Gender Menjamin Mutu Manajer, Benarkah?

Ariel Wastujaya
I am an undergraduate student, studying Management at Parahyangan Catholic University, Bandung, Indonesia.
Konten dari Pengguna
6 Januari 2022 18:44 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ariel Wastujaya tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Source image: https://unsplash.com/photos/JBwcenOuRCg
zoom-in-whitePerbesar
Source image: https://unsplash.com/photos/JBwcenOuRCg
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Wanita di Indonesia perlu diberi lebih banyak kesempatan untuk menjadi manajer karena potensi yang dimiliki wanita seringkali masih dipandang sebelah mata hanya karena status mereka sebagai “perempuan”. Hal ini dibuktikan dengan adanya survei pada bulan Juli 2021, di mana Badan Pusat Statistik mencatat bahwa terdapat 2,82 juta penduduk Indonesia yang menjabat sebagai manajer, namun hanya sebanyak 33,08% di antaranya yang merupakan perempuan. Padahal, dari segi kemampuan manajerial dan kepemimpinan, potensi seorang wanita untuk berkarier sebagai manajer tidak kalah dengan pria. Banyak penelitian dan studi yang telah membuktikan bahwa wanita memiliki kemampuan untuk menjadi pemimpin yang kompeten dan berkualitas. Bahkan, dalam beberapa aspek, wanita dapat menjadi kandidat manajer yang lebih unggul dibandingkan pria.
ADVERTISEMENT
Sayangnya, stereotip bahwa pria dapat menjadi pemimpin yang lebih baik menjadi hambatan bagi banyak wanita untuk menjabat posisi tersebut. Tentu saja, wanita tetap dapat menjadi seorang pemimpin, namun tantangan yang dihadapi lebih berat karena adanya stereotip tersebut. Meskipun kalah secara kuantitas, wanita tidak kalah dari segi kualitas sebagai manajer yang baik dan dapat diandalkan.
Sebuah studi yang dilakukan oleh Gallup dengan judul “State of the American Manager: Analytics and advice for Leaders” membuktikan bahwa sebanyak 41% manajer wanita merasa lebih terlibat dalam pekerjaan dibandingkan dengan 35% manajer pria. Efeknya, karyawan juga akan memiliki keterlibatan yang lebih baik dalam pekerjaan mereka ketika dipimpin oleh seorang manajer wanita. Penelitian lain yang dilakukan BI Norwegian Business School terhadap 700 orang manager membuktikan bahwa kemampuan memimpin yang dimiliki oleh wanita lebih tinggi dibandingkan pria. Hal ini disebabkan karena wanita dinilai mempunyai inisiatif yang cenderung lebih tinggi serta lebih suportif terhadap tim dan anak buahnya.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan kedua penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa manajer yang berjenis kelamin perempuan secara natural memiliki antusiasme dan ambisi yang lebih tinggi dibandingkan pria, sehingga dapat menghasilkan kinerja yang maksimal. Selain itu, wanita juga lebih baik dalam memberi semangat, arahan, dan motivasi kepada anak buahnya sehingga suasana kerja yang dihasilkan menjadi lebih kondusif.
Dukungan yang diberikan pemimpin kepada anak buahnya tentu saja akan sangat berpengaruh pada kinerja dan semangat tim secara keseluruhan. Hal inilah yang menjadi salah satu kelebihan yang dimiliki oleh pemimpin wanita. Karena memiliki empati yang tinggi dan kemampuan memotivasi yang baik, wanita dapat menjadi pemimpin yang dapat menciptakan rasa kekeluargaan dan solidaritas yang kuat dalam sebuah tim. Karena itu juga, komunikasi antara pemimpin wanita dengan tim dan anak buahnya cenderung berjalan dengan lebih baik dan efektif.
ADVERTISEMENT
Dengan semangat dan ambisi yang konsisten, seorang manajer wanita dapat menghasilkan sistem manajerial yang baik dan menguntungkan seluruh pihak. Perusahaan juga akan mendapat keuntungan karena lingkungan kerja yang nyaman, sehat, dan sejahtera dapat meningkatkan efisiensi kerja karyawan sehingga dapat memberi kontribusi signifikan terhadap perkembangan perusahaan tersebut.
