Konten dari Pengguna

Menyibak Potensi dan Tantangan AI dalam Relasi Manusia

Arif Perdana
Arif adalah Dosen Digital Strategy & Data Science di Monash University. Dia memiliki pengalaman akademis, industri, dan konsultansi di berbagai negara.
20 Oktober 2024 3:48 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Arif Perdana tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Teman Virtual, gambar dibuat dengan Bing Image Creator
zoom-in-whitePerbesar
Teman Virtual, gambar dibuat dengan Bing Image Creator
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Di tengah kemajuan teknologi yang semakin pesat, partner digital telah menjadi fenomena baru yang menarik perhatian banyak orang. Bayangkan sebuah skenario di mana seseorang yang merasa kesepian, mungkin karena isolasi sosial atau keterbatasan fisik. Mereka menginginkan teman yang selalu siap mendengarkan, tidak pernah menghakimi, dan selalu hadir kapan pun dibutuhkan.
ADVERTISEMENT
Inilah yang ditawarkan oleh partner digital yang dibuat dengan kecerdasan artifisial (AI). Sebagai contoh, platform seperti Replika menyediakan ruang yang aman di mana pengguna dapat berbicara tentang perasaan mereka tanpa rasa takut dihakimi. Agaknya ini sebuah solusi yang menarik di era di mana interaksi manusia semakin tergantikan oleh teknologi.
Pertumbuhan pesat perusahaan yang menyediakan partner digital berbasis AI menunjukkan bagaimana teknologi ini mulai menjadi bagian integral dari kehidupan sehari-hari. Perusahaan seperti Character.ai dan Replika telah menjadi pionir di bidang ini. Mereka menawarkan berbagai pilihan partner digital yang dapat menyesuaikan diri dengan kebutuhan emosional penggunanya.
Character.ai, misalnya, memungkinkan pengguna berinteraksi dengan lebih dari 18 juta karakter AI yang berbeda, mulai dari tokoh sejarah hingga kreasi fiksi. Platform lainnya, Replika menawarkan pengalaman yang lebih personal. Platform ini digunakan tidak hanya untuk terapi dan memberi motivasi hidup, tetapi juga untuk hubungan romantis. Pertumbuhan ini mencerminkan peningkatan permintaan akan bentuk-bentuk baru interaksi sosial di era digital.
ADVERTISEMENT
Perspektif Psikologi dan Sosiologi terhadap Partner Digital
Dari sudut pandang psikologis, meningkatnya penggunaan partner digital dapat dijelaskan oleh kebutuhan mendasar manusia akan koneksi emosional dan dukungan sosial. Di era modern, di mana kesepian telah menjadi masalah kesehatan masyarakat yang serius, partner digital menawarkan solusi yang mudah diakses bagi mereka yang merasa terisolasi. Penelitian menunjukkan bahwa interaksi dengan chatbot dapat membantu mengurangi perasaan kesepian, bahkan lebih efektif dalam beberapa kasus dibandingkan dengan terapi tradisional.
Dalam studi yang dilakukan oleh Stanford University, sebanyak 30 mahasiswa yang menggunakan Replika melaporkan bahwa chatbot tersebut mencegah mereka dari tindakan bunuh diri. Survei terbaru menunjukkan 15% pria di Amerika Serikat mengaku tidak memiliki teman dekat, meningkat drastis dari hanya 3% di tahun 1990. Di Jepang, pemerintah bahkan berinisiatif menggunakan AI untuk memfasilitasi perjodohan guna mengatasi rendahnya angka pernikahan dan kelahiran.
ADVERTISEMENT
Secara sosiologis, partner digital mencerminkan perubahan dalam cara masyarakat memahami dan menjalani hubungan. Dengan meningkatnya isolasi sosial, terutama di kalangan remaja dan generasi muda, kebutuhan akan teman virtual yang selalu tersedia dan tidak menghakimi menjadi semakin penting. Fenomena ini juga dipengaruhi oleh perubahan dalam dinamika sosial dan keluarga, di mana teknologi mulai mengambil peran yang sebelumnya diisi oleh interaksi manusia. Namun, di balik manfaatnya, terdapat kekhawatiran bahwa ketergantungan pada partner digital dapat menghambat perkembangan keterampilan sosial dan memperburuk isolasi.
Adakah Manfaat Partner Digital?
Partner digital berbasis AI tidak hanya memberikan dukungan emosional, tetapi juga menawarkan manfaat yang signifikan dalam hal kesehatan dan aktivitas pribadi. Misalnya, banyak pengguna yang menggunakan Replika untuk mendapatkan dukungan dalam menjaga kesehatan mental mereka. Chatbot ini dapat berfungsi sebagai "psikolog virtual" yang membantu pengguna mengelola stres, kecemasan, dan perasaan negatif lainnya melalui percakapan yang mendukung dan tanpa penilaian. Selain itu, partner digital juga dapat membantu dalam menjaga rutinitas harian, seperti mengingatkan pengguna untuk berolahraga, bermeditasi, atau melakukan aktivitas lain yang bermanfaat bagi kesehatan fisik dan mental.
