Konten dari Pengguna

Meminimalisir Kecewa dengan Premeditatio Malorum

A Taupiq
Penulis Novel Keliru Rindu
16 Agustus 2024 16:27 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari A Taupiq tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi kecewa. Foto by htpexels.com/id-id/@andrew/
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi kecewa. Foto by htpexels.com/id-id/@andrew/
ADVERTISEMENT
Dalam sebuah perkumpulan (Halaqah) saya curhat kepada pembimbing bahwa saya merasa kecewa dengan keputusan lembaga yang menempatkan saya di bagian Asrama Mahasiswa, berbeda dengan 3 teman yang ditempatkan di Kantor Kampus yang begitu nyaman.
ADVERTISEMENT
Harapan saya ketika curhat kepada pembimbing mendapatkan dukungan untuk merubah kebijakan supaya saya tidak ditempatkan di Asrama.
Namun, respon pembimbing justru bertolak belakang dengan ekspektasi saya. Begitulah hasilnya ketika harapan disandarkan kepada selain Tuhan, kalimat yang terucap dari mulut pembimbing saya.
Coba bayangkan olehmu, bagaimana perasaan kamu ketika ada di posisi saya?
Dalam menyikapi permasalahan di atas, ada satu teori dalam filsafat Stosisme yang bisa kamu gunakan. Teorinya berbunyi "Fisualisasikan hal negatif yang kemungkinan terjadi dalam setiap keputusan yang kamu ambil". Dalam istilah filsafat disebut dengan Premeditatio Malorum.
Kenapa harus memikirkan hal-hal negatif? Kalau kita lihat dari kasus yang saya alami, saya sangat berharap ditempatkan oleh lembaga di posisi yang nyaman. Ketika saya berpikir bahwa harapan itu akan menjadi kenyataa, tapi pada kenyataannya harapan itu tidak sesuai harapan. Bukan senang yang saya rasakan, tetapi kecewa.
ADVERTISEMENT
Namun, ketika saya memikirkan bisa saja keputusan lembaga itu tidak sesuai harapan, maka kecewa yang saya rasakan tidak akan begitu besar. Sebab saya sudah memprediksi hal negatif itu.
Pun demikian ketika saya berharap pembimbing halaqah menguatkan saya atau bahkan membantu saya untuk berkomunikasi dengan pihak lembaga, tetapi faktanya malah menyalahkan saya. Saya sangat kecewa.
Namun, ketika saya memikirkan bahwa bisa saja pembimbimng halaqah tidak bertindak untuk berkomunikasi dengan lembaga, atau bahkan responnya tidak sesuai harapan, maka kecewa itu tidak akan bertahan lama. Sebab saya sudah memprediksinya.
Ketika hal negatif itu benar-benar terjadi, maka kita tidak akan terlarut dalam kekecewaan. Namun ketika hal negatif itu tidak terjadi, maka kita akan merasa senang dan bahagia.
ADVERTISEMENT