Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Syaikh Esam dan Puisi Syaikh Khalid
25 Januari 2022 22:13 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Arifin Asydhad tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Makanan khas Arab Saudi mengiringi silaturahim malam tadi, Senin (24/1/2022). Dibuka dengan sup hangat dan roti, berlanjut menu utama: nasi mandi plus daging ayam, kambing, udang, terong, dan sambosa. Ditutup dengan buah dan puding cokelat. Lezat sekali.
ADVERTISEMENT
"Yang memasak bukan chef Arab Saudi. Saya tidak membawa chef khusus dari Saudi. Tapi, mereka adalah chef dari Indonesia yang sudah puluhan tahun bekerja di sini," kata Dubes Arab Saudi untuk Indonesia, Syaikh Esam Abid Al Thagafi.
Pertemuan di meja makan besar di rumah dinas Syaikh Esam membahas berbagai macam topik. Ada pembahasan serius dan ada juga pembahasan yang mengundang tawa Syaikh Esam, Wakil Dubes Arab Saudi untuk Indonesia Syaikh Yahya, dan para tamu yang hadir. Saya dan beberapa rekan saya sesama pemimpin redaksi mencermati pembicaraan dengan seksama, namun lebih banyak diam. Maklum, pembicaraan di ruang makan ini didominasi perbincangan dengan bahasa Arab.
Saya bersama Totok Suryanto (Wapemred TVOne), Yadi Hendriana (Direktur Pemberitaan MNC), Purwanto (Pemred Harian Sindo) dan Irfan Junaidi (Republika) datang ke rumah dinas Syaikh Esam di Jalan Teuku Umar, Jakarta Pusat —tepat seberang rumah mantan Presiden Megawati Soekarnoputri, berdelapan. Rombongan dipimpin Tiga Serangkai: Habib Ali Hasan Bahar, KH. Muhammad Cholil Nafis, dan Ustadz Yusuf Mansur.
ADVERTISEMENT
Tiga Serangkai ini tampak cas cis cus berbahasa Arab dengan Syaikh Esam dan Syaikh Yahya. Habib Ali merupakan penerjemah Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas untuk bahasa Arab. Saat beberapa hari lalu Gus Yaqut melawat ke Arab Saudi dan bertemu dengan para pejabat Arab Saudi, Habib Ali selalu ada di sampingnya. Habib Ali juga dekat dengan Syaikh Esam. “Begitu saya datang pertama kali ke Indonesia menjadi dubes, Habib Ali ini yang saya temui pertama kali,” puji Syaikh Esam.
Kiai Haji Cholil Nafis adalah salah seorang ulama yang menjadi Ketua MUI, yang juga salah seorang Rois Syuriah PBNU. Sedangkan Ustadz Yusuf Mansur adalah salah seorang ustadz yang terkenal dan pendiri Pondok Pesantren Daarul Quran.
ADVERTISEMENT
Silaturahim yang berlangsung dari pukul 19.30 WIB itu berakhir pukul 22.00 WIB. Silaturahmi yang sangat cair. Selain di ruang makan, pertemuan juga digelar di ruang tengah. Syaikh Esam menceritakan tentang perkembangan Arab Saudi, termasuk perkembangan pelaksanaan umrah saat ini. "Untuk haji, kita bahas di lain waktu. Kita bahas umrah dulu," kata Syaikh Esam.
Syaikh Esam bersyukur saat ini ada sekitar 400 orang Indonesia per hari yang berangkat untuk umrah, meski harus menjalani karantina di Jeddah maupun saat kembali ke Tanah Air. Saat ini ada sekitar 60 ribu jemaah dari berbagai negara yang sedang menjalankan umrah. Dia berharap situasi COVID-19 semoga cepat membaik, sehingga jemaah yang beribadah umrah bisa semakin banyak.
ADVERTISEMENT
Syaikh Esam juga bercerita mengenai kebijakan Arab Saudi yang membuka pariwisata di banyak kota Arab Saudi. "Arab Saudi bukan hanya Makkah dan Madinah," kata Syaikh Esam. Arab Saudi perlu membuka pariwisata, karena ingin mendapatkan pendapatan untuk negara. Sebab, Arab Saudi harus mengantisipasi pendapatan dari minyak dan gas yang akan terus berkurang dari tahun ke tahun.
"Kalau banyak jemaah umrah dari Indonesia yang biasanya berwisata ke negara lain setelah menjalankan umrah di Saudi, mereka bisa lanjut wisata di Arab Saudi nanti. Tidak perlu ke negara lain," timpal Syaikh Yahya.
Dalam silaturahim ini, Syaikh Esam juga menanyakan tentang bagaimana pariwisata di Indonesia. Syaikh Esam pun bertanya tentang perkembangan media di Indonesia. Selain itu, Syaikh Esam meminta saran apa yang perlu dilakukan Kedubes Arab Saudi agar informasi Arab Saudi sampai ke masyarakat Indonesia dengan benar. Silaturahim dan diskusi ini menghasilkan hasil yang sangat baik.
ADVERTISEMENT
Sebelum pertemuan diakhiri, Habib Ali yang membawa buku syair-syair karya Gubernur Makkah Syaikh Khalid bin Faisal Al Sa'ud, membacakan salah satu puisi indah yang ada di buku itu. "Saat saya bertemu Syaikh Khalid di Makkah saat mendampingi Menteri Agama, saya juga membacakan puisi ini di hadapan Beliau," kata pria murah senyum ini.
Habib Ali membacakan puisi yang sangat indah dengan penuh penghayatan. Suasana hening. Dan di antara kita terlalu sering mengucap "masya Allah" karena indahnya syair itu. "La Tarkhili…" kata Habib Ali menutup pembacaan puisinya. La tarkhili memiliki arti "Jangan pulang dulu…". Dan kami pun berfoto bersama dulu, sebelum benar-benar pulang.