Menyetir Ribuan Kilometer ke New York? Siapa Takut!

Arief Ihsan Rathomy
Diplomasi/Kebijakan Publik/Travelling/Media Sosial
Konten dari Pengguna
17 Maret 2019 4:07 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Arief Ihsan Rathomy tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Musim panas tahun 2016 menjadi saksi kami melakukan perjalanan terpanjang yang pernah dijalani menggunakan mobil pribadi. Saat itu, selepas merayakan lebaran, kami sekeluarga memutuskan untuk pergi ke New York dari Houston, Texas, dengan menggunakan mobil, tanpa sopir sewaan.
Patung Lady Liberty di New York, Summer 2016. Sumber: Dok Pribadi
Anda tahu berapa jaraknya? 2622 kilometer! Kira-kira 3 kali perjalanan dari Serang, Banten; ke Surabaya, Jawa Timur. Jauh, ya! Itu pun baru jarak tempuh untuk pergi, ketika kembali ke Houston, maka kami harus menempuh lebih dari 5300 kilometer layaknya perjalanan pulang pergi Jakarta-Banda Aceh.
ADVERTISEMENT
Tidak ada alasan khusus menggunakan mobil, yang jelas kami ingin mencoba merasakan langsung geliat kehidupan di kota-kota yang kami singgahi. Dan tentunya, memastikan juga seberapa nyaman dan aman melakukan road trip di jalanan Amerika Serikat.
Cerita perjalanan saya akan dirangkumkan dalam beberapa segmen utama. Mudah-mudahan bisa bermanfaat ya, bagi anda yang berencana melakukan perjalanan yang serupa.
Pastikan kondisi kendaraan anda layak
Sebagaimana juga berkendara jauh di Indonesia, saya memastikan bahwa kendaraan pribadi yang saya dan keluarga pakai dalam kondisi prima. Termasuk mengganti oli dua hari sebelum keberangkatan, dan tune up mesin untuk memastikan kendaraan nyaman dan tidak bermasalah di jalan. Maklum, mobil yang kami pakai sudah berumur kurang lebih 9 tahun.
ADVERTISEMENT
Pastikan juga bahwa asuransi kendaraan meng-cover apabila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Hal ini perlu diperhatikan betul, khususnya bagi anda yang lebih memilih menyewa mobil di rental kendaraan yang tersedia di Amerika Serikat.
Penyewaan Mobil di Bandara George Bush Intercontinental Airport, Houston, TX. Sumber: https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/f/fb/GeorgeBushIAHRentCar.JP
Bagi sebagian travellers, menggunakan kendaraan sewaan membuat mereka merasa lebih nyaman. Hal ini karena biasanya mobil yang disewa selalu dalam kondisi siap pakai. Lebih pede lah istilahnya. Pilihan alternatif lainnya adalah menggunakan pesawat ke kota tujuan, sementara penyewaan mobil dapat dilakukan di bandara tujuan.
Pilih rute perjalanan sejak awal
Rute perjalanan ini penting sekali. Kita harus menghitung waktu kapan berangkat dan beristirahat di jalan. Dengan aplikasi Google Maps misalnya, kami memperkirakan sekitar 4 jam sekali untuk berhenti di kota-kota kecil yang kami lintasi untuk beristirahat, sekaligus mengisi bahan bakar yang sudah setengah kosong.
ADVERTISEMENT
Pada awal perjalanan, kami memilih untuk melintasi beberapa negara bagian di selatan jalur I-10, mulai dari Louisiana, Alabama, Mississippi, dan sebelum bermalam di Atlanta, Georgia. Kondisi jalan yang mulus dan cenderung lurus tak berkelok-kelok mungkin membuat anda mengantuk, khususnya perjalanan sejak perbatasan Texas-Louisiana-Mississippi dan Alabama. Jadi, hati-hati ya!
Ilustrasi Rencana Perjalanan dari Houston ke New York. Sumber: Google Map
Sejak sampai di negara bagian Georgia hingga Washington DC, jalanan lebih berkelok dan mulai terasa naiknya ketinggian dari permukaan laut. Begitu pula pada rute yang kami pilih untuk melanjutkan perjalanan dari Washington DC ke New York City.
Menikmati Kota Atlanta selama dua malam
Menginap selama dua malam di Atlanta membuat kami berkesempatan mengunjungi tiga ikon wisata di sana dalam satu hari. The World of Coca Cola, Kantor Pusat CNN, dan Olympic Centennial Park.
ADVERTISEMENT
Ketiga tempat itu kebetulan berada di lokasi yang berdekatan, sehingga mampir ke tiga tempat tersebut dalam satu hari sangat memungkinkan. Oleh karena saat tiba di Atlanta waktu telah malam, maka kami langsung memanfaatkan waktu untuk istirahat.
