Ekonomi Hijau Solusi untuk Pemanasan Global

Ariska Putri
Mahasiswa Universitas Katolik Parahyangan
Konten dari Pengguna
9 September 2021 12:52 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ariska Putri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
https://unsplash.com/photos/RuRYRswYDkk
zoom-in-whitePerbesar
https://unsplash.com/photos/RuRYRswYDkk
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Memproduksi mobil listrik menjadi solusi untuk Indonesia dalam mengurangi emisi gas rumah kaca. Pemerintah menyadari potensi buruk yang dihasilkan oleh gas rumah kaca terlebih, Indonesia berada pada peringkat ke delapan dari sepuluh negara penyumbang emisi gas rumah kaca terbanyak di dunia. Sejak 2013, pemerintah Indonesia merancang program Green Growth atau yang dikenal sebagai Pertumbuhan Ekonomi Hijau. Pertumbuhan Ekonomi Hijau berfokus untuk memperkuat pertumbuhan ekonomi namun, tetap ramah lingkungan serta dapat memberikan akses lebih baik dan berkelanjutan dalam sumber daya pada masyarakatnya. Terdapat empat sasaran program yang disiapkan yaitu energi, lanskap berkelanjutan, kawasan ekonomi khusus, dan persiapan GCF (Bappenas, n.d.). Pada salah satu sasaran program yaitu energi, memiliki perencanaan untuk menggunakan energi yang ramah lingkungan dan berkelanjutan. Proses mengganti energi kotor dengan energi baru terbarukan harus diterapkan pada seluruh bagian kehidupan. Sektor transportasi menjadi sektor yang memiliki dampak cukup besar dalam merealisasikan perencanaan sasaran program energi yaitu, dengan memproduksi mobil listrik.
ADVERTISEMENT
Kendaraan bermotor konvensional memiliki peran besar terhadap kerusakan lingkungan. Fakta tersebut diperkuat dengan pernyataan dari Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi bahwa polusi di Indonesia 60%-nya merupakan polusi dari kendaraan bermotor (Kurniawan, 2020). Emisi yang dihasilkan kendaraan bermotor konvensional merupakan senyawa karbon dioksida yang sangat berbahaya apabila terhirup oleh makhluk hidup dalam volume besar. Produksi kendaraan bermotor konvensional secara berkelanjutan juga berbanding lurus dengan eksploitasi minyak bumi, dan hal tersebut dapat menyebabkan kerusakan lingkungan yang lebih parah. Kendaraan bermotor konvensional memerlukan lebih banyak bagian mekanik untuk dapat beroperasi dibandingkan kendaraan berbasis baterai. Banyaknya bagian mekanik yang digunakan membuat pengguna lebih sering mengeluarkan biaya pemeliharaan. Suku cadang dari kendaraan bermotor konvensional yang perlu diganti secara berkala juga dapat meningkatkan jumlah limbah padat dan limbah cair.
ADVERTISEMENT
Mobil listrik tidak seperti kendaraan bermotor konvensional, mereka hampir tidak mengeluarkan emisi karbon dioksida sama sekali. Konsumsi energi yang diperlukan oleh mobil listrik juga tidak sebanyak yang dipakai oleh kendaraan bermotor konvensional. Tempat pembangkit daya untuk mobil listrik memang masih belum banyak menggunakan energi baru terbarukan tetapi hal tersebut tetap tidak lebih banyak mengeluarkan emisi dibandingkan bahan bakar minyak. Biaya yang diperlukan untuk pemeliharaan mobil listrik juga jauh lebih murah dibandingkan kendaraan bermotor konvensional sebab, suku cadang yang perlu dirawat jauh lebih sedikit. Sedikitnya suku cadang yang diperlukan oleh mobil listrik juga berpengaruh pada limbah padat dan limbah cair yang dihasilkan. Limbah yang paling banyak dihasilkan dari penggunaan mobil listrik adalah limbah baterai. Limbah baterai lebih mudah diolah dibandingkan dengan limbah yang dihasilkan dari kendaraan bermotor konvensional.
ADVERTISEMENT
Indonesia memiliki potensi dalam mengembangkan industri mobil listrik. Kekayaan alam berupa lithium, nikel, kobalt, mangan, dan alumunium yang menjadi bahan dasar pembuatan baterai untuk mobil listrik dapat menjadi salah satu potensi Indonesia untuk menjadi produsen kendaraan listrik dan komponennya. Kekayaan alam tersebut berharga karena baterai adalah komponen paling penting dari pengembangan mobil listrik. Pentingnya baterai pada mobil listrik dibuktikan dengan biaya pengembangan 25-40% dari biaya produksi mobil listrik. Potensi tersebut juga dapat memudahkan Indonesia bertransisi dari energi kotor menjadi energi baru terbarukan. Selain itu, jika Indonesia mengembangkan industri mobil listrik dapat membawa kesejahteraan bagi masyarakat. Kesejahteraan masyarakat terjadi akibat dari terbukanya lapangan kerja dan efek pengkali yang dihasilkan oleh industri mobil listrik.
