Berani Tidak Golput Berarti Berani Ikut Serta Untuk Kemajuan Demokrasi Negara

Ariijah Naylatur Rahmaniah
Mahasiswa Kimia UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Konten dari Pengguna
7 Januari 2024 18:06 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ariijah Naylatur Rahmaniah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
sumber : freepik.com
zoom-in-whitePerbesar
sumber : freepik.com
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pemilu atau pemilihan umum serentak 2024 semakin dekat. Kurang lebih satu bulan lagi kita akan melaksanakan pemilihan umum ini. Semua rakyat Indonesia diharapkan menggunakan hak suaranya untuk memilih pemimpin negara ini. Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap partisipasi politik masyarakat adalah peran Komisi Pemilihan Umum (KPU) dalam mensosialisasikan berjalanya sistem pemilihan umum, baik itu pemilihan umum presiden, ataupun pemilihan kepala daerah (Halilah, 2022).
ADVERTISEMENT
Ada satu masalah dari tahun ke tahun yang pasti terjadi saat pemilu yaitu golongan putih atau yang sering dikenal dengan sebutan “golput”. Permasalahan ini sudah lama terjadi pada pemilihan umum. Golput atau golongan putih adalah tindakan seseorang yang sudah terdaftar sebagai pemilih tetapi memilih untuk tidak ikut serta dalam menggunakan hak suaranya pada saat pemilu. Sebetulnya golput atau golongan putih bukanlah suatu permasalahan pidana. Komisi Pemilihan Umum (KPU) pernah mengungkapkan bahwa tidak ada sanksi pidana bagi individu yang golput dalam pemilihan umum dan hal tersebut memang tidak diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum (Suharyanti, 2020).
sumber : freepik.com
Ada dua faktor penyebab terjadinya golput itu sendiri yaitu faktor yang disengaja dan yang tidak disengaja. Faktor yang disengaja adalah ketika seseorang memilih untuk tidak memilih. Faktor yang tidak disengaja biasanya ada kesalahan saat administrasi atau tidak terdaftar di DPT (Data Pemilih Tetap) dan ada urusan mendesak lainnya.
ADVERTISEMENT
Tetapi sikap masyarakat yang memilih “golput” ini sangat berpengaruh dengan implementasi pembangunan demokrasi di negara ini. Ketika seseorang tidak menggunakan hak suara sama saja dengan menghambat calon pemimpin negara melaksanakan asprirasinya dan kemungkinan terburuknya bisa jadi kandidat terburuk yang terpilih.
Tidak hanya masyarakat, generasi muda saat ini diharapkan untuk aktif dalam perkembangan politik saat ini untuk menurunkan angka golput pada pemilu nanti. Tidak hanya aktif tetapi juga paham mengenai permasalahan politik.
sumber : freepik.com
Kenapa sih generasi muda harus peduli dengan pemilu?
Generasi muda adalah harapan untuk kemajuan bangsa sekaligus penentu untuk kelanjutan sistem pemerintahan. Jika dari awal tidak berperan untuk memilih pemimpin, kedepannya juga akan menjadi pribadi yang tidak peduli dengan kondisi dinegara ini. Ketika kita melihat sejarah masa lalu bangsa ini, anak mudalah yang berperan penting dalam kemajuan bangsa ini. Dengan satu surat suara yang diberikan akan mempengaruhi jalannya pemerintahan 5 tahun kedepan.
ADVERTISEMENT
Lalu hal apa yang perlu dipertimbangakan sebelum memilih capres dan cawapres?
1. Dilihat dari ketakwaannya.
Ketakwaan sangat utama dalam menilai diri sesorang. Ketika seseorang bertakwa kepada tuhannya, maka akan menjalankan amanah dengan baik sebagai pemimpin negara. Ketakwaannya bisa kita lihat dikehidupan sehari-harinya. Cara bertoleransi dengan agaman lain juga kita perhatikan sebab rakyat Indonesia yang hidup dengan kebergaman agama.
2. Membandingkan kinerja mereka sebelum menjabat menjadi capres dan cawapres (track record).
Di era digital ini kita bisa mencari lebih mudah mencari jejak langkah yang sudah dilakukan oleh masing masing paslon untuk pemerintahan ini. Kita juga perlu memahami visi misi yang jelas tertuang dalam program kerjanya. Apakah visi misi yang diperjuangkan benar untuk kemajuan Indonesia. Bisa juga mempertimbangkan dari partai mana paslon capres cawapres tersebut berasa dan partai mana yang mendukungnya.
sumber : freepik.com
3. Calon pemimpin yang peka.
ADVERTISEMENT
Kandidat yang bijak adalah kandidat yang selalu tanggap dan peka terhadap berbagai perubahan peta politik dalam suatu negara (Meliala, 2020). Seperti yang kita tahu bahwa Indonesia adalah negara kepulauan. Banyak pedalaman terpencil yang jarang dilirik pemerintah karena keterbatasan akses dalam menyampaikan permasalahnnya. Dengan pemimpin yang peka dan tanggap permasalahan daerah terpencil akan terselesaikan. Pemimpin yang sukses menghasilkan rakyat yang sejahtera.
Dari yang sudah dipaparkan diatas, golput atau golongan putih harus dibasmi pada pemilihan umum ini. Agar kita semua masyarakat Indonesia khususnya kepada generasi muda yang akan menjadi harapan penerus bangsa turut ikut serta dalam pemilihan ini. Keberhasilan pemimpin negara ini juga bergantung dengan tingkat partisipasi masyarakat untuk selalu ikut serta dalam permasalahan dinegara ini. Maka dari itu mulai dari sekarang berhenti untuk tidak memilih dan gunakan hak suara kalian untuk memajukan bangsa ini bersama.
ADVERTISEMENT
Daftar Pustaka
Halilah, S. (2022). Analisis Peran Komisi Pemilihan Umum (KPU) Dalam Partisipasi Politik Masyarakat di Pilkada Serta Meminimalisir Golput. Siyasah: Jurnal Hukum Tata Negara, 5(2), 78–93.
Suharyanti, N. P. N. (2020). Aspek Hukum Golongan Putih Dalam Pemilihan Umum. Jurnal Akses, 12(2), 141–150.
W. Meliala, S.E, M. Si. (2020). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemilih Dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Penerapan Strategi Bertahan dan Menyerang Untuk Memenangkan Persaingan. Jurnal Citizen Education, 2(2), 12-24