Konten dari Pengguna

Opsi Wisata Tembok China dari Sisi-Sisi yang Berbeda

ari handayani
istri seorang PNS di salah satu Kementerian di Indonesia yang juga PNS dan peserta Diklat Fungsional Diplomatik Sesdilu 75
21 September 2023 13:36 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari ari handayani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Simatai Great Wall (Foto: Koleksi pribadi)
zoom-in-whitePerbesar
Simatai Great Wall (Foto: Koleksi pribadi)
ADVERTISEMENT
Dulu saya berfikir bahwa Tembok China atau Tembok Besar China (the Great Wall of China) itu satu bangunan yang panjang tanpa putus.
ADVERTISEMENT
Ternyata, setelah mendapat penugasan sebagai diplomat ke Negeri Tirai Bambu, saya baru tahu bahwa tembok yang menjadi salah satu keajaiban dunia ini terdiri dari puluhan bagian yang tidak semuanya tersambung dan melewati setidaknya 15 provinsi dan kota di Tiongkok. Di Beijing sendiri saat ini ada sekitar 10 bagian dan beberapa sudah dibuka untuk umum.
Kali ini, saya akan membagikan pengalaman berwisata ke beberapa bagian Tembok China khususnya yang ada di Beijing.

Badaling Great Wall

Badaling Great Wall di musim dingin (Foto: Koleksi pribadi)
Bagian ini merupakan yang paling terkenal. Jaraknya sekitar 70 km dari pusat kota Beijing. Akses ke sana juga paling mudah karena bisa dijangkau dengan bus maupun kereta. Karena itu, sisi ini menjadi salah satu yang paling ramai dikunjungi baik oleh turis domestik maupun mancanegara. Alasan ini jugalah yang mendorong saya mengajak suami ke sana begitu kami menginjakkan kaki di Beijing.
ADVERTISEMENT
Dengan Bahasa Mandarin terbatas dan modal aplikasi peta di HP, kami nekat pergi tanpa pemandu. Kami pilih naik kereta karena lebih dekat dan mudah diakses dari hotel tempat kami menginap. Saat itu adalah awal Februari, masih musim dingin di Beijing dan dalam suasana liburan Imlek.
Setibanya di sana, saya harus berjibaku dengan penduduk lokal yang berkerumun di depan loket. Setelah mendapatkan tiket dengan susah payah, kami mulai naik ke atas. Setibanya di atas tembok, udara semakin terasa dingin, saat itu saya baru menyadari bahwa saya adalah mahkluk tropis. Beberapa hari di Beijing belum cukup bagi saya untuk menyesuaikan diri dengan kondisi setempat.
Pengunjung antri masuk ke Badaling Great Wall (Foto: Koleksi pribadi)
Walaupun sudah berjaket tebal, bersarung tangan dan menggunakan pelindung telinga, saya masih menggigil kedinginan. Kaki sayapun mulai mati rasa. Tidak sanggup melanjutkan perjalanan lebih jauh. Akhirnya kami memutuskan untuk turun.
ADVERTISEMENT
Untungnya Badaling memiliki banyak kios dan restoran yang menjual makanan, juga banyak toko oleh-oleh. Jadi kami masih bisa jalan-jalan menikmati Tembok Besar China dari bawah. Dan yang paling penting, di sini kami pertama kali menyentuh yang namanya salju. Senang hati ini, perjuangan kami membuahkan hasil.

Mutianyu Great Wall

Lokasinya yang di atas bukit dengan sekeliling pepohonan membuat pemandangan di sekitar Tembok Besar Mutianyu selalu indah sepanjang tahun. Hijau di musim semi, warna warni di musim gugur, dan putih di musim dingin. Aksesnya yang tidak semudah Badaling menjadikan bagian Tembok China ini masih bisa dinikmati tanpa harus berdesakan dengan pengunjung lain.
Saya dan beberapa kawan menyewa kendaraan kecil menuju ke sana. Jaraknya yang sekitar 73 km dapat ditempuh selama 1,5-2 jam dari pusat kota Beijing. Setibanya di sana, kami membuka bekal makan siang kami dan menyantapnya untuk menambah tenaga mendaki. Belajar dari pengalaman di Badaling, kali ini saya memilih musim semi dengan suhu yang mulai menghangat.
ADVERTISEMENT
Fasilitas di sini cukup lengkap. Untuk menghemat energi, kami naik ke atas tembok dengan kereta gantung. Kemudian turunnya kami mencoba toboggan (seluncur). Seru sekali!

Juyongguan Great Wall

Juyongguan Great Wall (Foto: Dokumentasi KBRI Beijing)
Akses masuk ke Juyongguan sangat dekat dengan jalan raya. Lokasinya juga paling dekat dengan pusat kota Beijing sekitar 60 km atau 1,5 jam berkendara. Sayangnya akses dengan kendaraan umum belum nyaman buat saya karena harus berganti-ganti kendaraan. Mungkin ini yang menjadikan tempat wisata ini tidak seramai Badaling maupun Mutianyu.
Saya berkesempatan mengunjungi bagian Tembok China ini saat mengikuti kegiatan Fun Walk yang diadakan oleh KBRI Beijing untuk memperingati HUT ke-74 RI. Menurut saya, tempat ini cocok bagi mereka yang hanya memiliki waktu terbatas namun ingin merasakan naik ke Tembok Besar China.
ADVERTISEMENT
Pintu masuknya tidak terlalu jauh dari tempat parkir. Ada bagian yang memiliki anak tangga cukup tajam, ada juga yang cukup landai. Sayangnya, saya tidak menemukan tempat makan yang nyaman di sekitar lokasi , hanya kios-kios pinggir jalan yang menjual snack dan toko oleh-oleh.

