Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Life is Strange, Franchise Game Terbaik Dekade Ini
30 Oktober 2017 12:13 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:14 WIB
Tulisan dari Arif Utama tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Telltale boleh saja, dalam beberapa tahun lalu, berhasil mengawinkan antara genre action-adventure dan puzzle. Hasil dari pengkawinan itu, kita dapat memainkan game yang terasa seperti film/serial interaktif. Kalau anda rajin ke Reddit, gamer di sana menyebut hasil perkawinan ini dengan genre Telltale – sesuai nama developer-nya.
ADVERTISEMENT
Adapun sebab kesuksesannya, kita bisa berdialog dengan karakter yang ada di dalam game, pun sesekali juga dituntut untuk beraksi dengan bijak. Telltale berhasil membawa stigma game puzzle yang membosankan – dengan klik-klik tersebut – ke dalam suasana yang intens. Ditambah dengan storyline yang ciamik, kita seperti berperan ganda: sebagai penonton, juga sebagai aktor dalam game.
Ide ini berhasil. Keberhasilan terbesarnya adalah game The Walking Dead yang sudah rilis beberapa seri. Pun ada juga seri game Telltale seperti Tales of Borderlands, The Wolf Among Us, Back to The Future, Batman, hingga serial kesukaan kita semua, Game of Thrones. Keberhasilannya, tentu saja, game ini memberikan aksi yang seru. Misalnya di The Walking Dead, kita harus kejar-kejaran dari zombie. Terus berkomunikasi dengan teman kita untuk menjadi cara agar bisa selamat.
Namun, tentu saja, game seperti ini tetap memiliki celah. Setelah menahun, genre ini lama-lama juga terlihat membosankan. Sebabnya? Inovasi dari Tellate itu sendiri yang stagnan.
ADVERTISEMENT
Telltale terlalu fokus terhadap plot, tapi karakter terlalu lemah. Sehingga beberapa masalah lainnya muncul. Misalnya, bagaimana cara membangun dialog yang kuat sehingga alur cerita jadi makin memikat, bahkan dengan karakter yang tak penting? Atau, membangun gameplay yang seru sehingga audiens tidak cepat bosan? Hingga membuat gameyang kemudian memberikan konsekuensi andaikata kita gagal? Sialnya, keruwetan ini gagal dijawab oleh Telltale.
Setidaknya, itu kesan saya sejak memainkan game Telltale berjudul Back To The Future, pada 2010, hingga Batman, pada 2016. Meski beda tahun, semuanya menawarkan hal yang sama: kesempurnaan. Kalau anda gagal, game ini akan membawa anda mengulang terus seperti mahasiswa tua yang nasibnya terus dikasih D oleh Dosen. Entah itu kegagalan dalam pilihan anda dalam dialog, atau misalnya salah tekan dalam action. Syukur-syukur kalau anda di tengah jalan tidak buntu – dan itu teman-teman, sungguh menyebalkan.
ADVERTISEMENT
Masalah ini, lucunya, justru didobrak oleh developer gaemkecil bernama Dontnod. Dontnod melahirkan dua game saat ini: Life Is Strange (2015), dan prekuelnya, Life is Strange: Before The Storm (2017). Sementara Life is Strange 2 sedang dikebut dan ditargetkan sudah bisa dibeli di Steam, atau marketplace untuk konsol bikinan Sony dan Microsoft, pada 2019. Berbeda dengan game rilisan Telltale yang kebanyakan terinspirasi dari serial yang sudah laku, Dontnod memiliki membuat ceritanya sendiri. Cerita yang tampak sederhana, sekaligus kaya.
Life is Strange bercerita tentang Max Caulfield yang kembali ke Arcadia Bay untuk belajar fotografi. Lalu kemudian, ia mempelajari bahwa ia memiliki kekuatan super untuk memundurkan waktu waktu, setelah menyaksikan sahabat lamanya, Chloe Price ditembak mati oleh teman sekolahnya sendiri.
