Post-it di Dinding Kamar, Jejak Kreativitas Selama Bertahun-tahun

Konten dari Pengguna
3 Mei 2018 8:28 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Aris Abdul Salam tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Jika ide seumpama hewan buruan, maka Post-it tali pengikatnya.
Foto: dokumentasi pribadi
ADVERTISEMENT
Adakala sebuah ide muncul di pagi buta lalu terbang menghilang di teriknya siang. Mungkin ide itu terbakar panasnya matahari, atau turut menetes dan menguap bersama keringat gerah.
Entah ke mana perginya Si Ide, yang pasti aku tak boleh selalu kehilangannya. Berbahaya, ketika seorang content writer kecolongan ide, gerbang rezeki pula terlewatkan.
Itulah mengapa begitu banyak tempelan Post-it di dinding kamarku, tak peduli apakah sudah ditata cukup rapih atau malah acak-acakan, bagiku sebuah ide mesti diikat selekasnya dia menampakkan diri. Seketika muncul pemikiran menarik, saat itu jua kutaruh dalam Post-it.
Puluhan (entah mungkin sudah mencapai ratusan) Post-it di dinding kamarku, tak senantiasa bersinggungan dengan pekerjaan semata. Di sana, hadir catatan tentang janji-janji kecilku untuk keponakan yang mendamba dibelikan boneka atau buku cerita, soal jadwal konser Padi yang tinggal beberapa hari lagi; daftar buku Albert Camus, Rabindranath Tagore, dan Yasunari Kawabata yang belum sempat kubaca.
ADVERTISEMENT
Serta dalam lembaran-lembaran Post-it itu, kumatangkan fantasiku. Sekadar mengingatkan list anime karya Makoto Shinkai yang kudu dintonton, merenungi kutipan-kutipan elegan dari novel Paulo Coelho, sampai akhirnya ideku untuk menulis cerpen pun terlahir.
Ya, siapa tahu kan, meski sekarang belum ada satu pun cerpen buatanku yang dimuat media nasional, mungkin suatu hari rampung menjadi antologi? Jika impian itu kesampaian, patutlah kututurkan terima kasih untuk ide-ide yang kutempel di Post-it selama bertahun-tahun.