Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.92.0
Konten dari Pengguna
Kopi Aren di Benteng Kedung Cowek, Kisah-kisah Arek Suroboyo
5 Desember 2024 10:36 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari arif gumantia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Ada beberapa hal yang menarik membaca cerita pendek ( cerpen ) yang berkisah tentang tema yang berhubungan dengan konteks ruang sebuah kota. Yang pertama adalah keterikatan dan keterkaitannya dengan konteks sejarah dan relasi sosial dalam cerita-cerita tersebut, sebagaimana kata sastrawan pemenang Nobel Octavio Paz bahwa apa yang luput dari catatan sejarah maka akan diceritakan dalam karya sastra.
ADVERTISEMENT
Yang kedua adalah adanya interaksi timbal balik antara penulis dan lingkungan sosial penulis, termasuk ruang dan waktu yang mempengaruhi hasil karya penulis tersebut. Yang ketiga adalah terciptanya realitas baru yang dikisahkan dalam cerpen, yaitu realitas yang sebenarnya ditambah dengan imajinasi penulis hingga menghasilkan realitas baru ( dunia baru ). Realitas inilah yang membuat pembaca mempunyai ruang imajinasi yang luas karena adanya pertautan dengan pengalaman dan kenangan para pembaca terhadap kota tersebut. Dari ketiga hal inilah cerpen-cerpen tentang kota selalu menarik dan indah untuk dinikmati.
Begitu juga dengan kumpulan cerita pendek "Kopi Aren di Benteng Kedung Cowek " ( kisah-kisah arek Suroboyo) ini, kumpulan cerpen yang bertema kota Surabaya. Buku kumpulan cerpen yang berisi cerpen-cerpen pilihan hasil lomba cerpen bertema Surabaya yang diadakan Padmedia Publisher, 14 cerpen terpilih menjadi cerpen terbaik dan dibukukan.
ADVERTISEMENT
Pada cerpen pertama Yang datang di ujung malam, karya Wina Bojonegoro ( hal. 1 ) menceritakan bagaimana impian para perantau memandang segala harapan yang ada di sebuah kota besar seperti Surabaya. Yang harus berjuang melawan keterpurukan dan keterasingan dalam mewujudkan impiannya. Kisah tentang kerasnya kehidupan di sebuah gang di kampung yang ada di Surabaya diceritakan dengan memikat oleh Gania Hariani, dengan judul Jeratan Mimpi di Tambak Gringsing ( Hal. 10 ). kisah tentang copet, maling, rampok di balik gemerlapnya sebuah kota, dengan narasi yang filmis, pembaca seolah diajak untuk melihat sebuah film. Tanpa pretensi untuk menggurui.
Dengan berlatar belakang sejarah benteng Kedung Cowek, cerpen karya Achakawa, Mata Sunyi Benteng Kedung Cowek ( Hal. 20), dengan tema cinta gadis indo dan pria pribumi,
ADVERTISEMENT
Tentang Cinta dan rasa kehilangan, bagi pembaca yang belum pernah ke Benteng ini pun seakan diajak berpetualang menyusuri sejarah terbentuknya benteng ini, dengan cara bercerita yang mengalir.
Peristiwa kelam tragedi 1998 yang kelam, tentang pemerkosaan yang tak pernah diceritakan secara resmi di buku-buku sejarah diceritakan dengan gelap dan dingin oleh Amara One dengan judul Dua puluh Delapan ( Hal. 29 ) kisah bagaimana para korban harus berdamai tanpa menyimpan dendam.
Berbicara tentang kota tentu tak mungkin bisa lepas dari kulinernya, Kuliner bukan hanya sebagai makanan khas, tapi sudah menjelma menjadi Ikon kota, dengan segala sejarah dan akulturasinya tempat semua muara kerinduan menuju. Dan Bem Wiezhanarcho berhasil membuat realitas baru tentang Rujak cingur dengan cerpen berjudul Rujak Cingur ( Hal 38 ). Kerinduan akan masa lalu yang harus segera dituntaskan.
