Konten dari Pengguna

Kurangnya Pemanfaatan Peluang Wisata Budaya Religi di Kota Surakarta

Arini Salsabila
Nama saya Arini Salsabila, saya adalah mahasiswi Jurusan Ilmu Sejarah di Universitas Airlangga, Surabaya.
4 Desember 2024 16:53 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Arini Salsabila tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber : Dokumentasi Bagian Forkompinda Kota Surakarta
zoom-in-whitePerbesar
Sumber : Dokumentasi Bagian Forkompinda Kota Surakarta
ADVERTISEMENT
Kota Surakarta merupakan salah satu kota besar di Jawa Tengah yang menunjang kota-kota lainnya seperti Semarang maupun Yogyakarta. Wilayah Kota Surakarta atau lebih dikenal dengan “Kota Solo” merupakan dataran rendah dengan ketinggian ± 92 m dari permukaan laut. Kota Solo berbatasan di sebelah utara dengan Kabupaten Boyolali, sebelah timur dengan Kabupaten Karanganyar, sebelah selatan dengan Kabupaten Sukoharjo dan di sebelah Barat dengan Kabupaten Sukoharjo. Berdasarkan data BPS (2019) Luas wilayah Kota Surakarta mencapai 44,04 km², yang sebagian besar lahan dipakai sebagai tempat pemukiman sebesar 66%, Sedangkan untuk kegiatan ekonomi juga memakan tempat yang cukup besar juga besar yaitu berkisar antara 17% dari luas lahan yang ada. Melihat kondisi geografis tersebut, Kota Surakarta tidak memiliki sumber daya alam dalam menggerakkan kegiatan perekonomiannya.
ADVERTISEMENT
Penerimaan Asli Daerah (PAD) Kota Surakarta relatif kecil karena Kota Surakarta tidak memiliki sumber daya alam dan hanya bergantung penerimaannya dari sektor jasa dan perdagangan. Padahal di satu sisi Kota Surakarta yang dahulu menjadi pusat berkembanganya kerjaan Islam terdapat beberapa bangunan dan benda bersejarah yang dapat menjadi daya tarik pariwisata. Apabila dimanfaatkan akan memberikan kontribusi penerimaan daerah yang cukup bagi Kota Surakarta. Peninggalan-peninggalan bersejarah yang dimaksud dapat menjadi wisata budaya dan wisata religi.
Masih terbukanya potensi untuk melakukan pengembangan wisata religi yang ada di Kota Surakarta mengacu pada Peraturan Daerah (Perda) Kota Surakarta Nomor 13 Tahun 2016 Tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Daerah Tahun 2016-2026. Di dalam Perda dimaksud, dirumuskan Delapan Kawasan Strategis Pariwisata Kota Surakarta yang didominasi oleh wisata budaya dan wisata religi. Berdasarkan Keputusan Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surakarta Nomor PE.01/16 Tahun 2023 tentang Penetapan Daya Tarik Wisata Kota Surakarta, Wisata Religi memiliki (13) tiga belas Daya Tarik Wisata, sedangkan Wisata Budaya sebanyak tiga (3) daya tarik wisata.
ADVERTISEMENT
Terdapat 7 jenis pariwisata yang berkembang menurut Yoeti (1997) salah satunya, wisata religi atau religion tourism. Wisata religi merupakan jenis wisata yang sering dikaitkan dengan agama, sejarah, adat istiadat, kepercayaan dari suatu umat atau kelompok-kelompok masyarakat. Wisata religi yang sesuai dengan namanya yaitu salah satu produk wisata yang berkaitan sangat erat dengan keagamaan (religi) yang dianut oleh manusia. Dengan adanya pengembangan wisata religi dapat memajukan Kota Surakarta. Kota Surakarta tidak hanya akan dikenal sebagai kota budaya dan perdagangan saja, tetapi Kota Surakarta dapat berpotensi menjadi kota yang dikenal dengan daya tarik wisata religinya. Daya tarik wisata religi tidak hanya pada lokasi wisata berbasis agama islam, tetapi juga tersedia potensi wisata religi pada agama lainnya.