ADVERTISEMENT
Ia menyelamatkannya, kemudian membantunya memecahkan misteri Rachael Amber yang hilang. Ia memakai perjalanan memutar waktu untuk membantu Chloe. Atau, sekedar menyelamatkan diri dari kehidupan remaja yang payah – semisal tiba-tiba ditanya guru di sekolah.
Sementara Life is Strange: Before The Storm bercerita tentang latar belakang hubungan Rachael Amber dan Chloe Price. Dan kehidupan Chloe yang rumit – antara kehilangan sosok ayah, narkoba, pacar ibunya yang sialnya seorang fasis, dan sekolahnya yang awut-awutan. Meski tak dapat memutar waktu, perjalanan dengan Chloe juga tak kalah menarik dan malah, lebih menantang dari kisah Max. Gamer di sini ditantang untuk dapat me-roasting lawan bicara Chloe – dan ini sangat mengasyikkan.
Tak heran jika situsweb macam GQ menyebutkan game seri Life is Strange adalah game terbaik untuk generasi ini. Dan saya, menyetujuinya. Sebab saya menyetujuinya, selain kemampuan spesial Chloe dan Max dan dialog yang kuat, adalah kebebasan dari game ini. Game ini tidak menuntut kesempurnaan. Anda bisa memilih pilihan yang secara moral, harus anda lakukan. Atau justru memilih yang salah. Hal ini tak hanya membedakan Dontnod dan Telltale, namun seluruh developer game secara keseluruhan.
ADVERTISEMENT
game ini takkan menyiksa anda selayaknya Sisifus. Anda bisa berkali-kali mencoba bertahan hidup di medan perang seperti Call of Duty. Atau mengejar dan membunuh gangster di atas kereta dengan CJ dan Big Smoke lalu gagal seperti di GTA San Andreas. Dan masih banyak lagi. Tentu hal ini tidak bisa bikin anda melakukan berbagai hal tapi tak merasa berdosa selayaknya menabrak pejalan kaki di GTA. Adapun cara Life is Strange “menghukum” anda adalah dengan konsekuensi dari aksi yang anda lakukan.
Perjalanan dari game ini berisi dari akumulasi pilihan anda. Sehingga berbeda dengan Telltale dan developer game kebanyakan, anda tidak seperti dipaksa mengikuti alur cerita yang sudah disediakan. Anda tahu butterfly effect? Game bikinan Dontnod berlaku atas asas tersebut. Sebuah kejadian, entah keberhasilan atau kegagalan, akan memiliki konsekuensi yang tak anda duga di kemudian hari.
ADVERTISEMENT
Entah hal itu hal yang besar, seperti melaporkan ada siswa yang membawa senjata api ke sekolah. Atau hal-hal kecil, semisal turut bermain board games dengan sekumpulan kutu buku hingga mencela temanmu yang baru saja terkena air comberan.
Dan ini yang membuat gameini menjadi sangat menarik – kala kita mengambil suatu keputusan dalam berbicara atau bertindak, kita diajak menerka-nerka. Apakah keputusan ini akan membuat Max atau Chloe jadi sesuai yang kita inginkan, atau tidak.
Game ini, lambat laun, menjadi representasi kita. Ia bukan lagi soal Max atau Chloe – si karakter utama. Pilihan-pilihan yang mengharuskan kita memilih membuat kita pada akhirnya bersyukur, atau justru menyesal atas pilihan yang telah dipilih. Sama seperti kehidupan.
ADVERTISEMENT
Dan mungkin, game ini adalah wujud paling nyata dari hasil perkawinan silang dari videogame dengan gameplay yang menarik, dan serial dengan karakter dan alur yang baik. Ditambah grafik komikal yang tak membutuhkan spesifikasi mewah serta soundtrack dari band-band indie yang sungguh edgy, game ini sempurna untuk siapapun.
Di zaman di mana banyak developer game menawarkan aksi intens, Dontnod dan seri Life is Strange terlihat sangat unik karena menawarkan permainan psikologis yang ciamik. Kalau berlebihan menyebut game ini adalah game terbaik generasi ini, game ini jelas game terbaik dekade ini. Setidaknya, untuk saya.