Konten dari Pengguna

Penerimaan Atas Takdir Tuhan

A Taupiq
Penulis Novel Keliru Rindu
20 Agustus 2024 10:22 WIB
·
waktu baca 1 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari A Taupiq tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi menerima takdir Tuhan. Foto by pexels.com/id-id/@freestockpro/
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi menerima takdir Tuhan. Foto by pexels.com/id-id/@freestockpro/
ADVERTISEMENT
Tidak semua yang kita inginkan akan terjadi. Potensi untuk terealisasinya keinginan atau harapan itu tidak seratus persen. Mengapa? Sebab kita ketahui bahwa sesuatu itu ada yang bisa kita kendalikan dan ada yang tidak bisa kita kendalikan. Sesuatu yang tidak bisa kita kendalikan salah satunya adalah keinginan yang tidak sesuai dengan harapan. Maka dibutuhkan kesadaran untuk menerima takdir itu.
ADVERTISEMENT
Sekuat apapun keinginan kita, sebesar apapun usaha yang kita lakukan, kalau alam (Tuhan) berkata tidak, ya pasti tidak akan terjadi. Ada beberapa Firman Tuhan, Dalam Al Quran yang mengatakan bahwa manusia itu diciptakan, bukan pencipta. Tuhanlah yang menciptakan manusia. Tuhan memiliki hak penuh atas kendali ciptaannya.
Manusia mau diapakan, itu tergantung Tuhan. Mau disenangkan, diberi ujian, diberikan harta, atau dikasih jabatan, itu semua mutlak hak Tuhan sebagai pencipta.
Respon kita sebagai manusia atas pemberian Tuhan adalah bersabar, bersyukur, dan mencintai Takdirnya. Menerima setiap apapun yang Tuhan berikan kepada kita, baik susah maupun senang, baik bahagia maupun air mata adalah langkah tepat yang kita ambil untuk hidup yang lebih baik.
Penerimaan atas Takdir Tuhan inilah yang dalam Filsafat Stoisisme disebut sebagai Amor Fati, mencintai takdir.
ADVERTISEMENT