupakan fenomena dalam ranah Komunikasi Antar Budaya, di mana terdapat tingkat kesalahpahaman yang tinggi karena tekanan dari perbedaan latar belakang budaya yang kental. Akibatnya, seringkali terjadi konflik antara golongan masyarakat dengan latar belakang budaya yang berbeda karena perbedaan unsur budaya yang signifikan.
ADVERTISEMENT
Salah satu Etnosentrisme yang bertahan dalam konfik saat ini adalah konflik Israel-Palestina. Zionisme Muncul akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, yang berupaya menciptakan negara Yahudi di Palestina, sedangkan gerakan nasionalis Palestina mengupayakan pemeliharaan identitas Arab dan hak atas tanah mereka. Hal ini dimulai setelah ditandatanganinya deklarasi Balfour antara Perdana Mentri Inggris Arthur Balfour dan komunitas Yahudi Inggris pada 1917, Banyak Etnis Yahudi Inggris mulai berdatangan ke Palestina pada periode 1920-an. Puncaknya pada tahun 1940-an eksodus besar-besaran yahudi yang melarikan diri dari Eropa, khususnya holocaust yang dilakukan Nazi di Jerman dan sekitarnya pada Perang Dunia Kedua. Kemudian pembagian wilayah oleh PBB dimana Yahudi mendapat sekitar 55% dari area total tanah sementara pihak Palestina mendapatkan 45%.
ADVERTISEMENT
Peristiwa Inilah yang menjadi akar konflik Israel Palestina hingga saat ini, sehingga memunculkan akar Etnosentrisme. Palestina memiliki Hamas yang merupakan milisi berbasis keagamaan kemudian ditetapkan sebagai kelompok teroris oleh AS, Inggris dan banyak negara NATO lainnya. AS dan Inggris memiliki hubungan sejarah yang kuat dengan Israel dan memandang negara tersebut sebagai sekutu yang berbagi nilai-nilai demokrasi dan kebebasan.
Sehingga dukungan politik dan diplomatik terhadap Israel merupakan ekspresi dari komitmen mereka terhadap negara demokratis di kawasan tersebut. AS, Inggris hingga NATO mendapat manfaat dari hubungan ekonomi dan teknologi yang erat dengan Israel, termasuk dalam hal perdagangan, investasi, dan kerja sama dalam bidang teknologi tinggi.
Sedangkan Rusia dan China sama-sama menolak menyebut Hamas sebagai teroris, mereka menyalahkan kebijakan AS atas tidak adanya perdamaian di Timur Tengah. Mereka melihat Palestina sebagai negara yang berjuang untuk kemerdekaan dan keadilan, sehingga memberikan dukungan politik mereka.
ADVERTISEMENT
Dukungan terhadap Palestina juga memberikan peluang bagi Rusia dan Tiongkok untuk memperkuat hubungan mereka di Timur Tengah, sebuah wilayah yang memiliki kepentingan strategis yang besar bagi kedua negara tersebut. Dukungan terhadap Palestina juga memungkinkan mereka untuk menantang pengaruh Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya di kawasan tersebut.
Etnosentrisme tidak akan terjadi apabila terciptanya toleransi antar masyarakat dengan menyeimbangkan kebudayaan kelompoknya dengan kelompok lain. Memiliki sifat Etnosentrisme dalam diri membuat individu sulit untuk membangun hubungan dengan individu yang memiliki perbedaan budaya, agama, ataupun bahasa karena mereka akan cenderung bersikap egois dalam membangun hubungan berkomunikasi dan hanya menimbulkan kesalahpahaman saat berkomunikasi.
Namun, masalah Israel-Palestina tidak hanya terkait Etnosentrisme melainkan kompetisi dua kutub kekuatan untuk saling mempertahankan Hegemoni Internasional. Dalam penyelesaian sebuah konflik bisa melalui mediasi di luar hukum yang melibatkan pihak ketiga sebagai mediator atau perantara yang menjadi pihak penengah untuk mendamaikan pihak yang saling berselisih.
ADVERTISEMENT
Akan tetapi, banyak kepentingan dari negara lain dalam menjaga konflik ini terus berlangsung. Mulai dari dominasi Hegemoni,penjualan alat-alat perang, hingga perang ideologi. Hal ini mustahil untuk dilakukan apabila konflik ini ditunggangi oleh banyak pihak yang saling berkepentingan.