Konten dari Pengguna

Pulau Palas: Sebuah Desa Tertua di Indragiri Hilir

Arivaie Rahman
Akademisi dan Pegiat Tafsir Nusantara
24 November 2020 6:30 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Arivaie Rahman tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Arivaie Rahman di Depan Kantin Bersejarah Desa Pulau Palas yang didirikan 1936
zoom-in-whitePerbesar
Arivaie Rahman di Depan Kantin Bersejarah Desa Pulau Palas yang didirikan 1936
ADVERTISEMENT
Tulisan ini mengulas sisi kesejarahan sebuah desa yang bernama Pulau Palas. Secara geografis dan administratif desa ini terletak di Kecamatan Tembilahan Hulu, Kabupaten Indragiri Hilir, Riau. Nama Pulau Palas bila ditelaah secara etimologis, diambil dari dua kata, “Pulau” dan “Palas”.
ADVERTISEMENT
Pulau bermakna sebuah daratan yang dikelilingi oleh air, baik air laut, air sungai, ataupun air danau. Sementara kata “Palas” adalah tumbuhan sejenis palem-paleman yang daunnya seperti kipas dan dapat dimanfaatkan sebagai atap rumah. Tumbuhan ini juga berkerabat erat dengan tumbuhan kelapa dan pinang yang tumbuh subur di iklim tropis.
Penelaahan dari sisi kebahasaan di atas dapat diterima, sangat logis, dan sesuai dengan realita di lapangan. Sebab, di seberang Desa Pulau Palas memang terdapat sebuah pulau kecil yang terletak di tengah aliran sungai Indragiri. Sekitar sepuluh tahun lalu, penulis sempat melihat pepohonan seperti pohon kelapa yang tumbuh di pulau ini. Tetapi, penulis tidak dapat memastikan apakah itu adalah pohon palas.
ADVERTISEMENT
Terkait kapan desa Pulau Palas berdiri dan mulai dihuni oleh masyarakat, sampai sekarang masih menjadi tanda tanya dan penting untuk diteliti lebih lanjut. Dalam tulisan ini, saya berupaya mengungkapnya dengan merujuk peta-peta kuno yang didokumentasikan dan digitalisasi oleh pihak kolonial Belanda sehingga mudah untuk diakses. Beberapa peta penting yang penulis rujuk antara lain:
Pertama, peta bertahun 1871, W.F. Versteeg telah berhasil menggambar Schets der Indragiri (Peta Indragiri). Peta ini kemudian terangkum dalam atlas berbehasa Belanda dengan judul Tijdschrift van het Aardrijkundig Genootschap deel III (Jurnal Masyarakat Geografi bagian III). Versteeg menggambar dan mengolah peta ini berdasarkan informasi dari Controleur B.G. Baron dari Hoevel. Sekarang peta kuno Indragiri ini menjadi koleksi perpustakaan Amsterdam Belanda sejak 1879.
ADVERTISEMENT
Dalam Schets der Indragiri tersebut, Versteeg menuliskan nama Pulau Palas dengan ejaan lama “Poelow Palas”, posisinya berada di hulu Poelow Amas (Pulau Mas) dan Troesan (Terusan). Sedangkan bila dilihat dari hulu sungai Indragiri, Pulau Palas berada di seberang dan di hilir Tjinako (Cinaku) dan Pangalian (Pengalihan).
Kedua, pada tahun 1890, seorang Belanda bernama H.B. de Boer menggambar dan mendeskripsikan tentang Dataran Rendah di sepanjang aliran sungai di Kerajaan Indragiri dan daerah-daerah pesisir yang bertetangga dengannya. Peta ini ia beri nama: “Schets en overzichtskaart van het beloop der rivieren Manda, Igal, Plandok, Gaoeng, Indragiri en Reteh” (Sketsa dan Peta dari Aliran Sungai Mandah, Planduk, Gaung, Indragiri dan Reteh). Dalam peta ini juga telah tertera Pulau Palas, begitu pula dengan beberapa desa kecil yang berdekatan dengannya seperti Pedjamahan (Penyemahan) dan Kapal Petjah (Kapal Pecah).
ADVERTISEMENT
Ketiga, peta yang disketsa oleh bagian Topografi Belanda di Batavia (Jakarta) pada bulan Februari 1907. Peta ketiga ini berjudul “Schetskaart van het stroomgebied der Indragiri-rivier en aangrenzende landstreken” (Peta Dataran Rendah Sungai Indragiri dan Wilayah Sekitarnya). Pada peta ini Pulau Palas ditulis menggunakan singkatan dan huruf kapital “P. PALAS” sebagaimana terjadi pada penulisan nama-nama pulau lainnya. Uniknya pada peta tahun 1907 ini digambarkan dengan jelas gambar Pulau Palas yang berada di tengah-tengah sungai Indragiri tersebut.
Peta ini juga menuliskan beberapa nama daerah di sepanjang aliran sungai Indragiri, misalnya Sepat Dalam (Sapat Dalam), Penjamahan (Penyemahan), Djaroem (Jarum), Tempoling (Tempuling), Kapalpetjah (Kapal Pecah), Tk Djira (Teluk Jira), Moempoh (Mumpa), Pengalihan, Pekan Toea (Pekan Tua), dan Bajas (Bayas).
ADVERTISEMENT
Keempat, tahun 1914 seorang Asisten Residen Belanda bernama J.J. Lance berhasil menggambar peta kerajaan Indragiri yang ia beri judul “Schetskaart van het Soetanaat Indragiri” (Peta Kesultanan Indragiri). Melalui peta ini, J.J. Lance menulis nama Pulau Palas dengan singkatan P. Palas, di tahun ini telah tertulis beberapa nama daerah yang berdekatan dengan Pulau Palas, seperti: Tempoling (Tempuling), Kapalpetjah (Kapal Pecah), dan Sepat Dalam (Sapat Dalam). Pada awal abad ke-20 ini wilayah Kesultanan Indragiri yang telah mendapat campur tangan pihak Belanda sehingga diberi nama “Afdelling Indragiri”.
Berdasarkan bukti tertulis tertua berupa peta yang gambar oleh W.F. Versteeg, penulis menarik kesimpulan bahwa Desa Pulau Palas diduga kuat telah berdiri pada abad ke-19 atau lebih tepatnya sebelum tahun 1871. Artinya, bila dihitung mundur, maka Pulau Palas saat ini telah berusia 149 tahun. Penulis berspekulasi bahkan mungkin lebih tua dari itu, tetapi sampai saat ini masih belum dapat dibuktikan secara akurat.
ADVERTISEMENT
Bila merujuk pada peta yang dibuat Versteeg dapat pula ditarik dugaan awal bahwa Pulau Palas lebih duluan ada di bandingkan dengan Sapat, Penyemahan, dan Tempuling, apalagi kota Tembilahan. Sebab, hingga tahun 1914 sebagaimana peta yang dibuat oleh J.J. Lence seorang Asisten Residen Belanda, belum tertera sama sekali nama Tembilahan di peta tersebut.
Selain itu, bukti fisik yang menunjukkan bahwa Pulau Palas merupakan salah satu desa tertua di Indragiri Hilir antara lain keberadaan kantin atau bangunan pasar di Pulau Palas yang didirikan tahun 1936 dan Rumah Haji Husen Pulau Palas seorang saudagar asal Kalimantan yang didirikan tahun 1933. Kedua bangunan bersejarah dan berhak menjadi cagar budaya ini masih ada dan terawat hingga sekarang.
ADVERTISEMENT