Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
Menyulap Minyak Jelantah Menjadi Lilin Aromaterapi yang Cantik
11 Februari 2022 10:59 WIB
Tulisan dari Arif Faiz Wicaksono tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Semarang (05/02/2022) – Dilansir dari data Kajian awal Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) dan Traction Energi Asia tahun 2020, jumlah konsumsi minyak goreng sawit nasional mencapai 16,2 juta kilo liter (KL). Dari angka tersebut rata-rata minyak jelantah yang dihasilkan berada pada kisaran 40-60% atau berada di kisaran 6,46 - 9,72 juta KL. Sayangnya minyak jelantah yang dapat dikumpulkan di Indonesia baru mencapai 3 juta KL atau hanya 18,5% dari total konsumsi minyak goreng sawit nasional.
ADVERTISEMENT
Minyak jelantah merupakan minyak bekas pemakaian, bisa dalam skala rumah tangga, rumah makan, restoran, dan lain lain. Bila ditinjau dari komposisi kimianya, minyak jelantah mengandung senyawa-senyawa yang bersifat karsinogenik yang terjadi selama proses penggorengan. Jadi pemakaian minyak jelantah yang dipakai berkali-kali, dapat merusak kesehatan tubuh kita, misalnya timbul berbagai penyakit seperti kanker.
Minyak jelantah sendiri masih dianggap sekadar sampah oleh kebanyakan masyarakat level rumah tangga di Indonesia. Hal ini dikarenakan masih banyak yang belum paham bagaimana cara mengolah jelantah, tidak tahu menjual kemana, tidak ingin repot, dan alasan lainnya. Hal serupa pun ditemukan di daerah RW 05 Kelurahan Pendrikan Kidul, Kecamatan Semarang Tengah, Kota Semarang. Masih banyak masyarakat yang membuang limbah minyak jelantah secara sembarangan.
ADVERTISEMENT
Meski terlihat sepele, membuang minyak jelantah ke tempat pencucian piring maupun tanah memiliki dampak buruk. Dampak terkecil membuang minyak jelantah sembarangan ialah kerusakan pada tempat pembuangan. Sementara, dampak terbesar membuang minyak jelantah sembarangan adalah pencemaran tanah dan sumber air.
Berangkat dari fenomena ini, Arif Faiz Wicaksono salah seorang mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tim I Universitas Diponegoro Tahun 2021/2022 melakukan program pendampingan warga RW 05 Kelurahan Pendrikan Kidul khususnya ibu-ibu PKK RW 05 untuk memanfaatkan kembali minyak jelantah sebelum dibuang begitu saja. Minyak jelantah dapat dimanfaatkan untuk berbagai hal, salah satunya adalah pembuatan lilin aromaterapi yang mudah dibuat dengan bahan–bahan yang juga mudah didapatkan. Lilin aromaterapi adalah lilin khusus yang terbuat dari minyak esensial dengan aroma yang begitu menenangkan dan menyenangkan. Selain dapat mengurangi dan mencegah pencemaran lingkungan, lilin aromaterapi dari minyak jelantah ini juga memiliki nilai jual yang cukup menjanjikan sehingga dapat menjadi ide berwirausaha bagi warga setempat. Hal ini sesuai juga dengan tema KKN yang diangkat oleh Universitas Diponegoro yaitu “Pemberdayaan Masyarakat Menuju Pasca Pandemi Covid-19 Berbasis SDG’s.”
Selain memberi pemahaman bahaya membuang minyak jelantah sembarangan, juga dilaksanakan pembuatan lilin aromaterapi dari minyak jelantah secara langsung bersama ibu-ibu PKK RW 05 Kelurahan Pendrikan Kidul. Sehingga diharapkan setelah kegiatan ini ibu-ibu PKK RW 05 Kelurahan Pendrikan Kidul dapat mencoba sendiri di rumah serta dapat mengajarkan kepada warga lain tentang cara pembuatan lilin aroma terapi dari minyak jelantah, akibatnya makin banyak warga Kelurahan Pendrikan Kidul yang memanfaatkan minyak jelantah sebelum dibuang.
ADVERTISEMENT
Penulis: Arif Faiz Wicaksono, Fakultas Teknik, Program Studi S1-Teknik Kimia
Dosen Pembimbing Lapangan: Daud Samsudewa, SPt, M.Si, Ph.D.
Lokasi: Kelurahan Pendrikan Kidul, Kecamatan Semarang Tengah