Konten dari Pengguna

Dari TI ke AI: Pentingnya Strategi Implementasi AI

Arif Perdana
Arif adalah Dosen Digital Strategy & Data Science di Monash University. Dia memiliki pengalaman akademis, industri, dan konsultansi di berbagai negara.
11 Mei 2025 13:41 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Arif Perdana tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Strategi Implementasi AI. Gambar dibuat dengan GPT 4o
zoom-in-whitePerbesar
Strategi Implementasi AI. Gambar dibuat dengan GPT 4o
ADVERTISEMENT
Dua dekade setelah artikel berpengaruh Nicholas G. Carr berjudul "IT Doesn't Matter", kita kembali menemukan diri pada persimpangan serupa dengan akal imitasi (AI). Carr berargumen bahwa teknologi informasi (TI) telah berubah menjadi komoditas. TI kehilangan keunggulannya sebagai sumber keunggulan kompetitif berkelanjutan. Gagasan ini tampak sangat relevan saat ini ketika AI semakin terintegrasi dalam operasi bisnis. Demokratisasi pesat dari perangkat AI, yang ditandai oleh platform seperti berbagai varian Model Bahasa Besar (LLM), berarti kemampuan AI yang semakin canggih kini dapat diakses oleh organisasi dengan berbagai skala. Aksesibilitas ini berpotensi mengarah pada homogenisasi layanan dan produk berbasis AI. Akibatnya, sekadar memiliki AI tidak akan membedakan perusahaan satu dengan lainnya; sebaliknya, keunggulan strategis mereka akan bergantung pada seberapa kreatif dan efektif mereka memanfaatkan teknologi ini.
ADVERTISEMENT
Keunggulan Kompetitif TI versus AI
Revolusi AI sepertinya menghadirkan skenario yang lebih bernuansa dibandingkan komodifikasi TI yang dijelaskan Carr. Meski perangkat AI dasar mungkin menjadi lazim, potensi inovasi pesat dan pembelajaran berkelanjutan yang melekat di AI mengisyaratkan bahwa komodifikasinya mungkin lebih lambat dan lebih kompleks dibanding infrastruktur TI tradisional. Kemampuan memanfaatkan dataset unik dan menciptakan aplikasi AI khusus masih menawarkan potensi diferensiasi. Lebih jauh, penggunaan AI yang etis dan bertanggung jawab menghadirkan sisi baru untuk keunggulan kompetitif. Ada sisi di AI yang absen dari analisis Carr.
Sejalan dengan analisis TI-nya Carr dan situasi AI saat ini, kedua teknologi telah mengalami adopsi lintas industri, dengan risiko investasi berlebihan dan pergeseran dari potensi keunggulan kompetitif menjadi kebutuhan bisnis. Penekanan Carr pada manajemen risiko di TI menemukan gaungnya berkaitan dengan pentingnya mengelola risiko terkait AI, termasuk masalah etika, keamanan, dan keandalan. Namun, perbedaan signifikan tetap ada. AI berkembang jauh lebih cepat dibanding TI tradisional. AI berpotensi menawarkan keunggulan kompetitif yang lebih singkat namun lebih sering. Berbeda dengan TI yang terutama menyangkut infrastruktur, efektivitas AI sangat bergantung pada kualitas dan kuantitas data. AI menawarkan potensi keunggulan unik berbasis data.
ADVERTISEMENT
Lebih jauh, dampak AI lebih luas, memengaruhi bukan hanya efisiensi operasional tetapi juga memungkinkan model dan layanan bisnis yang sepenuhnya baru. Sementara TI merevolusi pemrosesan data dan komunikasi, potensi AI untuk mengotomatisasi tugas kompleks, menghasilkan wawasan yang lebih dalam, dan memprediksi hasil merepresentasikan transformasi yang lebih mendalam. Selain itu, AI memperkenalkan pertimbangan etis baru dan kemampuan pengambilan keputusan otonom, fitur yang sebelumnya tidak ada dalam sistem TI tradisional. Potensi kustomisasi model AI untuk aplikasi spesifik juga menawarkan lebih banyak peluang diferensiasi dibanding infrastruktur TI terstandarisasi. Selain itu, AI kini menghadapi lanskap regulasi yang lebih kompleks dan berkembang pesat dibanding TI di awal 2000-an. Ini tentunya menambahkan lapisan pertimbangan strategis bagi organisasi.