ADVERTISEMENT
Hal itu tentu saja menjadi PR (Pekerjaan Rumah) bagi Pemerintah Kota Surakarta dalam upaya untuk Pengembangan wisata religi yang ada di Kota Surakarta. Pengembangan adalah kegiatan untuk memajukan suatu tempat atau daerah yang dianggap perlu ditata sedemikian rupa baik dengan cara memelihara yang sudah berkembang atau menciptakan yang baru. Menurut Hadinoto (1996), ada beberapa hal yang menentukan dalam pengembangan suatu obyek wisata, diantaranya adalah:
1. Atraksi Wisata;
Atraksi merupakan daya tarik wisatawan untuk berlibur. Atraksi yang diidentifikasikan (sumber daya alam, sumber daya manusia, budaya, dan sebagainya) perlu dikembangkan untuk menjadi atraksi wisata. Tanpa atraksi wisata, tidak ada peristiwa, bagian utama lain tidak akan diperlukan.
ADVERTISEMENT
2. Promosi dan Pemasaran
Promosi merupakan suatu rancangan untuk memperkenalkan atraksi wisata yang ditawarkan dan cara bagaimana atraksi dapat dikunjungi. Untuk perencanaan, promosi merupakan bagian penting.
3. Pasar Wisata (Masyarakat pengirim wisata);
Pasar wisata merupakan bagian yang penting. Walaupun untuk perencanaan belum/ tidak diperlukan suatu riset lengkap dan mendalam, namun informasi mengenai trend perilaku, keinginan, kebutuhan, asal, motivasi, dan sebagainya dari /wisatawan perlu dikumpulkandari mereka yang berlibur.
4. Transportasi
Pendapat dan keinginan wisatawan adalah berbeda dengan pendapat penyuplai transportasi. Transportasi mempunyai dampak besar terhadap volume dan lokasi pengembangan pariwisata.
ADVERTISEMENT
5. Obyek dan Daya Tarik Wisata
Daya tarik wisata yang juga disebut obyek wisata merupakan potensi yang menjadi pendorong kehadiran wisatawan ke suatu daerah tujuan wisata.
6. Sarana dan Prasarana wisata
Sarana dan prasarana wisata merupakan kelengkapan daerah tujuan wisata yang diperlukan untuk melayani kebutuhan wisatawan dalam menikmati perjalanan wisatanya. Berbagai sarana wisata yang harus disediakan di daerah tujuan wisata ialah hotel, biro perjalanan, alat transportasi, restoran dan rumah makan serta sarana pendukung lainnya.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka beberapa rekomendasi yang dapat kami simpulkan dan sebagai masukan diantaranya :
1. Kerjasama dengan daerah sekitar dan stakeholder yang terkait di bidang pariwisata (misal: Hotel, Bandara, Terminal dan Stasiun) perlu untuk lebih dikembangkan. Hal ini dimaksudkan untuk memperkenalkan daya tarik wisata yang ada di Kota Surakarta, serta melakukan serangkaian promosi melalui media sosial baik elektronik maupun cetak;
2. Wisata Terintegrasi menjadi salah satu Solusi yang efektif untuk meningkatkan Penerimaan Asli Daerah (PAD) dari sektor pariwisata. Salah satu promosi yang bisa dilakukan adalah membuat paket wisata yang didalamnya memadukan beberapa jenis paket wisata serta jalur transportasi yang menuju ke obyek wisata dimaksud;
ADVERTISEMENT
3. Dalam pengembangan wisata religi, dibuat terbuka dan dapat dinikmati wisatawan lintas agama dengan tetap mengedepankan aturan/nilai kesopanan, etika, dan agama bersangkutan.