Konten dari Pengguna

Kolaborasi Mendekatkan Buku ke Seluruh Indonesia

Arif Yudistira
Peminat Dunia Pendidikan dan Anak. Penulis Buku Momong (2022). Pengasuh SD Muhammadiyah MBS Prambanan
7 Mei 2024 14:21 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Arif Yudistira tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sekretaris Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Hafidz Muksin dan Direktur Utama PT Antero Bahana Cemerlang Andi Asri memecahkan kendi tanda pelepasan truk pengirim buku Gerakan Literasi Nasional di PT Gramedia, Cikarang, Bekasi, Jawa Barat, Senin (6/5/2024). Sumber Kompas.id
zoom-in-whitePerbesar
Sekretaris Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Hafidz Muksin dan Direktur Utama PT Antero Bahana Cemerlang Andi Asri memecahkan kendi tanda pelepasan truk pengirim buku Gerakan Literasi Nasional di PT Gramedia, Cikarang, Bekasi, Jawa Barat, Senin (6/5/2024). Sumber Kompas.id
ADVERTISEMENT
Hasil PISA tahun 2022 yang menjadi sorotan semua pihak karena turun 12 poin. Hasil AN 2022 juga menunjukkan 38,47 persen siswa SD belum mencapai kompetensi di bidang literasi.
ADVERTISEMENT
Mengurus literasi di negara sebesar Indonesia tentu bukanlah pekerjaan yang mudah. Indonesia kata Nirwan Ahmad Arsuka, problem literasi kita bukanlah minat atau gairah literasi. Problem literasi kita adalah akses atau putusnya jembatan pengetahuan.
Nirwan Ahmad Arsuka sang perintis gerakan literasi yang melanglang buana sampai ke pelosok negeri mengantarkan buku-buku kepada mata cerah anak-anak di pelosok Indonesia.
Putusnya akses literasi itu tidak hanya sebatas pada kurangnya fasilitas (perpustakaan) maupun buku, tetapi juga produk literasi, hingga krisis produksi kita terhadap wacana lokal yang sebenarnya amat kaya dari Sabang sampai Merauke.
Nirwan menyoroti bahwa krisis anak-anak kita pada bacaan mengantarkan anak-anak kita lebih mengenali tokoh-tokoh kartun hingga cerita ala barat ketimbang mengenali tokoh, cerita dan bacaan lokal yang amat kaya.
ADVERTISEMENT
Merdeka Belajar Episode 23 bersama Nadiem Makarim mencanangkan Program Bacaan Bermutu untuk Literasi Indonesia. Melalui program ini, pemerintah berusaha menjadi jembatan sekaligus aktor untuk mengatasi keterputusan akses masyarakat, anak-anak terhadap kurangnya bacaan.
Pemerintah juga telah mendistribusikan 15.356.456 eksemplar (716) judul yang didistribusikan ke 5.963 PAUD, 14.595 SD di 3T. Pendistribusian ini tidak hanya sekadar mendistribusikan buku bacaan, tetapi juga mengoptimalkan kerja bareng guru dan juga stakeholder di sekolah untuk mengawal program distribusi ini lebih optimal.
Problem literasi kita hari ini ternyata tidak hanya pada kekurangan buku, tetapi juga bagaimana fungsi atau pemanfaatan buku tidak menjadi laku keseharian. Sehingga program pemerintah juga turut mencoba mengaktifkan elemen sekolah seperti Kepala Sekolah, guru, dan juga tenaga kepustakaan untuk menggerakkan buku, mengakrabkan buku dan menjadikan buku sebagai kebutuhan kita.
ADVERTISEMENT
Kolaborasi
Melalui program Gerakan Literasi Nasional (GLN) yang rutin dilaksanakan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementrian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) bersama PT Gramedia terlibat dalam mencetak 2. 783. 046 buku. Jutaan buku itu akan dikirim ke seluruh pelosok negeri. Ada sekitar 13.856 sekolah di daerah 3T dan 15 provinsi [Kompas,6/5/2024].
Pekerjaan rumah pendidikan Indonesia di bidang literasi memerlukan kerjasama dan juga kolaborasi untuk menuntaskan problem literasi di Indonesia.
Apa yang kita lakukan melalui pendistribusian buku, penerbitan buku, hingga penulisan buku cerita anak di seluruh Indonesia yang diinisiasi oleh Badan Bahasa adalah langkah sederhana untuk masa depan anak-anak kita.
Saya jadi teringat dengan kerja John Wood mantan petinggi Microsoft yang keluar dari zona atau pekerjaan nyamannya dan bergerak mendistribusikan buku ke seluruh dunia. Room to Read telah membuka mata jutaan orang di seluruh dunia bahwa kerja membawa lentera literasi memerlukan tangan banyak orang, uluran banyak orang yang menciptakan perubahan.
ADVERTISEMENT
Kebahagiaan
Alam yang keras, medan yang sulit menjadi tantangan tersendiri untuk mendekatkan buku kepada anak-anak di daerah terpencil, tertinggal dan terdepan.
Kita bisa membayangkan betapa mata anak-anak akan berbinar, bercahaya saat melihat buku-buku datang ke tempat mereka. Buku-buku itu yang berbicara menjadi pintu pertama yang mengantarkan mereka ke dunia luar, dunia yang amat luas.
Saya jadi teringat bagaimana Mochtar Pabottingi yang menulis novel indah Burung-Burung Cakrawala. Buku dalam cerita Mochtar Pabottingi justru mengantarkan Mochtar mengarungi dunia yang luas yakni Indonesia yang amat luas tidak hanya sebatas Sulawesi. Buku-buku itu pula yang mengantarkan Mochtar turut membawanya terbang ke Amerika suatu saat kelak.
Mochtar kecil terbuka dan membuka matanya di tengah cahaya sentir untuk membaca buku. Fisik dan juga raga turut hanyut dalam buku yang ia baca. Ilustrasi inilah yang akan kita lihat saat anak-anak di desa terpencil bahagia dan berusaha keras menyelesaikan huruf demi huruf untuk menyelesaikan buku-buku itu.
ADVERTISEMENT
Kerja produksi buku dan pendistribusian buku memang tidak murah. Apa yang dilakukan oleh PT Gramedia dan juga kerja keras Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemendikbudristek hanyalah sebagian dari cara kerja kita mengatasi problem literasi kita.
Di pelosok Nusantara sana, masih ada guru-guru, Kepala Sekolah dan juga keluarga yang ditunggu perannya untuk menggerakkan buku meresap ke dalam jiwa anak-anak kita.
Masalah literasi kita memang tidak bisa diselesaikan dengan instan. Tetapi kita memiliki punya mimpi dan tekad besar untuk mengubah masa depan anak-anak kita lebih mencintai dan memeluk buku suatu hari kelak.
Mustahil kita akan menggerakkan anak-anak kita menggapai Merdeka Belajar dengan optimal tanpa mengajak anak-anak kita mencintai dan memeluk buku di keseharian mereka.
ADVERTISEMENT