Konten dari Pengguna

Sulitnya Belajar Membaca Permulaan bagi Peserta Didik

Ari Suriani
Dosen Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Padang
26 Juni 2021 9:07 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
clock
Diperbarui 13 Agustus 2021 14:11 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ari Suriani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)
zoom-in-whitePerbesar
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)
ADVERTISEMENT
Membaca permulaan bagi peserta didik usia 6-7 tahun itu bisa dikatakan sulit. Dalam sekolah formal saja misalnya, siswa kelas satu sekolah dasar yang secara kurikulum itu dituntut untuk sudah terampil membaca. Padahal cenderungnya kondisi yang sering kita temui di sekolah adalah dalam satu kelas dihadapkan dengan keragaman peserta didik.
ADVERTISEMENT
Keragaman peserta didik salah satunya dapat dilihat dari keterampilan membaca seperti ditemukannya peserta didik yang belum terampil membaca permulaan.
Kesulitan yang dirasakan oleh peserta didik dalam membaca permulaan adalah sulit membedakan beberapa huruf tertentu seperti huruf b, p, dan d. Akibatnya jika siswa merangkai huruf menjadi suku kata, dan bahkan ke tingkat lebih tinggi seperti merangkai suku kata menjadi kata, hal ini sulit untuk dilakukan oleh peserta didik.
Kesulitan lainnya adalah peserta didik tidak dapat memenggal suku kata yang bukan pola KVKV (konsonan-vokal-konsonan-vokal) dengan tepat. Akibatnya peserta didik merasa terintimidasi dengan kata yang akan dibaca tersebut sehingga yang akan terjadi adalah siswa tidak dapat membaca kata tersebut.
Lantas bagaimana agar peserta didik bisa mengatasi permasalahan dalam membaca permulaan? Maka diperlukan peran guru untuk meningkatkan keterampilan membaca permulaan bagi peserta didik. Guru harus memberikan kata-kata yang dekat dengan keseharian peserta didik untuk dibaca. Kemudian kata tersebut hendaknya memuat huruf yang mudah dilafalkan oleh siswa seperti huruf bilabial, yaitu huruf m, n, d, dan p. Dan yang harus diingat adalah guru harus mendudukkan satu-satu pola suku kata yang akan diajarkan.
ADVERTISEMENT
Ketika mengajarkan membaca permulaan juga sebaiknya dilengkapi dengan media pembelajaran yang mumpuni. Contoh media yang dapat digunakan adalah media kartu huruf, media gambar, kartu suku kata, dan kartu kata. Guru harus memberikan ruang bagi peserta didik untuk dapat bereksperimen dalam mengotak-atik huruf sehingga nanti akan tersusun kata yang bermakna.
Kesulitan dalam membaca permulaan merupakan hal yang wajar. Sebab semua anak itu istimewa dan memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Ada anak yang cepat dalam membaca dan ada juga anak yang lambat dalam membaca.
Tetapi apabila kita menemukan anak yang lambat dalam membaca, maka anak tersebut perlu dibimbing secara intensif. Sebab membaca merupakan sebuah keterampilan dan agar kita bisa terampil maka perlu pembiasaan. Dengan demikian kesulitan membaca permulaan dapat diatasi dengan cara membiasakan untuk belajar membaca.
ADVERTISEMENT