Konten dari Pengguna

Mencari Pemimpin yang Ideal dan Realistis di Era Kekinian

Harisman
Bekerja disebuah Perusahaan Swasta di Kota Tangerang, Banten, Alumni Magister Hukum Universitas Halu Oleo (UHO), FH. Unilaki - SMA Negeri 1 Wawotobi.
5 September 2023 12:03 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Harisman tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi pemimpin. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi pemimpin. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Di era sekarang bisa dikatakan pada era krisis kepemimpinan, padahal krisis kepemimpinan adalah sebuah hal yang krusial. Sebab, seorang pemimpin itu sangat menentukan kemajuan sebuah peradaban, karena semua keputusan yang diambil oleh seorang pemimpin mempunyai efek atau dampak besar terhadap keputusan atau kebijakannya terhadap semua orang.
ADVERTISEMENT
Leadership (pemimpin) merupakan dasar atau pondasi dalam membangun sebuah peradaban. Hemat saya, maju dan tidaknya sebuah peradaban itu bukan saja tergantung bagaimana seorang pemimpin memiliki integritas, akuntabilitas, sinergisitas, tetapi yang paling utama pemimpin dealis dan realistis.
Di era kekinian, yang harus dimiliki seorang pemimpin adalah “iman” yang kuat dalam arti pemimpin yang bersandar pada ketuhanan. Artinya setiap langkah, kebijakan, ataupun keputusan yang diambil bukan semata berdasar pada hasil konsensus regulasi manusia, tetapi juga bersandar pada ketuhanan.
Hal tersebut sesuai dengan bunyi sila yang pertama Pancasila yakni “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Ketika pemimpin bersandar pada iman, maka akan sejalan dengan integritas, akuntabilitas, dan sinergisitas yang dimiliki oleh pemimpin tersebut.
ADVERTISEMENT
Ada kalimat bijak yang pernah saya dengar dari seorang pimpinan sekaligus mentor di tempat saya bekerja sekarang—yang menurut penulis sangat logic dan begitu dalam maknanya.
Kalimat yang beliau sampaikan meskipun begitu singkat kalimat yang beliau sampaikan akan tetapi memiliki makna yang begitu mendalam. maksud dari kalimat yang disampaikan oleh beliau bahwa ketika seorang pemimpin takut kepada Tuhannya maka segala kebijakan ataupun keputusan yang diambil output-nya akan berorientasi pada kebaikan.
Ilustrasi pemimpin memberikan inspirasi dan motivasi. Foto: Shutterstock
Bahwa dalam memilih seorang pemimpin bukan saja karena hebat dalam mengolah atau merangkai kata-kata, memilih pemimpin bukan hanya karena disukai banyak orang, dan memilih seorang pemimpin tidak cukup hanya karena hebat dalam mengeksekusi dari setiap langkah kebijakan atau keputusannya.
ADVERTISEMENT
Akan tetapi dalam memilih seorang pemimpin harus mempunyai iman yang kuat. Kenapa? Karena dengan iman yang kuat, maka dalam setiap langkah kebijakan ataupun keputusan yang diambil sudah barang tentu akan berorientasi pada kebaikan.
Apalagi tahun ini yang memasuki tahun politik, pesta demokrasi dalam pemilihan eksekutif (presiden-wakil presiden) dan pemilihan anggota legislatif (DPR dan DPD) yang akan dilaksanakan pada tanggal 14 Februari tahun 2024 mendatang.
Jelang pemilu, para bakal calon eksekutif dan anggota legislatif berlomba-lomba menarik perhatian publik untuk meraup suara terbanyak dengan berbagai cara: dengan janji-janji manis, jargon-jargon idealis yang seolah-olah realistis agar publik simpatik.
Hingga kemudian publik memilih mereka untuk bisa duduk di parlemen yang “katanya” akan menjadi wakil rakyat dalam memperjuangkan kepentingan masyarakat bukan kepentingan individu ataupun kepentingan kelompok.
ADVERTISEMENT
Untuk itu, teliti dan cerdiklah dalam memilih pemimpin. Namun, dalam memilih pemimpin dengan iman yang kuat ini bukan saja di dalam konteks memilih pemimpin dalam bernegara.
Akan tetapi memilih pemimpin dengan iman yang kuat juga harus diterapkan dalam konteks memilih memimpin sebuah organisasi, perusahaan, maupun dalam ruang lingkup privasi seperti dalam memilih pasangan hidup. Karena hakikatnya jika didasari dengan iman kuat maka segala sesuatunya akan menghasilkan manfaat yang jauh lebih baik.