Pendidikan Kita dengan Kolonial Belanda, Semakin Maju kah?!

A P Dhani
Seorang Mahasiswa Sejarah dari Universitas Jember yang befokus pada isu-isu pendidikan di Indonesia
Konten dari Pengguna
12 Juni 2022 15:57 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari A P Dhani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Kelas untuk gadis-gadis muda dari Sekolah Perempuan Belanda-Jawa Netral | Sumber: KITLV
zoom-in-whitePerbesar
Kelas untuk gadis-gadis muda dari Sekolah Perempuan Belanda-Jawa Netral | Sumber: KITLV
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pendidikan adalah sesuatu yang tidak bisa dilepaskan dari masyarakat manapun dan kondisi zaman kapanpun. Kedatangan Belanda pada abad ke-16 di Indonesia disebabkan karena melimpahnya kekayaan agraria di Indonesia, khususnya sektor rempah-rempah. Rempah-rempah pada akhir abad ke-16 memiliki daya tarik yang tinggi di pasar Eropa. Berbagai bangsa datang ke Indonesia (Hindia Belanda) untuk berdagang dan mencari hasil bumi Hindia Belanda. Perdagangan di Hindia Belanda mulai berkambang. Namun, hal terebut tidak sejalan dengan distribusi kesejahteraan untuk masyarakat bumiputera masa pemerintahan Belanda (1880). Perkembangan paling lambat ada pada bidang sektor pendidikan. Hal ini dapat dilihat dari masyarakat yang bisa membaca dan menulis sedikit.
ADVERTISEMENT
Meskipun pendidikan yang diadakan oleh Belanda mulai berkembang tahun 1890-an. Hal itu dirasa masih terlambat jika dibandingkan dengan pengaruh perdagangan Belanda di Hindia Belanda. Terutama pendidikan terprivatisasi hanya kaum ningrat dan masyarakat Eropa saja yang dapat merasakan madu ilmu pengetahuan tersebut. Pribumi Hindia Belanda sangat sedikit dan pendidikannya tidak merata. Apalagi materi yang ajarkan dalam pendidikan formal Belanda semata-mata untuk mencetak pegawai pemerintah Belanda (Daliman, 2012).

Sistem pengajaran Kolonial Belanda (Nasution, 1995)

Pendidikan kolonial bersifat intelektualis, materialis, dan elitis. Intelektualis dikarenakan rakyat pribumi yang mengenyam pendidikan colonial Belanda pasti keluar sebagai kaum intelektual yang jauh dari realita keadaan Hindia Belanda. Sifat intelektualis yang ada pada sarjana-sarjana pendidikan kolonial Belanda membuat mereka menjadi elitis dengan menjauhkan dirinya dari masyarakat. Andai kata Ki Hadjar Dewantara “Sarjana-sarjana tersebut seketika lulus dari tempat belajarnya tidak membuat merdeka sepenuhnya”. Mereka yang berhasil menyelesaikan pendidikanya kemudian menjadi pegawai pemerintah kolonial Belanda.
ADVERTISEMENT
Ki Hadjar Dewantara sebagaimana kita ketahui adalah bapak pendidikan nasional kita. Penekanan ajaran Ki Hadjar Dewantara adalah pada pendidikan yang memerdekakan individu tersebut kemudian secara tidak langsung akan memerdekakan bangsanya. Kemerdekaan individu yang dihasilkan dari pendidikan adalah luhurnya budi yang membuat anak dapat menentukan nasibnya sendiri dan berdiri sendiri tidak bergantung pada orang lain. Pemikiran tersebut lahir karena pendidikan kolonial pada masa beliau orentasinya sangat materialis dan tidak memerdulikan kemerdekaan anak tersebut.

Pendidikan Kita Sekarang Apa Bedanya ?

Bilamana kita berkaca dengan pendidikan Indonesia saat ini, apa benar pendidikan kita bisa dikatakan berbeda atau bahkan lebih baik dari pendidikan kolonial Belanda yang terjadi kurang lebih dari 100 tahun yang lalu? Tentu saja sistem pengajaran kita saat ini lebih terstruktur dan meningkat. Namun kita harus memosisikan diri dalam sudut pandang rakyat kecil agar dapat terurai secara detail pendidikan kita.
ADVERTISEMENT
Jika dilihat dari infrastruktur dan pemerataan akses pendidikan, pendidikan di Indonesia dewasa ini tidak lebih baik daripada jaman kolonial Belanda. Data sekolah daerah Indonesia yang tidak ada sekolahnya. Pendidikan kita dengan pendidikan sama-sama tidak merata dan orientasi pendidikan saat ini sama, membentuk kaum intelektualis, elitis, dan materialis. Bila diambil contoh dari anak muda saat ini, berapa banyak mereka yang lebih mendambakan kehidupan hedonism dengan gaya kebarat-baratan. Permasalahan system pendidikan kita yang membentuk mereka keluar sebagai buruh pegawai pemerintah yang tidak belum merdeka atau BERDIKARI.
Referensi:
Daliman, A. 2012. Sejarah Indonesia abad XIX-awal abad XX : sistem politik kolonial dan administrasi pemerintahan Hindia-Belanda. Yogyakarta :Ombak.
Nasution, S. (1995). Sejarah Pendidikan Indonesi/S. Nasution.
ADVERTISEMENT