Menulislah Agar Umurmu Sepanjang Umur Dunia

arif gumantia
Ketua Majelis Sastra Madiun
Konten dari Pengguna
8 Mei 2021 11:57 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari arif gumantia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Jika umurmu tak sepanjang umur dunia, maka sambunglah dengan tulisan. (Pramoedya Ananta Toer). Menulis adalah bekerja untuk keabadian, mengabadikan pikiran, perasaan, kegelisahan, peristiwa, dan mengabadikan kenangan. Ada pendapat yang sering dianggap sebagai kebenaran, bahwa seorang bisa menjadi penulis itu karena adanya bakat. Pendapat ini sering kita dengar sehari-hari. Bakat menurut KBBI adalah kemampuan yang sudah ada atau dibawa sejak lahir. Baik menjadi penulis fiksi seperti prosa dan sajak, atau menulis non fiksi.
Sketsa Balai Bahasa Provinsi Bali
Hal ini sering menjadi perdebatan yang menarik, dalam penjelasan secara rasional menggunakan filsafat tidak pernah ditemukan adanya bakat ini, yang ada adalah habitus. Secara sederhana dan mudah dipahami dapat kita artikan habitus menurut filsuf Pierre Bourdieu adalah nilai-nilai sosial yang dihayati oleh manusia, dan tercipta melalui proses sosialisasi nilai-nilai yang berlangsung lama sehingga mengendap menjadi cara berpikir dan pola perilaku yang menetap di dalam diri manusia.
ADVERTISEMENT
Sebenarnya setiap orang bisa menjadi penulis, kalau punya niat dan kemauan, disertai usaha yang tekun untuk berlatih menulis. Apalagi kalau kita lihat maraknya opini yang ditulis di status media sosial, Itu bisa digunakan sebagai sarana latihan menulis. Setelah itu bisa diarsipkan di blog pribadi atau dikirim ke media, baik media massa cetak maupun media online. Setelah terkumpul bisa diterbitkan menjadi buku. Syaratnya ada niat dan kemauan, memiliki pengetahuan, dan memiliki wawasan. Menulis adalah bagian dari kegiatan keterampilan jadi bukan tergantung bakat. Kegiatan keterampilan sangat bergantung pada latihan yang terus menerus dan berkelanjutan (kontinuitas).
Latihan pertama adalah dengan menjadikan membaca sebagai kebutuhan kita. Baik membaca koran, majalah, media online, dan membaca buku, membaca kehidupan, membaca pengalaman, baik pengalaman diri sendiri, maupun orang lain. Juga membaca diri sendiri, kekurangan dan kelebihannya. Latihan kedua adalah menulis, menulis, dan menulis. Sebagai bagian dari santapan rohani keseharian kita, karena dengan menulis akan bisa mendatangkan kenikmatan spiritual, kebanggaan, dan percaya diri secara wajar, dan juga keuntungan material.
ADVERTISEMENT
Hingga kita mahir mempermainkan kata (penempatan kata dan kalimat), piawai merangkainya, dalam deretan-deretan kalimat dan cerdas dalam menyampaikan pesan yang ingin disampaikan. Menulislah apa yang ada di benak kita, yang sesuai keinginan kita, sesuai dengan wawasan dan pengetahuan yang kita miliki. Bisa dengan dengan memanfaatkan kamus dan tesaurus untuk meyakinkan istilah-istilah yang kita tulis. Selaim itu untuk melakukan pemilihan kata yang tepat dan menarik, membangkitkan daya imajinasi dan kontemplasi pembaca.
Tentu diperlukan belajar yang tekun tentang teori-teori menulis. Baik menulis puisi, cerita pendek, novel, esai, opini ilmiah, dan lain-lainnya. Misal saat ingin berlatih menulis puisi tentu kita harus faham Teori tentang Puisi, tentang kecerdasan puitik. Begitu juga jika ingin menulis cerpen, agar cerpen bisa memenuhi syarat-syarat yang harus dipenuhi seperti adanya unsur estetika atau keindahan dan unsur-unsur yang menyusunnya secara teoritis. Baik deskripsi latar, tema atau gagasan, penokohan, dan inovasi gaya penceritaan.
ADVERTISEMENT
Yaitu adanya cerita yang dikisahkan secara pendek dan ringkas. Artinya kita harus menyampaikan sebuah tema atau gagasan atau peristiwa dengan cara di ceritakan atau dikisahkan. Tema dan peristiwa apa saja yang ada di sekitar kita. Tema biasa dengan penggarapan yang matang niscaya akan menghasilkan peristiwa luar biasa . Untuk sampai pada kisah yang luar biasa ini pertimbangan kepadatan, kelugasan, kehematan, dan kedalaman itulah yang menjadi syarat yang harus dipenuhi. Kepadatan akan membuat penulis harus membuang peristiwa yang tak penting dan berkreasi dengan menyingkirkan narasi atau kalimat yang tak berhubungan langsung dengan tema. Demikian juga dalam dialog-dialognya.
Sedangkan jika menulis novel kita perlu memperhatikan seperti apa yang disampaikan Milan Kundera, novel adalah sepotong prosa sintesis yang panjang. dan didasarkan pada permainan dengan tokoh-tokoh yang diciptakan. Prosa"sintesis" sebagai keinginan novelis untuk memahami subyeknya dari segala sisi dan dalam kelengkapannya yang paling penuh. Kekuatan sintesis. menyatukan "Esai ironis, narasi novelistis, penggalan otobiografis, kenyataan historis, aliran fantasi" menjadi kesatuan tunggal. Hingga kekuatan sintesis novel ini sanggup mengkombinasikan segala hal ke dalam kesatuan tunggal seperti bebunyian dari musik polifonis. kesatuan novel tidak harus berasal dari plot, tapi bisa disediakan oleh tema.
ADVERTISEMENT
Esai adalah karya tulis yang membahas subyek tertentu, sesuatu hal, atau suatu masalah secara sekilas dari sudut pandang penulisnya. Karena berdasarkan opini penulisnya maka esai bersifat subyektif dan argumentatif. Ada esai deskriptif, esai biografi, esai kritik, esai reflektif, esai hasil penelitian, esai ajakan, esai tajuk, dan lain-lain. Jadi kalau ada istilah menulis esai ilmiah berarti menulis esai yang memenuhi kaidah ilmu pengetahuan. Sedangkan Esai ilmiah populer adalah esai ilmiah dengan gaya penulisan yang mudah dipahami oleh masyarakat secara umum.
Dalam latihan menulis Esai tentu kita harus banyak membaca tentang tema atau gagasan yang ingin disampaikan. Mempersiapkan referensi yang mendukung ide dan tema tersebut. Untuk menjadi esai yang menarik selain menguasai tema yang akan dibahas, juga gaya penulisannya memenuhi unsur estetika bahasa. Dengan demikian perlu bacaan-bacaan dari berbagai disiplin ilmu terutama sastra dan filsafat.
ADVERTISEMENT
Dari paparan di atas dapat kita simpulkan menulis itu adalah keterampilan yang harus dilatih dengan tekun, maka mari kita menulis, mari kita menumbuh kembangkan budaya literasi, agar peradaban kita semakin maju.