Potret Coca Cola dari berbagai negara di Museum The World of Coca Cola. Dok Pribadi
Jika anda penggemar berat minuman bersoda, Coca Cola, maka The World of Coca Cola harus ada dalam daftar wajib kunjungan. Di sana, anda boleh meminta minuman bersoda itu sepuasnya, kalau kuat menghabiskannya, ya! Di dalamnya, dapat anda temukan mulai dari mulai sejarah, proses produksi, hingga hasil produk Coca Cola di berbagai negara dengan beragam cita rasanya tersedia lho.
Proses Produksi Coca Cola di Museum The World of Coca Cola. Dok. Pribadi
Untuk masuk setiap orang dewasa dikenakan biaya sebesar 200 ribu rupiah, sementara untuk anak-anak 3-12 tahun harus membayar sekitar 180 ribu rupiah. Bayi berusia di bawah tiga tahun tidak memerlukan tiket masuk alias free.
ADVERTISEMENT
Setelah puas minum Coca Cola, kami berkunjung ke Kantor Pusat CNN. Untuk masuk ke dalamnya tidak dipungut biaya. Namun, jika tertarik mengikuti sejumlah tur untuk melihat proses produksi pemberitaan di CNN, anda bisa membelinya secara online di sini. Berbagai tur yang ditawarkan, seperti Behind the Scene Tour, VIP Tour, dan bahkan hingga masuk ke studio saat program acara sedang tayang secara langsung.
Suasana di dalam Kantor Pusat CNN di Atlanta, Georgia. Dok. Pribadi
Di Kantor Pusat CNN, pengunjung akan disuguhi sebuah layar besar yang menayangkan program CNN sepanjang hari. Jika anda mengikuti tur, anda berkesempatan mengetahui secara detail apa yang terjadi sesungguhnya di balik layar kaca. Dan bagaimana produksi program CNN dilakukan.
Setelah menghabiskan lebih dari separuh hari, menjelang sore kami memutuskan jalan-jalan berkeliling di Centennial Olympic Park, yang ramah anak. Sebuah taman yang dibangun untuk mendukung pelaksanaan Olimpiade di Atlanta pada tahun 1996.
Salah Satu Gerbang di Centennial Olympic Park, Atlanta, Georgia. Dok. Pribadi
Terdapat sejumlah air mancur kecil berbentuk simbol olimpiade yang dapat digunakan anak-anak untuk bermain. Tak jauh dari taman, ada komedi putar (ferris wheel) jika anda ingin menikmati pusat Kota Atlanta dari ketinggian.
Rings of Fountains di Centennial Olympic Park, Atlanta, Georgia. Musim panas selalu ramai menjadi tempat orang tua membawa anak-anaknya bermain air mancur. Sumber: https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/a/aa/Fountains_Centennial_Olympic_Park.jpg
Selesai sudah perjalanan hari kedua kami di Atlanta dan ditutup dengan makan di restoran Indonesia, Tempo Doeloe, sekitar setengah jam dari pusat kota. Makan di restoran Indonesia cukup mengobati rasa kangen kami akan masakan Indonesia. Mulai dari Batagor, Bakso, hingga Tong Seng kami nikmati. Soal rasa tidak jauh lah dari kampung halaman. Jangan lupa mampir kalau berkunjung ke Atlanta, ya.
Tampak depan Tempo Doeloe. Foto: Laman Facebook Java & Tempo Doeloe
Menuju Virginia dan menjelajahi Washington DC
ADVERTISEMENT
Pagi-pagi sekali, kami berangkat dari Atlanta menuju kota kecil di Negara Bagian Virginia, Dale City. Menyetir akan kurang lebih 11 jam. Kunjungan ke kota kecil ini adalah salah satu alasan terkuat kami travelling ke New York. Menemui keluarga yang sudah kurang lebih 8 tahun tidak bertemu karena menetap di sana.
Rest Area Tempat Kami Beristirahat di Negara Bagian Virginia, kurang lebih dua jam jauhnya dari Dale City. Dok.Pribadi
Sore hari kami sudah sampai di sebuah rest area di Virginia tapi masih dua jam jaraknya dari Dale City. Tempatnya nyaman, dan senangnya anak kami bermain di tempat bermain yang disediakan. Kebanyakan rest area yang kami temui sepanjang jalan senyaman ini lho.
Sesampainya di Dale City pada malam hari, kami langsung beristirahat guna melanjutkan jalan-jalan ke Washington DC, yang berjarak sekitar 50 menit dari Dale City pada keesokan harinya.
ADVERTISEMENT
Sahabat travellers, siapapun yang pernah ke Washington DC belum sah kalau belum berfoto di depan White House (Gedung Putih), Istana Presiden Amerika Serikat.
Tak menunggu lama saat kami tiba di sana siang hari. Kami ditawarkan bantuan untuk berfoto oleh random tourist, orang asing yang sedang berfoto juga di sana. Click!
Foto bersama diambil oleh random tourist yang ada di depan White House, Dok Pribadi
Di gedung itu terlihat banyak sekali petugas secret service--Paspampres ala Amerika--berjaga dengan waspada. Mengamati pergerakan kami dan pergerakan orang-orang yang berkerumun mengabadikan momen dengan latar belakang Gedung Putih.
