3 Beasiswa Pemerintah Indonesia untuk WNA

Arief Ilham Ramadhan
Percaya alien itu eksis
Konten dari Pengguna
7 Desember 2019 19:18 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Arief Ilham Ramadhan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto: Flickr/Urhii Matsumoto
zoom-in-whitePerbesar
Foto: Flickr/Urhii Matsumoto
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Dalam sebuah pameran kopi di Riyadh, Arab Saudi, pada akhir 2016 silam, saya disapa dengan sangat hangat oleh seorang laki-laki Afrika. Saat itu saya sedang melihat-lihat kopi yang sedang dipamerkan di booth negara Tanzania. Laki-laki berjas necis tersebut menyapa dengan ramah dan menanyakan asal saya. Ketika saya sebut Indonesia, wajah laki-laki tersebut semakin sumringah. Laki-laki itu memperkenalkan diri sebagai Duta Besar (Dubes) Tanzania untuk Arab Saudi bernama Hemed Iddi Mgaza.
ADVERTISEMENT
Dengan Bahasa Indonesia terbata, Dubes Hemed bercerita bahwa dirinya pernah berkuliah S2 di Universitas Gadjah Mada dan lulus tahun 2000. Tanpa ragu Dubes Hemed bilang bahwa berkat kuliah di Indonesia dirinya sekarang bisa jadi Duta Besar. Usut punya usut, Dubes Hemed merupakan penerima Beasiswa Kemitraan Negara Berkembang dari Pemerintah Indonesia.
Pemberian beasiswa merupakan salah satu instrumen diplomasi soft power yang umum dilakukan oleh berbagai negara di dunia. Dengan pemberian beasiswa, sebuah negara melakukan investasi jangka panjang yang pada saatnya akan berbuah ranum bagi kepentingan politik luar negeri negara tersebut, utamanya dalam membangun persahabatan bilateral.
Proses seleksi penerima beasiswa dilakukan dengan ketat untuk memastikan pemberian beasiswa tidak salah sasaran. Warga asing penerima beasiswa adalah orang-orang terpilih yang dipandang dapat menjadi pemimpin di bidangnya pada masa depan dan dapat memberikan pertimbangan positif atas hubungan bilateral kedua negara.
KBRI Brussels mengadakan pertemuan dengan para alumni beasiswa Indonesia, pada 2/4, untuk bertukar pikiran (Foto: KBRI Brussels)
Beasiswa Kemitraan Negara Berkembang seperti yang diterima oleh Dubes Hemed bukanlah satu-satunya beasiswa yang diberikan oleh Pemerintah Indonesia untuk warga negara asing.
ADVERTISEMENT
Berikut adalah 3 beasiswa untuk warga asing yang menjadi instrumen diplomasi soft power Indonesia:
1. Beasiswa Kemitraan Negara Berkembang (KNB)
Beasiswa KNB yang juga dikenal dengan brand internasional Developing Countries Partnership Scholarship (DCPS) dikelola oleh Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi dan merupakan satu-satunya program beasiswa gelar yang dimiliki oleh Pemerintah Indonesia. Jenjang yang ditawarkan adalah S1 dan S2 dengan program studi yang sangat beragam, baik dari rumpun ilmu sosial maupun ilmu eksakta.
Sebanyak 16 kampus negeri dan swasta terbaik di Indonesia berpartisipasi sebagai mitra pelaksana Beasiswa KNB. Salah satu tujuan spesifik dari beasiswa ini adalah untuk mendorong internasionalisasi pendidikan tinggi Indonesia melalui peningkatan jumlah mahasiswa asing yang menempuh studi di perguruan tinggi di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Pembentukan program Beasiswa KNB merupakan tindak lanjut dari komitmen Indonesia yang disampaikan pada the 10th Conference of Heads of States of Non-Aligned Movement yang diselenggarakan di Bandung pada 1-6 September 1992. Awalnya, beasiswa ini bernama NAM Scholarship karena hanya diberikan kepada warga negara anggota Gerakan Non-Blok / Non-Aligned Movement. Seiring berjalannya waktu, beasiswa ini juga diberikan kepada warga dari negara-negara berkembang yang lebih luas dan namanya menjadi Beasiswa KNB.
