Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Kobe Bryant
27 Januari 2020 10:05 WIB
Diperbarui 6 Agustus 2020 13:17 WIB
Tulisan dari Arif Utama tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Kobe Bryant adalah manusia yang menarik. Bahkan, dari kematiannya pun, aku masih bisa belajar.
ADVERTISEMENT
Jujur, aku tak tahu banyak soal karier Kobe. Tapi, orang-orang seperti Kobe tak hanya didefinisikan dari aksinya di lapangan. Aku dan Kobe jelas tak saling kenal, tapi aku percaya bahwa dia orang baik. Dan aku tahu aku tak sendiri menanggung perasaan ini.
Sejak subuh tadi, aku sudah memerhatikan linimasa sosial media bergerak. Mulai dari teman-teman, atlet-atlet terkenal, klub sepak bola, franchise NBA, jenama kelas atas, musisi dan publik figur yang bergerak di ragam industri berduka atas kepergian Kobe.
Dari situ aku sadar dua hal. Pertama, pepatah itu benar. Gajah mati tinggalkan gading, harimau mati tinggalkan belang. Ya, kita tak bisa memilih bagaimana kita saat lahir. Tapi, percayalah, kita selalu bisa memilih bagaimana kelak kita dikenang saat meninggal.
ADVERTISEMENT
Untuk dikenang seperti Kobe, perjuangannya tentu tak mudah. Tapi, Kobe pernah bilang begini, “Hal yang terpenting dalam hidupku adalah mencoba menggugah orang lain. Supaya mereka yakin dan bisa menjadi orang yang hebat di bidangnya sendiri.”
Ya, Kobe tahu tak ada hal yang lebih penting dari hidup manusia daripada mencoba. Sejak awal, kita sudah ingin menantang nasib.
Kapal terbang muncul, karena manusia yakin bisa menjadi satu-satunya mamalia yang merancang dan melakukannya. Begitu juga dengan listrik, internet, gedung pencakar langit, dan segala tanda kemajuan zaman muncul karena semangat ini.
Dan Kobe... man, dia juga sudah berjalan sangat jauh. Dari yang awalnya dibanding-bandingkan dengan Michael Jordan, hingga menjadi role model hampir seluruh pebasket era kini.
ADVERTISEMENT
Tapi, bagaimana jika kamu merasa takut untuk mencoba? Nah, inilah hal kedua yang kusadari dari kematian Kobe: Hidup ini singkat, dan hanya ini yang kita punya. Ketika kamu gagal, ingatlah suatu hari nanti kita takkan lagi pernah bisa mencoba.
Dan mati dalam penyesalan karena tak melakukan hal yang diyakini harus dilakukan, itulah kegagalan sesungguhnya. Lagipula, most of the times, kamu hanya takut dengan sesuatu yang asing.
Semasa hidupnya, Kobe mencoba hidup sebaik mungkin. Sukses di basket, dia coba jajal dunia film dengan membintangi Space Jam dan Dear Basketball. Film yang kedua pada akhirnya membuatnya menjadi atlet pertama yang memenangi Oscar pada 2018 silam.
Maksudku, selagi hidup, coba makanan yang kamu sukai. Atau bikin karya yang membuatmu bangga dengan dirimu sendiri. Beli Whiskas dan lakukan streetfeeding ke kucing, mungkin, kalau kamu suka hewan berbulu dan menggemaskan.
ADVERTISEMENT
Peluk orang yang kamu sayang dan berikan mereka kejutan tanpa sebab jelas. Selesaikan workout plan yang sudah kamu wacanakan sejak dua bulan lalu. Atau, apapun yang belum pernah kamu lakukan dan yakini bisa mengubahmu jadi lebih baik.
Jangan pernah berpikir bahwa kamu tak pantas menjadi orang yang bisa kamu banggakan. Karena orang seperti Kobe hidup untuk meyakinkan kita bahwa kehidupan itu harus dirayakan dengan usaha sebaik mungkin. Jadi, yah.... memento mori, kawan-kawan.