Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Sebuah Simpulan Pemikiran Ki Hajar Dewantara
28 Agustus 2023 10:28 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Arini Albany tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Ki Hajar Dewantara atau biasa disebut dengan Bapak Pendidikan Nasional. Lahir sebagai anak darah biru atau sebutan bangsawan tak menutup pintu kerendahan hati beliau terhadap pendidikan Indonesia.
ADVERTISEMENT
Dengan berani memulai mengubah nama menjadi Ki Hajar Dewantara, agar terlihat dekat dengan rakyat. Memberikan gambaran bahwa pendidikan milik semua. Ki Hajar Dewantara memiliki gambaran mengenai konsep pendidikan dan pengajaran yang sampai hari ini dibawa oleh setiap pendidik di dalam kelasnya.
Berawal dari konsep pendidikan, Ki Hajar Dewantara mengatakan bahwa pendidikan adalah proses membawa manusia dari apa adanya kepada bagaimana seharusnya. Ada beberapa aliran yang mengemukakan dasar jiwa manusia. Manusia terlahir seperti kertas kosong yang belum ditulis dan seorang pendidik boleh mengisi kertas yang kosong tersebut.
Ada juga yang mengatakan bahwa manusia terlahir seperti kertas yang sudah terisi, sehingga pendidikan tidak dapat mengubah wataknya. Selain itu, ada pemikiran bahwa manusia terlahir seperti kertas yang suram dan pendidikan memiliki kewajiban untuk mengubah kertas suram tersebut.
Pendidikan dan pengajaran adalah dua hal yang tidak bisa terpisahkan. Mereka satu kesatuan yang akan membentuk pola watak manusia. Pendidikan umumnya adalah daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti, pikiran, dan rasa seorang anak.
ADVERTISEMENT
Cara untuk memajukan dan menumbuhkan hal tersebut adalah melalui pengajaran. Pengajaran adalah Pendidikan dengan cara memberi ilmu atau pengetahuan, serta juga memberikan keterampilan kecakapan kepada anak-anak sehingga dapat memberikan manfaat.
Ki Hajar Dewantara memiliki pemikiran bahwa pengajaran harus bersifat kebangsaan, jika pengajaran tidak didasarkan rasa nasionalis maka anak-anak tidak akan mempunyai rasa cinta terhadap tanah air. Maka ujungnya tidak akan tercipta kemerdekaan dalam belajar.
Selain itu, KHD memiliki pemikiran tentang Pendidikan menuntun. Sebagai pendidik, seorang guru harus membimbing dan mengarahkan siswa agar sejalan dengan tiga semboyan KHD yakni Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mbangun Karso, dan Tut Wuri Handayani.
Pendidik harus menjadi teladan bagi siswa, menjadi penyemangat, dan mendorong siswa agar selalu semangat dalam proses pembelajaran. Pendidik harus mampu beradaptasi dengan perkembangan zaman dan teknologi, agar pendidik mampu mengembangkan potensi diri yang ada dalam diri siswa.
Jika berbicara saya sebagai Calon Guru Penggerak, sebelum mempelajari pemikiran filosofi Pendidikan menurut KHD proses pembelajaran hanya berpusat pada ketuntasan materi siswa saja daripada memahami karakteristik siswa.
ADVERTISEMENT
Dalam pembelajaran menerapkan teori Tabularasa, pendidik menganggap bahwa siswa yang hadir dalam kelas hanya sebuah kertas kosong dan seluruh sumber pengetahuan diperoleh melalui pengalaman dan persepsi alat indranya terhadap dunia di luar siswa. Serta pendidik menganggap bahwa pembelajaran yang efektif jika dilakukan di dalam kelas dengan suasana tertib dan tenang.
Pemikiran filosofi KHD mengubah proses pembelajaran guru. Guru tidak lagi menganggap bahwa suksesnya proses pembelajaran bukan hanya ketuntasan dari materi saja. Siswa hadir dengan karakteristik yang beragam. Siswa hadir memiliki kemampuan yang beragam dan nantinya akan terlihat kecondongan siswa mengarah ke pengetahuan atau keterampilan mata Pelajaran.
Guru menciptakan proses pembelajaran yang menyenangkan agar sejalan dengan kodrat alam dan zaman siswa. Memanfaatkan fasilitas yang tersedia baik secara gratis atau berbayar agar pembelajaran bukan hanya berpusat pada guru saja. Teknologi yang canggih dapat dimanfaatkan guru dan diterapkan ke dalam kelas.
ADVERTISEMENT
Sebagai Guru yang sudah mempelajari filosofi Pendidikan KHD, beberapa perubahan akan diterapkan di dalam kelas. Guru akan lebih berkolaborasi dengan rekan sejawat dari mulai merencanakan proses pembelajaran, menggunakan hasil diagnosis kognitif atau nonkognitif dalam proses pembelajaran agar memahami karakteristik siswa. Menciptakan pembelajaran agar sesuai dengan kebutuhan siswa, bukan hanya ketuntasan materi saja.