Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Sudah Waktunya Pensiun, Tuan Pirlo
7 November 2017 10:01 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:14 WIB
Tulisan dari Arif Utama tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Mungkin penggemar sepak bola di seantero dunia kecuali Amerika begitu heran mengapa Patrick Vieira baru menurunkanmu di menit 90. Di laga terakhirmu. Namun tuan tahu, pada akhirnya mereka tahu. Tak lama, kaki magismu itu tak lagi mengeluarkan keajaibannya. Tuan mengumpan ke depan, lalu, terpleset. New York City FC (berikutnya akan disingkat NYCFC) boleh menang 2-0 di Yankee Stadium. Tapi Colombus Crew yang boleh melenggang ke babak Final Eastern Conference Major League Soccer setelah unggul 4-1 di kandang sendiri.
ADVERTISEMENT
Dan ini, tuan tahu, penggemar NYCFC sudah lelah memaafkan kecerobohan seperti ini. Kecerobohan di laga terakhir tuan ini tak seberapa jika dibandingkan dua kecerobohan tuan yang paling fatal. Tuan ingat kala tuan ingin mengecoh lawan, lalu berakhir dengan lawan yang berhasil merebut bola dari kaki tuan dengan mudahnya? Itu boleh membuat dunia senang. Tapi tetap, kecuali Amerika, kecuali penggemar NYCFC. Berkat aksi tuan itu, Portland Timber berhasil mencuri satu gol sebelum babak pertama usai di babak grup MLS.
Atau waktu tuan melakukan lazy defending. Waktu lawan Toronto FC misalnya. Tuan terlihat sangat effortless. Saya tahu, tuan, anda memang dikenal dengan aksi yang diam-diam mengejutkan. Namun, kali ini saya bisa turut bersimpati kepada penggemar NYCFC. Saya rasa, Tuan memang kehilangan hasrat bermain, terlalu tua, atau malah keduanya.
ADVERTISEMENT
Tuan tahu? Di mata manajemen NYCFC, tuan boleh adalah dewa. Tanpa tuan, David Villa dan Frank Lampard, brand klub ghaib ini takkan terkatrol. Orang-orang di seluruh dunia mungkin takkan mengela NYCFC ini apa. Manajemen NYCFC bahkan segan menyerang tuan dan memberikan fakta menyakitkan bahwa kaki-kaki tuan sudah usang dengan indikasi positioning yang seringkali salah, tak bisa bertahan, pun tak segarang dahulu saat menyerang.
Patrick Vieira bahkan ogah marah dengan tuan. Kata beliau, waktu tuan melakukan blunder melawan Portland Timbers, "Itu terjadi. Semua orang pernah kehilangan bola. Dan kini, ini terjadi pada Andrea," jelasnya. "Banyak pemain yang kehilangan bola dalam situasi yang sulit. Ketika itu terjadi, kita kebobolan. Itu bagian dari permainan."
ADVERTISEMENT
Tapi ciri-ciri tuan sebagai regista handal sudah tak dapat lagi terlihat di diri tuan. Tuan tanya ke penggemar NYCFC, mereka mungkin akan terkejut bahwa Tuan pernah main Playstation di malam hari sebelum esoknya menang Piala Dunia 2006 di Jerman. Atau pernah merengkuh dua trofi liga Champions saat berseragam Merah-Hitam-nya AC Milan. Atau percaya bahwa tuan adalah gelandang tengah terbaik yang dimiliki Italia sejauh ini di abad 22. Adapun yang mereka tahu, Pirlo adalah, saya mohon teramat maaf tuan, adalah sampah. Dan mereka memiliki dasar atas pernyataan itu.
Hudsonriverblue.com pernah bikin hitung-hitungan bagaimana nasib NYCFC kala tuan hadir dan tuan absen Juli lalu. Hasilnya? Kalau tuan bermain, NYCFC hanya mendapatkan rata-rata 1 poin. Dengan rincian 3 kali menang, sekali imbang, dan enam kali kalah. Sementara jikalau tuan berhalangan, justru tim ini moncer. Dalam 12 laga tanpa tuan, NYCFC 8 kali menang, imbang 3 kali, dan hanya sekali menelan kekalahan.
ADVERTISEMENT
Saya rasa, tuan tahu mengapa sebabnya. Di Amerika, Tuan tak dapat lagi proteksi seperti di tahun-tahun tuan di Juventus. Juventus, kala itu, boleh punya Paul Pogba dan Arturo Vidal. Sialnya, Patrick Vieira bermain dengan skema serupa dengan skuat ala kadarnya. Ned Grabavoy dan Mix Diskerud boleh di depan tuan, tapi perannya tak bisa membuat tuan berleha-leha di belakang. Ini yang bikin pada akhirnya Yangel Herrera justru kemudian menggantikan tuan -- karena Yangel bisa menawarkan agresifitas yang tak tuan punya.
Sehingga kalau pada akhirnya tuan memutuskan pensiun, saya setuju. Saya tak meragukan kecerdasan tuan, tapi usia tak bisa ditipu. "Kamu sadari kemudian waktunya telah tiba. Tiap hari, kamu merasa punya masalah fisik dan kamu tak bisa berlatih sebagaimana mestinya. Di usiaku, tak mengapa bilang enough is enough," jelas tuan kepada Gazetta dello Sport.
ADVERTISEMENT
Ini waktunya tuan mengambil jeda dalam hidup tuan. Waktunya tuan berlibur ke Italia, menonton pertunjukan Andrea Bocelli, dan minum sampanye adalah hal yang bisa saya rekomendasikan kepada tuan. Lalu setelahnya, saya sarankan tuan ke Inggris. Belajar ke Antonio Conte dan menunjukkan kecerdikan tuan kembali.