ADVERTISEMENT
Cerita tentang pasang surut kesenian khas Surabaya, Ludruk, di masa-masa kejayaan dan masa suramnya, menjadi tema dari cerpen Jenny Seputro yang berjudul Bintang di Ujung Malam ( Hal. 50 ). Orhan Pamuk ( Novelis pemenang Nobel dari Turki) pernah menyatakan bahwa sejarah sebuah kota adalah sejarah kemurungannya. Ada 2 cerpen yang berkisah tentang hal itu yaitu tentang Gang Dolly, suka atau tidak suka kota Surabaya pernah tumbuh bersama lokalisasi itu. Yaitu cerpen Dentang Garnis karya Magda Omega ( Hal. 60 ) dan Yang Tenggelam di Dasar Kopi Aren karya Solu Erika Herwanda ( Hal. 95 )
Peristiwa dengan latar belakang perjuangan arek-arek Suroboyo menjadi kisah di cerpen Tentang Luka karya Quina Deshira Fransisca ( Hal. 69 ) dan kenangan tentang pasar malam yang selalu mewarnai masa anak-anak dikisahkan secara kontras dengan sejarah Petrus ( Pembunuhan Misterius) era Orde baru oleh Ricardo Marbun dalam cerpen Pasar Malam, sejarah kelam tentang pembunuhan mereka yg dituduh sebagai preman dan gali, bahkan sering salah sasaran karena menciduk dan menembak mereka yang punya tato di tubuhnya.
ADVERTISEMENT
Jeritan di Pinggir Kali karya Rossy Anggraini ( Hal. 86 ) bercerita tentang daerah kumuh di masa lalu yang seiring berjalannya waktu dan penataan kota menjadi daerah yang bersih, menjadi tempat wisata. Sedang Umi Hikmawati bercerita tentang kisah sejarah etnis cina berjualan roti yang sudah menjadi bagian dari warga Surabaya dengan segala akulturasinya dalam cerpen Lai Bao ( Hal. 110 )
Berbicara tentang Surabaya tentu tak mungkin bisa lepas dari pecel semanggi. Kisah tentang perjuangan seorang ibu penjual semanggi dan anaknya yang merantau di Belanda menjadi tema cerpen karya Winarti JV berjudul Rumah Mungil Impian Ibu ( Hal. 119 ), sepincuk pecel semanggi menjadi imajinasi dalam realitas imajinasinya. Tabebuya karya Yuliani Kumudaswari menjadi penutup dari kumcer kisah-kisah arek Suroboyo ini ( Hal 129 ), perselingkuhan dalam keindahan warna-warni Tabebuya.
ADVERTISEMENT
Para penulis di Kumcer Kopi Aren di Benteng Kedung Cowek ini telah berhasil menciptakan dunia yang baru, dunia yang berasal dari realitas yang sebenarnya dan berjalin kelingan dengan imajinasi penulisanya. Narasi-narasi sejarah yang ada di tiap kisahnya menjadikan cerita-cerita pendeknya selain menarik buat pembaca karena punya ruang imajinasi yang luas juga memberikan insight ( wawasan pengetahuan) sebagai bagian dari ruang kontemplasi, agar sejarah-sejarah kelam tidak terulang lagi, dan belajar dari sejarah untuk kehidupan yang lebih baik .
Judul Buku : Kopi Aren di Benteng Kedung Cowek
Kisah-Kisah Arek Suroboyo
Jumlah Halaman : 136 Halaman
Cetakan : September, 2024
Penerbit : Padmedia, Garuda Regency M-60
ADVERTISEMENT
Rewwin-Waru Sidoarjo
Telepon : ( 031 ) 8554004, 081217237313
Arif Gumantia
Ketua Majelis Sastra Madiun