Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Berawal dari Penyintas COVID-19, Ini Ceritaku Jadi Relawan dan Menebar Kebaikan
24 September 2021 11:01 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Muhammad Arief Saputra tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Dari Penyintas Jadi Relawan, Kok Bisa?
Di hari itu rasanya sesak dan menggigil yang tidak biasanya kurasakan, tepatnya awal bulan Juli bertepatan dengan hari kelahiranku. Pada saat itu juga aku memutuskan untuk datang ke puskesmas terdekat untuk mencari tahu kondisi kesehatanku.
ADVERTISEMENT
"Dok aku sesak.. padahal aku tidak punya riwayat penyakit asma ataupun paru-paru," keluhku pada dokter.
Lalu dokter menyarankan untuk melakukan swab tes PCR pada saat itu antrean begitu panjang yang membuat aku semakin sesak, rasanya seperti dada ditekan kuat-kuat dan sulit untuk menghirup udara, kemudian aku dilarikan ke IGD tanpa penanganan apapun, tidak ada kasur yang kosong.
Ternyata IGD pun penuh dengan pasien COVID-19, semua oksigen sedang digunakan akhirnya ku memutuskan untuk pulang ke rumah dan menggunakan oksigen sendiri selama seminggu tanpa tahu statusku.
7 hari yang membuatku tidak berani keluar kamar tidak mau bertemu siapapun. Sebisa mungkin menjaga jarak dengan keluarga, setelah seminggu aku memberanikan diri untuk kembali ke puskesmas untuk menjalankan PCR dan ternyata benar apa yang menjadi ketakutanku,
aku dinyatakan "POSITIF".
ADVERTISEMENT
Rasanya sedih, banyak terlintas pikiran-pikiran buruk, apalagi keluargaku mendapat omongan kurang enak dari tetangga. Setelah aku mengetahui statusku, aku memutuskan untuk menjalankan Isolasi di RSDC Wisma Atlet Kemayoran Jakarta, demi kebaikan keluarga, tepatnya pertengahan bulan Juli di saat sedang tingginya kasus yang terkonfirmasi positif COVID-19.
Aku berpikir kalau tempat ini menyeramkan seperti yang ditayangkan oleh media. Tapi nyatanya tidak semengerikan itu, di sini aku banyak bertemu dengan teman baru, banyak pelajaran yang aku dapatkan salah satunya adalah memanusiakan manusia. Hari demi hari kondisiku semakin membaik, menjalankan hidup sehat seperti olahraga, berjemur, makan yang teratur, dan minum obat.
Lebaran tahun ini ternyata aku tidak bisa berkumpul dengan keluarga karena aku masih dalam menjalankan Isolasi, sedih rasanya. siang hari itu aku melihat pemandangan dari jendela kamarku yang membuatku cukup menyentuh hatiku, para nakes yang sedang berada di sudut-sudut lapangan sambil merenung karena tidak bisa berkumpul dengan keluarganya dan harus menjalankan tanggung jawabnya.
ADVERTISEMENT
Buatku mereka super hero yang luar biasa. Terlintas di benakku "Pengin deh jadi seperti mereka bisa menjadi peran penting dalam kondisi seperti ini," Rasanya ingin menjadi bagian dari mereka, setiap pagi aku selalu memberikan semangat.
"Hi sus, semangat ya :) .. Hi dok, semangat ya dinasnya (ucapku tanpa memikirkan kondisiku yang juga membutuhkan penyemangat)." mereka juga membalas dengan senyuman tanpa memperlihatkan rasa lelahnya, selalu sabar dalam menangani berbagai karakter pasiennya dan kami semua saling menyemangati.
Di sini aku termasuk salah satu pasien yang aktif dalam kegiatan olahraga, selalu menebar energi positif, sesekali aku menjadi instruktur senam untuk teman-teman yang sedang berjuang juga.
Singkat cerita di hari ke 10 aku melakukan tes PCR kembali, Alhamdulillah tepat 10 Hari aku dinyatakan "NEGATIF" tepatnya pada tanggal 26 juli 2021. Rasanya senang dan sedih, senang karena sudah berhasil berjuang melawan virus ini, dan sedih karna harus berpisah dengan Keluarga Besar RSDC Wisma Atlet, 10 Hari yang meninggalkan banyak Cerita sampai akhirnya aku menyandang gelar S.Cov (alias Sarjana Covid)
Kemudian aku menjalankan kembali aktivitas hidup normal,
di minggu pertama aku melihat Grup Whatsapp Alumni RSDC Wisma Atlet 2021 sedang dibuka pendaftaran sebagai Relawan Instruktur senam, hatiku tergerak ingin menjadi super hero seperti mereka.
ADVERTISEMENT
Yaa.. meskipun aku tidak mengobati secara fisik tapi setidaknya aku bisa mengobati secara mental, terus ingin berusaha berbagi energi positif untuk para pejuang negatif apalagi melihat anak-anak balita seumuran dengan adikku tanpa tahu apa yang sedang mereka alami.
Dan akhirnya hari liburku aku habiskan dengan menjadi relawan, aku ditempatkan di RSDC Pasar Rumput untuk berbagi keceriaan dan mengajak mereka berolahraga.
"Ternyata seperti ini rasanya menggunakan APD," ucapku.
Rasanya seperti di dalam sauna, "banjir" seluruh badan, karena aku harus aktif bergerak untuk menjadi instruktur senam, satu waktu aku sempat hampir pingsan karena tidak terbiasa menggunakan APD sebagai instruktur, menahan buang air kecil maupun besar, tidak boleh minum di area zona merah selama beberapa jam ke depan, hingga akhirnya terbiasa.
ADVERTISEMENT
Kalau ditanya Kok mau sih? Emang gak capek? Yaa aku merasa ada kebahagiaan tersendiri saat aku dapat membuat orang lain bahagia.
Aku semakin sadar untuk menjadi nakes butuh banyak pengorbanan, dan aku bangga bisa merasakannya, di balik hikmah aku menjalankan isolasi di Wisma atlet, aku bisa berbagi kebaikan seperti para nakes yang ada di sana.
Dan tanpa disadari aku juga telah membuat Cerita Kebaikan yang Menular, story Instagram dan cerita di postingan feeds ku membuat teman-teman Alumni wisma atlet seangkatanku ikut tergerak ingin menjadi relawan, dan akhirnya kita bergantian menghabiskan waktu weekend kita untuk menjadi relawan.
Aku percaya sekecil apa pun kebaikan itu bisa menular ke yang lainnya maka dari itu aku mengajak teman-teman pembaca “Teruslah berbuat baik, apa pun itu, karena kebaikan itu menular.” semoga kita selalu menjadi seseorang yang dapat memanusiakan manusia, panjang umur untuk hal-hal baik.
Penulis
Muhammad Arief Saputra
ADVERTISEMENT