ADVERTISEMENT
Peta jalan yang dibuat pemerintah Indonesia terkait penggunaan energi baru terbarukan hingga tahun 2030 sangat tersusun rapi dan menguntungkan Indonesia. Melaksanakan peta jalan tersebut pemerintah harus memenuhi kebutuhan industri kendaraan bermotor berbasis baterai. Pemenuhan berupa infrastruktur pembangkit listrik yang ramah lingkungan. Sumber pembangkit listrik ramah lingkungan yang dapat pemerintah Indonesia gunakan seperti, tenaga uap, gas, diesel, panas bumi, surya, air, dan angin. Hingga tahun 2019, penggunaan batu bara sebagai pembangkit listrik di Indonesia masih 61% dari total kapasitas. Kebijakan pemerintah Indonesia akan penggunaan energi baru terbarukan juga harus tegas dalam melaksanakan standar ekonomi hijau dan mendorong industri kendaraan bermotor listrik berbasis baterai. Pengurangan subsidi bahan bakar minyak harus segera dihapus agar masyarakat beralih menggunakan sumber daya yang lebih ramah lingkungan.
ADVERTISEMENT
Murahnya harga bahan bakar minyak di Indonesia menjadi salah satu penyebab terhambatnya transisi penggunaan energi baru terbarukan di Indonesia. Sampai saat ini penggunaan energi baru terbarukan masih lebih banyak di terapkan di luar Pulau Jawa sebagai tempat percobaan. Melihat padatnya penduduk di Pulau Jawa seharusnya percobaan tersebut dilaksanakan di tempat yang memang padat penduduk. Pemerintah Indonesia juga seharusnya mulai memperhitungkan biaya eksternalitas yang akan dihadapi jika tidak segera melaksanakan transisi ke penggunaan energi baru terbarukan di kota padat penduduk.
Indonesia memiliki beragam potensi untuk mengembangkan energi baru terbarukan dalam rangka program Green Growth. Industri mobil listrik merupakan salah satu potensi paling menonjol di Indonesia. Kekayaan alam Indonesia dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan industri mobil listrik. Baterai yang merupakan komponen utama dari mobil listrik dapat diproduksi lebih banyak di Indonesia. Pengembangan mobil listrik memiliki banyak manfaat untuk masyarakat seperti halnya lebih banyak lapangan kerja baru dan efek pengkali dari hadirnya industri tersebut. Hadirnya industri mobil listrik di Indonesia juga dapat membantu transisi menuju energi baru terbarukan. Emisi gas rumah kaca yang dihasilkan oleh mobil listrik tidak sebanyak yang dihasilkan oleh mobil konvensional, sehingga di masa depan emisi gas rumah kaca akibat kendaraan bermotor akan berkurang. Pemerintah Indonesia harus mulai serius dalam mengembangkan industri mobil listrik dengan menciptakan regulasi terkait kendaraan bermotor, pengembangan sumber daya, dan memberikan kemudahan investasi untuk mengembangkan mobil listrik. Mempersiapkan sumber listrik yang ramah lingkungan untuk penggunaan kendaraan berbasis baterai juga harus segera dilaksanakan walaupun, penggunaan batu bara untuk kendaraan berbasis baterai masih cenderung lebih baik dibandingkan dengan bahan bakar minyak. Dengan matangnya perencanaan, tegasnya kebijakan, dan edukasi dari pihak pemerintah kepada masyarakat maka, program ekonomi hijau di Indonesia dapat terlaksana dengan maksimal.
ADVERTISEMENT
Sumber
Bappenas. (n.d.). Investasi Hijau. Retrieved September 7, 2021, from Indonesia Green Growth Program: http://greengrowth.bappenas.go.id/investasi-hijau/
Kurniawan, R. (2020, Desember 14). Kendaraan Bermotor Sumbang 60 Persen Polusi di Indonesia. Retrieved September 7, 2021, from Kompas.com: https://amp.kompas.com/otomotif/read/2020/12/14/082200615/kendaraan-bermotor- sumbang-60-persen-polusi-di-indonesia