Dulu detikcom, Sekarang kumparan

Arifin Asydhad
Bekerja sebagai jurnalis sejak 1999. Berawal di Harian Politik Monitor, lanjut ke detikcom. Per Oktober 2016 menapaki babak baru di kumparan (www.kumparan.com)
Konten dari Pengguna
6 Oktober 2017 18:25 WIB
comment
26
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Arifin Asydhad tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pukul 10.00 WIB, 5 Oktober 2016 lalu saya bertemu Pak Chairul Tanjung menyampaikan keputusan saya untuk meninggalkan detikcom, media tempat saya belajar dan mengembangkan diri selama hampir 17 tahun. Saya sampaikan ingin mencari tantangan dan pengalaman baru dengan mendirikan media baru berplatform baru: kumparan (kumparan.com). Pak CT - demikian ia sering disapa - menyetujui keputusan saya dan langsung meminta saya untuk tidak ikut campur dalam operasional redaksi detikcom mulai detik itu juga. Saya diminta segera mengumpulkan jajaran redaksi keesokan harinya untuk menyampaikan keputusan-keputusan dalam pertemuan bersejarah itu.
ADVERTISEMENT
Akhirnya, saya pun mengumpulkan para redaktur pelaksana detikcom pada 6 Oktober 2016. Dalam suasana yang hening di ruang rapat utama redaksi, kepada mereka saya menyampaikan keputusan saya untuk mengakhiri tugas di detikcom. Saya juga menyampaikan pesan Pak CT kepada teman-teman bahwa saya sudah tidak boleh ikut campur redaksi dan menyerahkan kewenangan redaksi kepada kawan-kawan.
Pemimpin redaksi kumparan, Arifin Asydhad (Foto: kumparan)
Dengan keputusan saya ini, jabatan saya sebagai direktur konten dan pemimpin redaksi detikcom, secara defacto, berakhir 6 Oktober 2016. Selanjutnya saya menyiapkan segala hal, termasuk administrasi, terkait berhentinya saya secara dejure pada akhir Oktober 2016. Hari berganti hari, bulan berganti bulan, tak terasa, hari ini, 6 Oktober 2017, merupakan tepat setahun saya tidak lagi mengurusi redaksi detikcom.
ADVERTISEMENT
Banyak orang bertanya mengapa saya harus meninggalkan detikcom. Beberapa kolega saya juga menanyai saya mengapa sudah enak menjadi pemred media online terbesar, tapi malah memilih bersusah-susah membuat media baru. Teman-teman pemred dari media lain mengapresiasi langkah saya, tapi sekaligus penasaran dengan keputusan saya. Saya dianggap terlalu berani dalam mengambil keputusan.
Baiklah. Bohong, kalau saya sampaikan tidak ada persoalan internal yang melatarbelakangi keputusan yang saya ambil. Tapi, bagi saya, itu hal kecil. Yang lebih penting sebenarnya adalah keinginan saya dan dorongan yang kuat untuk turut membangun dan mengembangkan platform media digital baru. Mumpung saya belum terlalu tua. Katanya, hidup berawal dari usia 40 (he he).
Selama ini, setidaknya dalam penglihatan saya, pengembangan media digital mengalami kejumudan. Banyak media online baru bermunculan, namun hanya mengikuti platform detikcom yang sebenarnya sudah berusia 18 tahun. Tidak ada pembaruan (inovasi) yang signifikan, baik dari sisi platform maupun dalam pengembangan jurnalisme.
ADVERTISEMENT
Sudah saatnya harus muncul media baru dengan platform dan teknologi berbeda. Karena itu, harus ada orang yang mengikhlaskan dirinya untuk hal ini agar industri media digital semakin menarik. Saya dan kawan-kawan akhirnya tancap gas, meski sadar juga bahwa membangun media baru tidak mudah, perlu kerja keras, perlu kreativitas, ide-ide bernas, dan yang pasti berani ambil risiko.
Hari-hari setelah mundur dari detikcom, saya fokus pada pembangunan kumparan bersama teman-teman. Kami mengikhtiarkan kumparan menjadi media digital masa depan, berisi konten yang berkualitas dan bermanfaat, efektif dan efisien dalam penyampaian pesan, interaksi, dan komunikasi, serta memiliki bisnis yang sangat bagus. Bismillah.
Di awal saya bergabung, saya merekrut sekitar 100 wartawan. 80 persen di antara mereka adalah adik-adik yang baru saja lulus kuliah (fresh graduate). Setelah menjalani pembekalan di kumparan Onboarding dan latihan-latihan, merekalah yang setiap hari memanaskan dan menjalankan mesin news room kumparan hingga saat ini. Saya acungkan dua jempol untuk teman-teman dan adik-adik seperjuangan yang turut membidani kumparan. Talenta-talenta baru muncul: ada yang jago menulis, ada yang pandai lobi, ada yang tahan banting di lapangan, ada yang jago visual, dan ada juga yang hobi memunculkan banyak ide. Sudahlah….Kalian memang hebat!
ADVERTISEMENT
Perkembangan kumparan dari hari ke hari makin menggembirakan. Berita-berita kumparan diapresiasi pembaca. Bahkan, tema-tema yang dibuat kumparan diikuti oleh media-media lain. Dari kecepatan berita peristiwa, seringkali kumparan lebih cepat dibanding para seniornya. Bagi saya, kecepatan memang penting, tapi akurasi lebih penting. Karena itu, akurat syarat utama yang kumparan jaga, agar kredibilitas kumparan makin diakui. Kalau memang selama ini ada kekurangan, kumparan memang belum sempurna, tapi kami berusaha keras untuk memperbaiki, memperbaiki, dan memperbaiki.
Bulan November nanti jumlah wartawan kumparan akan bertambah signifikan. Akan masuk sekitar 120 wartawan baru. Proses rekrutmen kami buat sangat serius. Tak disangka, ada 24.745 orang yang mengirim lamaran ke kumparan. Tentu ini membanggakan kami, karena kumparan telah menjadi pilihan tempat bekerja para generasi muda bangsa. Dengan masuknya adik-adik wartawan baru, maka jumlah wartawan kumparan akan menjadi 220 orang. “Edun, banyak banget,” kata salah seorang staf PR dari sebuah perusahaan BUMN. Ya, ini bukti kami sangat serius!
Acara 1001 Lowongan kumparan (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
Sudah 9 bulan kumparan Live saat ini. Tentu masih banyak pihak yang penasaran dengan kumparan. Setiap hari kantor kumparan selalu kedatangan tamu dengan bermacam-macam tujuan. Banyak juga pejabat dan public figure. Mereka juga penasaran. “Apa sih beda kumparan dengan detikcom atau media lain?” Ini pertanyaan yang sering ditanyakan kepada saya.
ADVERTISEMENT
kumparan bukan media yang dibangun untuk jangka pendek. Perjalanan kumparan masih sangat jauh ke depan. Saya juga tidak ingin menjelaskan panjang lebar konsep kumparan seperti apa. Jadi, kalau mau tahu apa beda kumparan dengan media lain, ya ikuti saja terus setiap perkembangan di kumparan. Yang pasti #kumparanadalahjawaban. Mohon doanya….