Konten dari Pengguna

Pangan Fungsional Atasi Stunting Sejak Dini

Arif muazam
Mahasiswa Pascasarjana S3 Fakultas Biologi UGM
25 September 2024 7:29 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Arif muazam tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Stunting, atau gangguan pertumbuhan, merupakan masalah kesehatan yang sangat kompleks di Indonesia. Menurut data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2021, prevalensi stunting di Indonesia mencapai 24,4%, yang jauh dari target RPJMN 2020–2024 sebesar 14%. Untuk mengatasi stunting, kita perlu memahami bahwa gizi yang seimbang adalah pondasi penting bagi seorang anak untuk tumbuh dan berkembang secara optimal. Oleh karena itu, pangan fungsional telah menjadi salah satu strategi efektif dalam mencegah stunting sejak dini.
ADVERTISEMENT
Pengertian Pangan Fungsional
Pangan fungsional adalah makanan yang berasal dari bahan alami dan harus dikonsumsi sebagai bagian dari makanan harian. Pangan fungsional ini tidak hanya memberikan nutrisi dasar seperti karbohidrat, protein, vitamin, dan mineral, tetapi juga memiliki zat gizi dan senyawa bioaktif yang sangat berperan dalam menjaga kesehatan tubuh.
Manfaat Pangan Fungsional dalam Mencegah Stunting
Stunting sulit diidentifikasi pada balita karena belum ada kesadaran masyarakat untuk memiliki kebiasaan mengukur tinggi dan menimbang berat badan anak. Namun, dengan memanfaatkan pangan fungsional, kita dapat memberikan manfaat tambahan diluar fungsi nutrisi dasar pangan tersebut. Contohnya, daun kelor (Moringa oleifera) yang kaya akan nutrisi dan fitokimia esensial. Daun kelor mengandung kadar vitamin C dan kalsium yang tinggi, serta kandungan vitamin A yang 10 kali lebih banyak daripada wortel, dan kandungan zat besinya 25 kali lebih banyak daripada bayam.
ADVERTISEMENT
Contoh Pangan Fungsional yang Efektif
Daun Kelor: Daun kelor telah digunakan dalam berbagai produk turunan seperti mie dan puding. Melalui demonstrasi pembuatan mie dan puding dari ekstrak daun kelor, masyarakat desa Suak Ribee di Aceh Barat dapat memahami manfaat daun kelor dan mengintegrasikannya dalam menu makanan sehari-hari. Dengan konsistensi dalam mengkonsumsi daun kelor, kita dapat mencegah stunting terutama pada balita. Di Gunungkidul daun kelor dibuat sayur bening, enak dan menyehatkan semua kalangan masyarakat, anak anak sampai orangtua.
daun kelor, daun yang diisukan untuk mandiin mayat, namun beragam gizi tersimpan didalamnya Fe, Zn sangat baik untuk atasi stunting sejak dini, mudah dan murah meriah, gambar sumber: https://id.pngtree.com/free-png-vectors/daun-kelor
Telur: Telur merupakan sumber protein hewani yang sangat penting dalam mencegah stunting. Program Sejuta Telur oleh Pemkab Sigi, Sulawesi Tengah, telah menunjukkan peningkatan pengetahuan dan sikap terhadap telur sebagai elemen penting dalam makanan. Konsumsi telur rata-rata per minggu oleh keluarga juga meningkat, yang berdampak positif pada kesehatan anak-anak.
Telur ayam petelur, sumber protein hewani yang mendukung program stunting erase from earlier, sumber gambar foto: https://www.pngwing.com/id/free-png-islhr
Ikan dan Cum-Cumi: Ikan dan cum-cumi juga merupakan sumber protein hewani yang bergizi. Meskipun masih ada mitos yang berkembang di beberapa daerah, konsumsi ikan dan cum-cumi dapat memberikan manfaat tambahan seperti kandungan omega-3 yang sangat penting untuk kesehatan otak dan jantung. Upaya promosi kesehatan harus memperhatikan faktor-faktor pendukung dan penghambat bagi kelompok sasaran, sehingga promotor kesehatan dapat mengembangkan pesan dan cara yang bisa mendukung perubahan perilaku sasaran.