ADVERTISEMENT
Adopsi AI yang Strategis untuk Keunggulan Kompetitif
Untuk menciptakan dan mempertahankan keunggulan kompetitif melalui AI, organisasi memerlukan pendekatan multifaset. Pertama dan terpenting, AI harus diintegrasikan secara strategis ke dalam proses bisnis inti. Ini artinya AI digunakan untuk menyelesaikan masalah spesifik atau meningkatkan operasi yang ada sejalan dengan tujuan organisasi secara keseluruhan. Strategi data yang kuat sangat penting, karena kualitas dan keunikan data dapat berdampak signifikan pada efektivitas AI. Organisasi harus fokus pada pengumpulan dataset eksklusif berkualitas tinggi dan menerapkan praktik tata kelola data yang kuat.
Penggunaan AI yang etis dan bertanggung jawab dapat berfungsi sebagai pembeda dari organisasi lainnya yang juga menggunakan AI. Organisasi harus menetapkan pedoman etis yang jelas untuk penerapan AI dan memastikan transparansi dalam proses pengambilan keputusan berbasis AI. Ini melibatkan penerapan praktik tata kelola data yang kuat, audit rutin sistem AI untuk mengevaluasi potensi bias, dan mempertahankan transparansi dengan pemangku kepentingan tentang bagaimana AI digunakan.
ADVERTISEMENT
Meski solusi AI siap pakai mungkin menjadi komoditas, masih ada potensi signifikan dalam pengembangan aplikasi AI khusus yang disesuaikan dengan kebutuhan industri spesifik. Konsep kolaborasi manusia-AI menawarkan jalur lain untuk keunggulan kompetitif. Dengan mengintegrasikan AI secara efektif ke dalam praktik kerja yang ada untuk meningkatkan kemampuan manusia, organisasi dapat mengoptimalkan tenaga kerja mereka, membebaskan pekerja manusia untuk tugas yang lebih kreatif dan kompleks yang membutuhkan pemikiran kritis dan keahlian subjek.
Bisnis harus berinvestasi dalam infrastruktur dan talenta yang diperlukan untuk mendukung implementasi AI. Ini termasuk memperoleh perangkat dan platform AI canggih serta menumbuhkan budaya pembelajaran dan inovasi berkelanjutan. Melatih karyawan untuk memahami dan memanfaatkan AI secara efektif akan memastikan bahwa organisasi dapat sepenuhnya memanfaatkan kemampuan teknologi tersebut.
ADVERTISEMENT
Organisasi harus mengembangkan strategi yang kuat untuk mengelola risiko terkait AI, seperti ancaman keamanan siber, masalah privasi data, dan potensi bias dalam sistem AI. Selain itu, mempertimbangkan dampak lingkungan dari penggunaan AI dapat menjadi praktik yang bertanggung jawab dan pembeda potensial di pasar yang semakin sadar keberlanjutan, seperti yang disoroti oleh fokus IBM pada model AI hemat energi.
Meski AI mungkin mengikuti trajektori komodifikasi serupa dengan TI, karakteristik uniknya menawarkan jalur baru bagi organisasi untuk melakukan diferensiasi strategis. Dengan fokus pada integrasi strategis, kualitas data, penggunaan etis, implementasi bertanggung jawab, spesialisasi, kolaborasi manusia-AI, dan adaptasi berkelanjutan, organisasi dapat bergerak melampaui sekadar mengadopsi AI sebagai komoditas. Sebaliknya, mereka dapat memanfaatkan AI sebagai alat strategis untuk menciptakan keunggulan kompetitif berkelanjutan dalam lanskap bisnis yang semakin banyak menggunakan AI.
ADVERTISEMENT