Konten dari Pengguna

Makna di Balik Seragam Sekolah

Arief Rahman Nur Fadhilah
Mahasiswa Magister Psikologi Unair. Suka menyendiri tapi takut sendirian.
25 September 2024 7:28 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Arief Rahman Nur Fadhilah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi anak Sekolah Dasar Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi anak Sekolah Dasar Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Kita pasti sudah paham kalau setiap siswa harus memakai seragam ke sekolah. Pemahaman ini rasanya cukup intuitif. Para siswa secara otomatis menaatinya tanpa perlu disuruh. Walaupun terkadang ada yang dengan sengaja melanggar, pasti melalui konflik batin terlebih dahulu. Mereka yang melanggar paham bahwa selain bertentangan dengan aturan sekolah, juga bertentangan dengan kebiasaan.
ADVERTISEMENT
Bertahan melakukan perilaku yang biasa dilakukan memberikan kenyamanan, sedangkan menentang kebiasaan berarti menghilangkan rasa nyaman. Perasaan yang sama juga muncul ketika ada waktu khusus di mana siswa diminta memakai baju lain selain seragam untuk memperingati sebuah perayaan. Intinya, seragam sudah sangat melekat dengan sekolah.
Kebanyakan orang bila ditanya, “kenapa sih sekolah harus memakai seragam?”. Jawabannya mungkin tidak jauh-jauh tentang kedisiplinan siswa. Tidak salah sebetulnya. Beberapa atribut yang harus dikenakan mewajibkan siswa untuk mengatur diri agar dapat memenuhi tuntutan tersebut setiap hari.
Masalahnya, dengan jawaban yang singkat seperti itu, muncul banyak ketidakpuasan yang berdampak menyepelekan seragam dengan tidak menaatinya. Padahal seragam sekolah memiliki makna lain ketimbang hanya sekadar mendisiplinkan siswa.
ADVERTISEMENT

Seragam Sebagai Simbol Kesetaraan

Tidak bisa dipungkiri, pelajar di sekolah berasal dari keluarga dengan background ekonomi yang berbeda-beda. Ada yang dari keluarga menengah atas dan ada juga yang berasal dari menengah ke bawah. Daya beli kedua golongan ini jelas berbeda. Keluarga dengan ekonomi mapan cenderung menganggap pakaian sebagai fashion dan gaya hidup. Kebutuhan untuk tampil modis tentu diutamakan.
Sehingga mereka punya banyak pilihan baju untuk dipilih sehari-hari. Jelas berbeda dengan golongan berikutnya. Walaupun tidak menutup kemungkinan masih ada yang menganggap pakaian sebagai gaya hidup, ekonomi mereka yang terbatas mengharuskan untuk memprioritaskan pengeluaran untuk kebutuhan lain. Pakaian yang ada pun dibeli sesuai kemampuan.
Bayangkan apabila sekolah membebaskan pakaian yang dikenakan para pelajarnya ke sekolah. Secara tidak langsung akan nampak perbedaan cara berpakaian kedua golongan tadi. Pelajar yang berasal dari ekonomi kurang mampu akan paling merasakan dampaknya. Bagi diri pelajar, kemungkinan muncul rasa minder karena dirinya tidak dapat berpakaian sebaik teman-temannya yang lain. Teman-teman yang melihat bisa jadi menganggap si pelajar lebih rendah derajatnya dan dapat menyebabkan dirinya terkena perundungan dan dikucilkan.
ADVERTISEMENT
Prasangka buruk juga secara tidak langsung dapat hinggap di pikiran para guru. Mereka yang dipersepsikan berasal dari golongan menengah kertas bisa saja dianggap sebagai anak yang manja karena dianggap semua permintaannya selalu dituruti orang tua.
Bagi mereka yang dipersepsikan berasal dari keluarga kurang mampu, akan dianggap sebagai anak dengan intelegensi di bawah rata-rata akibat tidak diberi dukungan belajar yang baik di rumah.
Oleh karena itu, seragam berguna untuk menghapuskan kesenjangan sosial yang ada di antara para siswa. Membuat mereka semua tampak setara dan meminimalisir prasangka. Baik dari sesama siswa maupun oleh para guru.

Seragam Sebagai Tanda Kesiapan Belajar

Pakaian yang dikenakan dapat mempengaruhi proses mental seseorang. Dalam kajian psikologi, hal ini dikenal dengan istilah “Enclothed Cognition”. Ketika seseorang mengenakan pakaian yang mencirikan tujuan yang berusaha dicapai, maka mindset-nya akan ikut berubah. Tidak hanya sekadar ingin terlihat bagus. Memakai pakaian yang sesuai dapat memproyeksikan tujuan yang ingin kita capai dan otomatis membuat pemakainya lebih fokus. Mengerahkan lebih banyak tenaga dan upaya di dalamnya.
ADVERTISEMENT
Dalam kasus ini, seragam sekolah dapat membantu menempatkan siswa pada atmosfer belajar. Pikiran siswa terbantu untuk membedakan antara lingkungan rumah dan lingkungan belajar di sekolah. Akibatnya, siswa menjadi lebih fokus dalam pembelajaran dan tidak terdistraksi hal lain seperti mengkhawatirkan tren model pakaian terbaru serta.

Seragam Sekolah Membantu Menjaga Kesejahteraan Mental

Seragam yang dikenakan merupakan tanda bahwa siswa tersebut secara resmi diterima dan diakui sebagai pelajar di sekolah. Hal ini sekaligus memberikan suatu identitas sosial kepada pelajar. Pelajar merasa diterima di lingkungan sekolah dan menjadi bagian yang lebih besar dari dirinya sendiri.
Memiliki identitas sosial penting khususnya bagi remaja. Di usia perkembangan ini, mereka cenderung mencari identitas dirinya sendiri. Berusaha memberikan arti pada diri serta berusaha menjadi seorang yang unik dan otentik. Menganggap dirinya menjadi bagian dari sekolah dan merasa dirinya diterima akan sangat berpengaruh. Identitas sosial yang dimiliki akan dilebur ke dalam identitas diri pelajar. Oleh sebab itu, seragam sekolah dapat memberikan rasa bangga, kepercayaan diri, dan sense of belonging kepada siswa.
ADVERTISEMENT
Kesimpulannya, seragam tidak hanya tentang kedisiplinan. Seragam yang dikenakan mampu mempengaruhi aspek sosial dan psikologis seorang siswa. Menghapuskan kesenjangan sosial dan mengkondisikan mental siswa sedemikian rupa hingga siap belajar serta menjaganya tetap stabil.