ikan laut sumber protein tinggi bahkan kaya dengan omega 3 sangat baik untuk pertumbuhan anak balita dan asupan gizi yang baik untuk dibiasakan diberikan sejak dini, sumber gambar foto: https://id.pngtree.com/free-animals-png/fish
ADVERTISEMENT
Strategi Promosi Pangan Fungsional
Program Pemberian Makan Bayi dan Anak (PMBA): Kementerian Kesehatan melaksanakan program PMBA untuk kelompok sasaran 1000 Hari Pertama Kehidupan. Program ini meningkatkan kapasitas tenaga kesehatan dan kader untuk mendorong perubahan perilaku ibu hamil dan orang tua/pengasuh anak usia 0-23 bulan. Dengan melakukan pemantauan pertumbuhan dan perkembangan secara rutin, pemberian makan yang tepat waktu, adekuat, aman, dan diberikan dengan cara yang benar, menjaga kebersihan serta mengakses layanan kesehatan, program PMBA dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia.
Festival Pangan Lokal: Meningkatkan gizi dengan mengenalkan pangan lokal dapat dilakukan melalui festival pangan. Festival pangan ini dapat mengenalkan berbagai jenis pangan lokal yang kaya akan gizi, seperti ubi, singkong, sorgum, dan jagung. Selain itu, festival pangan juga dapat menunjukkan cara mengolah pangan lokal dengan cara yang sehat, seperti mengolah sayur menggunakan tepung mocaf untuk membuat gorengan. Peningkatan diversifikasi pangan lokal.
Sorgum dapat diolah menjadi tepung sorgum kaya nutrisi, beras analog (tepung sorgum mix kelor-tepung mocaf), lauk ikan laut sangat nikmat bergizi, anti stunting hemmm, gambar fto koleksi pribadi
Konsistensi dalam Mengkonsumsi Pangan Fungsional: Mencegah stunting tidak hanya tentang memanfaatkan pangan fungsional, tetapi juga tentang konsistensi dalam mengkonsumsinya. Masyarakat perlu menyadari akan pemenuhan gizi bagi anak dengan konsumsi makanan yang seimbang sejak dini. Dengan demikian, kita dapat mencegah stunting sejak dini dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia.
Beras analog, bagian dari pangan fungsional komposisi bisa berbagai macam umbi, umbian lokal, sorgum lokal, plus sayuran lokal seperti kelor kaya Fe dan Zn dengan takaran tertentu, gambar foto koleksi pribadi
Kesimpulan
ADVERTISEMENT
Pangan fungsional telah menjadi strategi efektif dalam mencegah stunting sejak dini. Dengan memanfaatkan bahan alami seperti daun kelor, telur, dan ikan, kita dapat memberikan manfaat tambahan diluar fungsi nutrisi dasar pangan tersebut. Strategi promosi seperti program PMBA, festival pangan lokal, dan konsistensi dalam mengkonsumsi pangan fungsional dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan menguatkan ekonomi bangsa. Oleh karena itu, mari kita dukung pangan fungsional untuk mencegah stunting sejak dini dan membentuk generasi yang sehat dan kuat. Dengan demikian, kita dapat melihat bahwa pangan fungsional bukan hanya sebagai solusi sederhana untuk mencegah stunting, tetapi juga sebagai bagian dari strategi yang lebih luas untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia di Indonesia. Dengan konsistensi dan promosi yang efektif, kita dapat mencapai target RPJMN 2020–2024 dan membentuk generasi yang sehat dan kuat.
ADVERTISEMENT
Daftar Pustaka
Aristyanita.2023.Dukung Pangan Lokal Alami Berbahan Protein Hewani untuk Cegah Stuntinghttps://wahanavisi.org/id/media-materi/media/detail/opini-dukung-pangan-lokal-alami-berbahan-protein-hewani-untuk-cegah-stunting
Husin et al.2023.Pengembangan Pangan Fungsional dalam Usaha Pencegahan Stunting di Gampong Suak Ribee. Jurnal Pengabdian Masyarakat.file:///d:/Downloads/9923-31639-1-PB.pdf
Nugraha, Dwidhananta, Dewi IKDP, Wirasuta. 2021. Fortifikasi Antioksidan Beras Analog Kombinasi Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.) dan Kelor (Moringa oleifera) sebagai Upaya Diversifikasi Pangan Penderita Diabetes Melitus. Jurnal Farmasi Udayana:10(1),DOI : https://doi.org/10.24843/JFU.2021.v10.i01.p08