Huanghuacheng Great Wall

Huanghuacheng Great Wall (Foto: Koleksi pribadi)
Menurut cerita, pembangunan bagian Tembok China ini memakan waktu 188 tahun dan berfungsi selain melindungi kaisar China yang ada di ibukota, juga makamnya yang sekarang dikenal dengan sebutan "Ming Tombs". Jaraknya sekitar 75 km dari pusat kota Beijing atau 1,5-2 jam berkendara. Saat musim panas, banyak bunga berwarna kuning bermekaran di pemukiman sekitar Tembok Besar. Inilah asal muasal nama Huanghuacheng yang artinya Kota Bunga Kuning.
ADVERTISEMENT
Saya pribadi senang mengunjungi Huanghuacheng karena selain naik ke Tembok China, banyak aktivitas lain yang bisa dilakukan selama di sana. Saking senangnya, rasanya lebih dari sekali saya mengunjungi lokasi wisata ini.
Masih satu area dengan Huanghuacheng terdapat waduk. Jika lelah naik ke atas tembok, kita bisa menggunakan perahu menyeberang dari satu sisi ke sisi lainnya. Di sini ada juga bagian temboknya yang runtuh dan tenggelam ke dalam waduk, menjadikannya pemandangan yang unik. Selain itu kita juga bisa trekking mengelilingi waduk. Telah disediakan area trekking dari papan kayu, jadi jangan takut tersasar ataupun becek.
Namun, tidak ada penjual makanan di sini. Tempat makan terdekat di kota kecil di luar lokasi wisata.
ADVERTISEMENT

Simatai Great Wall

Simatai Great Wall (Foto: Koleksi pribadi)
Lokasi wisata ini adalah yang paling jauh dari pusat kota Beijing dibandingkan bagian Tembok China lain yang saya sebutkan sebelumnya. Jaraknya sekitar 120 km atau 2,5 jam dr pusat kota Beijing. Terdapat bus wisata dari Beijing ke sana dengan jadwal yang sangat terbatas. Bagi saya tempat ini sangat menarik sebagai tujuan wisata Tembok China. Kenapa? Karena selain mengunjungi Tembok Besar China, kita juga bisa berkeliling di kota wisata bernama Gubei Water Town.
Kali kedua suami saya berkunjung ke Beijing, saya ajak ke sini. Kami ikut rombongan tour. Tujuan pertama pastinya Tembok China. Untuk menghemat waktu dan energi kami beli tiket yang sudah termasuk kereta gantung (pp). Di sini, kita akan melewati beberapa bagian tembok yang masih "liar" dan belum mengalami pemugaran. Dinding-dindingnya sudah runtuh namun masih aman untuk didaki. Bagian-bagian yang berbahaya diberikan pembatas sehingga tidak dapat dilalui.
Bagian di Simatai Great Wall yang belum diperbaiki sehingga tidak dibuka untuk umum (Foto: Koleksi pribadi)
Setelah puas jalan-jalan dan berfoto di atas, kami turun untuk menikmati kota air. Gubei Water Town yang seluas sekitar 9 km2 memiliki banyak objek wisata. Terdiri dari sekitar 6 bagian kota yang memiliki tema berbeda. Ada tempat pewarnaan kain dimana kita juga bisa mencobanya. Selain itu juga ada tempat pembuatan anggur dan belajar kaligrafi. Tentu saja toko oleh-oleh juga ada di sana. Di jam-jam tertentu ada pertunjukan seni dan budaya. Ada juga pertunjukan cahaya. Kita juga bisa menjelajahi kota dengan perahu.
Salah satu sudut di Gubei Water Town (Foto: Koleksi pribadi)
Simatai merupakan satu-satunya bagian Tembok Besar China yang membuka wisata malam hari. Suatu pengalaman tersendiri menikmati Tembok China dengan ditemani lampu-lampu sepanjang jalan. Jika satu hari tidak cukup menjelajah seluruh kota, kita bisa menginap di salah satu hotel yang cukup banyak dan tersebar. Pilihan tempat makan juga banyak dan beragam, mulai dari restoran halal hingga Cafe Italia.
ADVERTISEMENT
Kurang lebih 3 kali saya mengunjungi Simatai dan Gubei Water Town pada dua musim yang berbeda. Pada setiap kunjungan saya menemukan hal dan area baru yang belum pernah saya datangi.
Menjelajahi Tembok Besar China biasanya memerlukan waktu paling sedikit dua jam. Dan mengingat akan banyak jalan kaki dan menanjak, pasti haus. Tidak seperti Indonesia dimana kita bisa menjumpai banyak orang berjualan minuman di lokasi wisata, di atas Tembok China tidak akan ada penjual satu pun. Oleh karena itu jangan lupa berbekal air minum dan kudapan yang cukup. Demikian pula dengan toilet. Sebelum naik sempatkan mampir ke toilet.
Inilah pengalaman saya mengenal berbagai sisi Tembok Besar China selama 3 tahun penugasan di Beijing. Bagian mana yang sudah kalian kunjungi? Yuk bagikan pengalaman kalian!
ADVERTISEMENT