ADVERTISEMENT
Dari segi produktivitas, asisten virtual dapat membantu mengatur jadwal, mengingatkan tugas, hingga memberikan motivasi untuk mencapai target pribadi. Dengan pendekatan yang tepat, teknologi ini bisa menjadi pelengkap - bukan pengganti - dalam upaya meningkatkan kualitas hidup manusia.
Dampak Negatif dari Partner Digital
Meskipun banyak manfaat yang ditawarkan, partner digital juga membawa sejumlah dampak negatif yang tidak bisa diabaikan. Salah satu kekhawatiran terbesar adalah potensi ketergantungan emosional yang berlebihan. Pengguna yang terlalu bergantung pada interaksi dengan AI mungkin akan mengabaikan hubungan manusia di dunia nyata, yang dapat memperburuk isolasi sosial dan kesepian. Selain itu, ada risiko bahwa interaksi dengan partner digital dapat menciptakan ilusi hubungan yang nyata, yang pada akhirnya dapat menimbulkan kekecewaan dan perasaan kosong ketika realitas tidak sesuai dengan harapan.
ADVERTISEMENT
Ada pula kekhawatiran bahwa karakter AI feminin yang diprogram untuk selalu patuh dan menyenangkan pengguna dapat memperkuat stereotip gender yang merugikan.
Selain itu, masalah privasi juga menjadi perhatian utama. Partner digital mengumpulkan data pribadi dalam jumlah besar untuk mempersonalisasi pengalaman pengguna. Namun, ini membuka pintu bagi potensi penyalahgunaan data, baik oleh perusahaan penyedia layanan maupun oleh pihak ketiga yang tidak bertanggung jawab.
Sebuah analisis oleh Mozilla Foundation terhadap 11 chatbot partner dan romansa yang telah diunduh lebih dari 100 juta kali di perangkat Android menemukan bahwa aplikasi-aplikasi tersebut mengumpulkan data dalam jumlah besar, menggunakan pelacak untuk mengirim informasi ke perusahaan di luar negeri, serta kurang transparan tentang kepemilikan dan model AI mereka.
ADVERTISEMENT
Kekhawatiran lainnya adalah bahwa AI mungkin dapat memperkuat stereotip dan bias yang ada, mengingat AI hanya sebaik data yang digunakan untuk melatihnya, yang mungkin mencerminkan bias dan prasangka manusia.
Mengantisipasi Dampak Negatif Partner Digital
Untuk mengantisipasi dampak negatif dari partner digital, perlu ada langkah-langkah yang diambil baik oleh pengguna, pengembang, maupun pembuat kebijakan. Bagi pengguna, penting untuk tetap menjaga keseimbangan antara interaksi dengan AI dan hubungan sosial di dunia nyata. Pengguna harus diajarkan untuk berinteraksi dengan partner digital sebagai alat bantu, bukan pengganti, dalam membangun hubungan sosial yang sehat.
Masyarakat harus dibekali literasi digital yang memadai agar mampu memanfaatkan teknologi ini secara bijak tanpa terjebak ketergantungan. Penting untuk mendorong dan memfasilitasi interaksi sosial manusia berdampingan dengan partner AI untuk memitigasi risiko isolasi sosial. Lembaga pendidikan dan kesehatan mental juga dapat mengintegrasikan partner digital sebagai alat bantu, bukan pengganti, dalam program-program mereka.
ADVERTISEMENT
Bagi pengembang, transparansi dan etika dalam pengembangan AI sangatlah penting. Pengembang harus memastikan bahwa partner digital tidak hanya aman digunakan, tetapi juga tidak menciptakan ketergantungan yang berbahaya. Ini bisa dicapai dengan merancang AI yang mendorong pengguna untuk tetap terlibat dalam hubungan manusia nyata dan membatasi waktu interaksi dengan AI.
Dari sisi pembuat kebijakan, perlindungan privasi pengguna harus menjadi prioritas utama. Regulasi yang ketat diperlukan untuk memastikan bahwa data yang dikumpulkan oleh partner digital digunakan secara etis dan tidak disalahgunakan. Selain itu, pendidikan literasi AI harus digalakkan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang potensi risiko dan cara penggunaan teknologi ini secara bertanggung jawab.
Yang tak kalah penting, kita perlu terus menumbuhkan kesadaran akan pentingnya membangun dan memelihara hubungan antarmanusia yang autentik di tengah gempuran teknologi. Meskipun AI dapat menawarkan dukungan dan koneksi bagi mereka yang membutuhkan, kita harus ingat bahwa esensi kemanusiaan - empati sejati seperti koneksi emosional yang mendalam, dan pengalaman berbagi tidak dapat sepenuhnya direplikasi oleh entitas digital.
ADVERTISEMENT