Foto: Kemristekdikti
2. Beasiswa Darmasiswa
Beasiswa Darmasiswa merupakan program beasiswa tertua yang dimiliki oleh Pemerintah Indonesia. Program beasiswa ini telah berjalan sejak tahun 1974 dan dikelola oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Awalnya Beasiswa Darmasiswa hanya ditujukan untuk negara-negara ASEAN, namun mulai 1976 beasiswa ini juga ditawarkan ke seluruh negara yang memiliki hubungan diplomatik dengan Indonesia.
ADVERTISEMENT
Berbeda dengan Beasiswa KNB, Beasiswa Darmasiswa bukanlah beasiswa gelar. Program studi yang ditawarkan oleh beasiswa ini adalah Bahasa Indonesia dan kesenian tradisional (tari, musik dan kriya) dengan masa belajar 1 tahun. Para peserta dapat memilih diantara 71 universitas mitra Beasiswa Darmasiswa sebagai tempat belajar. Beasiswa Darmasiswa memiliki satu tujuan spesifik, yaitu untuk menaikkan peringkat pengakuan Bahasa Indonesia di dunia internasional sebagai Bahasa pergaulan yang popular.
Foto: Kemdikbud
3. Beasiswa Seni dan Budaya Indonesia (BSBI)
BSBI, atau juga dikenal dengan brand internasional Indonesian Arts and Culture Scholarship (IACS), merupakan program beasiswa non-gelar yang dibentuk atas dasar komitmen Pemerintah Indonesia pada forum South West Pacific Dialogue di tahun 2003. Pada awalnya, BSBI hanya diberikan kepada para pemuda dari 6 negara anggota SWPD, yaitu Australia, Filipina, Papua Nugini, Timor Leste, Filipina dan Indonesia sendiri.
ADVERTISEMENT
Seiring berjalannya waktu, BSBI juga ditawarkan kepada negara-negara sasaran sesuai dengan perkembangan kebijakan luar negeri Pemerintah Indonesia yang dievaluasi setiap tahunnya. Hingga saat ini, BSBI telah menghasilkan 920 alumni dari 77 negara. Secara spesifik, BSBI ditujukan untuk menciptakan duta budaya, sahabat Indonesia (friends of Indonesia) dan agen-agen perdamaian dunia.
Pada program BSBI yang hanya berlangsung selama 3 bulan, para peserta akan belajar tari dan musik tradisional, seni kriya, Bahasa Indonesia dan kearifan lokal. Para peserta terpilih ditempatkan di salah satu dari 6 sanggar seni mitra BSBI yang tersebar di 6 kota berbeda, yaitu Padang, Makassar, Bali, Banyuwangi, Kutai Kartanegara dan Yogyakarta.
Foto: Kemlu
72 pemuda dari 40 negara penerima BSBI tahun 2019 unjuk kebolehan dalam acara penutupan bertajuk Indonesia Channel (Foto: Kemlu)
Nah, itu dia 3 beasiswa yang ditawarkan oleh Pemerintah Indonesia kepada warga negara sahabat. Ribuan alumni di ratusan negara telah menerima manfaat dari ketiga beasiswa tersebut. Dari ribuan alumni tersebut, banyak kisah sukses yang mengharukan sekaligus membanggakan telah terukir.
ADVERTISEMENT
Selain kisah Dubes Hemed Iddi Mgaza di atas, ada juga cerita mengenai Matt Dunning, alumni Beasiswa Darmasiswa yang pada 2016 membentuk klub gamelan di New York yang diberi nama Buffalo Gamelan Club "Sari Raras Irama".
Selain itu ada juga kisah tentang pemuda Benin alumni BSBI bernama Junior Toffi yang saking jatuh cintanya dengan Banyuwangi sampai-sampai pada 2018 mendirikan sanggar seni Indonesia yang diberi nama “Banyuwangi” di negara asalnya.
Peringatan 1 tahun berdirinya Center Culturel Benino-Indonesien "Banyuwangi", diliput oleh media massa setempat (Foto: Junior Toffi)
Para alumni beasiswa Indonesia ini, sampai akhir hayatnya akan selalu menyimpan segenggam cinta di hati mereka untuk Indonesia. Banyak kisah lain yang kalau diceritakan semua satu per satu akan membuat buku kuduk kita berdiri sambil bertanya-tanya, mengapa orang-orang asing ini bisa begitu dalam mencintai Indonesia seolah-olah mereka adalah orang Indonesia asli? Itulah buah ranum dari diplomasi soft power Indonesia yang sudah sepatutnya terus kita dukung.
ADVERTISEMENT