Sekalipun ada banyak kelebihan yang dimiliki wanita sebagai pemimpin, tentu saja ada beberapa titik yang menjadi kekurangan wanita dibandingkan pria. Menurut Profesor Lars Glaso, seorang profesor yang mengajar Psikologi Organisasi di BI Norwegian Business School, pria cenderung memiliki kemampuan adaptasi dan stabilitas emosi yang lebih tinggi dibandingkan wanita. Hal ini berkaitan dengan empati wanita yang memang cenderung lebih tinggi, sehingga mengakibatkan wanita lebih banyak menggunakan perasaan ketika memimpin dibandingkan pria.
ADVERTISEMENT
Sayangnya, sifat empati dapat menjadi pisau bermata dua bagi seorang manajer, baik itu pria maupun wanita. Jika tidak dimanfaatkan dengan baik, sifat empati tersebut dapat menghalangi manajer untuk bersikap tegas. Dalam hal ini pria lebih diunggulkan karena dinilai memiliki empati yang tidak terlalu tinggi. Karena itu, wanita perlu lebih banyak melatih dan meningkatkan kemampuan mereka untuk beradaptasi dan menahan emosi, serta belajar untuk memimpin dengan lebih tegas agar dapat menjadi seorang pemimpin dan manajer yang lebih ideal.
Dilihat dari berbagai sisi, kualitas yang dimiliki wanita untuk menjabat sebagai manajer tidak kalah dibandingkan pria, bahkan wanita lebih unggul pada beberapa aspek tertentu. Namun, stigma bahwa pria merupakan pemimpin yang lebih kompeten dibandingkan wanita menjadi penyebab rendahnya persentase wanita yang berkarier sebagai manajer di Indonesia. Selain karena dapa memengaruhi pertimbangan atasan ketika hendak mempromosikan seorang wanita sebagai manajer, stigma tersebut juga berbahaya karena dapat menurunkan rasa percaya diri seorang wanita ketika diminta memimpin, bahkan dapat menurunkan rasa hormat anak buah terhadap atasan mereka yang merupakan seorang wanita.
ADVERTISEMENT
Oleh karena itu, wanita perlu diberi lebih banyak kesempatan untuk menjabat posisi sebagai pemimpin, terutama sebagai manajer. Selain itu, para wanita juga perlu menjadi lebih proaktif, percaya diri, dan ambisius untuk mengejar jabatan yang diinginkan tanpa memedulikan stigma yang seringkali lebih merendahkan kaum wanita. Jika persentase manajer wanita terus bertambah dari tahun ke tahun, maka stigma yang mendiskriminasi satu gender di dunia kerja dapat perlahan-lahan dihancurkan. Pada akhirnya, baik atau tidaknya kualitas seorang manajer tidak dilihat dari gender, apakah ia seorang laki-laki atau perempuan, namun dari kemampuan dan kompetensi yang dimiliki oleh orang tersebut.
Referensi:
Jayani D.H. (2021, July 10). Hanya 33% Manajer di Indonesia Merupakan Perempuan, from databoks. https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2021/07/10/hanya-33-manajer-di-indonesia-merupakan-perempuan. Accessed 6 January 2022.
ADVERTISEMENT
Kirana F.A. (2021, January 19). Penelitian Membuktikan, Manager Perempuan Bekerja Lebih Baik di Tempat Kerja, from Fimela. https://www.fimela.com/lifestyle/read/4461210/penelitian-membuktikan-manager-perempuan-bekerja-lebih-baik-di-tempat-kerja. Accessed 6 January 2022.
Desideria B. (2017, April 3). Studi Ungkap Wanita Lebih Cocok Jadi Pemimpin, from Liputan6. https://www.liputan6.com/health/read/2907427/studi-ungkap-wanita-lebih-cocok-jadi-pemimpin. Accessed 6 January 2022.