Secret Service, petugas keamanan khusus Presiden Amerika sedang berjaga di White House. Dok Pribadi
Selain sebagai objek wisata, sering kali Gedung Putih juga digunakan sejumlah orang untuk berdemonstrasi untuk menyampaikan tuntutan. Jadi bukan cuma turis saja ya, yang berdatangan ke sana.
Selesai mengunjungi Gedung Putih, sore itu, kami memutuskan untuk melanjutkan perjalanan ke National Mall yang tidak jauh dari Gedung Putih.
Demo menentang senjata nuklir di White House, Washington DC. Dok. Pribadi
Selepas mengunjungi Capitol Hill (Gedung Parlemen Amerika Serikat) di kawasan National Mall, yang pada waktu itu kubahnya sedang direnovasi, saya beristirahat di taman. Kemudian, kami habiskan hari dengan mengunjungi Smithsonian Museum yang tidak jauh lokasinya dari tempat kami beristirahat.
Rotunda atau Kubah Capitol Hill saat sedang direnovasi pada tahun 2016, Washington DC. Sumber: https://commons.wikimedia.org/wiki/File:United_States_Capitol_rotunda_renovation.jpg
Smithsonian Museum adalah salah satu museum terbesar dunia. Museum ini memiliki koleksi hingga 154 juta artefak dan spesimen. Tak heran, tempat ini menjadi inspirasi film Night at the Museum: Battle of the Smithsonian yang populer pada tahun 2009.
ADVERTISEMENT
Uniknya, tidak perlu mengeluarkan kocek dari kantong anda loh untuk masuk ke dalam karena semuanya gratis. Info lengkapnya anda bisa dapatkan di sini.
Smithsonian Museum di Washington DC. Sumber: Wikipedia
Akhirnya sampai juga di New York City
Keesokan harinya, kami berpamitan untuk melanjutkan perjalanan ke New York City, waktu tempuhnya sekitar 6 jam perjalanan menyetir. Kami memilih rute tanpa tol, karena ingin menikmati perjalanan melintasi negara bagian di Maryland-Pennsylvania hingga sampai di New Jersey sebelum masuk ke New York.
Menggunakan rute yang ditempuh lewat tol membuat perjalanan relatif lebih singkat, kira-kira 4 setengah sampai 5 jam. Namun, siapkan uang tiket tol sekitar USD 50.
Yellow Cab, Taksi Kuning yang menjadi ciri khas New York di Times Square. Sumber: Dok. Pribadi
Perjalanan panjang dari Houston yang melelahkan akhirnya terbayarkan tuntas di hari kelima. Kami sampai di kota yang tak pernah tertidur (the city that never sleeps). Tiga malam kami menginap di sana.
ADVERTISEMENT
Tidak lengkap tentunya jika berkunjung ke New York kalau tidak mengunjungi Lady Liberty, patung simbol kebebasan Amerika yang berlokasi di tengah muara Sungai Hudson. Naik kereta bawah tanah kami menuju stasiun yang menghubungkannya dengan Kapal Ferry yang mengantar kami ke pulau tempat Lady Liberty berdiri.
Patung Liberty di New York City, bahagia rasanya sampai ke sana setelah ribuan kilometer kita tempuh. Dok. Pribadi
Patung Liberty memang selalu ramai dikunjungi turis seluruh dunia. Jumlahnya mencapai 4-5 juta orang setiap tahunnya. Tak menyia-nyiakan kesempatan langka ini, berulang kali kami sekeluarga berfoto bersama sesampainya di sana.
Selain mengunjungi Liberty, kami sempatkan jalan-jalan ke Central Park. Sebuah taman di pusat kota dengan gedung pencakar langit di kelilingnya. Luasnya kurang lebih 341 hektare. Salah satu taman yang paling sering dikunjungi New Yorkers buat berolahraga atau sekedar jalan-jalan. Sekitar 40 juta orang mengunjungi taman ini setiap tahunnya.
ADVERTISEMENT
Selfie di Central Park, New York. Sumber: Dok. Pribadi
Sempat kami juga singgah melihat reruntuhan WTC yang sudah menjadi monumen untuk mengenang peristiwa 11 September. Selanjutnya, berfoto dengan latar belakang Manhattan, pusat kota New York yang dihiasi jembatan Broklyn Bridge yang terkenal itu.
Broklyn Bridge dan Manhattan, pusat kota New York dari kejauhan. Sumber: Dok. Pribadi
Perjalanan yang melelahkan tapi juga sekaligus menyenangkan. Ribuan kilometer yang tak sia-sia. Tapi tiba-tiba kembali teringat untuk menyetir kembali lagi ke Houston, Texas, yang jaraknya sekitar 2700 kilometer dari New York. “Wah, perjalanan belum berakhir”, gumam saya.